MAKALAH TELAAH Q.S Ali Imran :200 - SABAR TAHAN UJIAN

PENDIDIKAN LIFE SKILL
SABAR TAHAN UJIAN (Q.S Ali Imran :200)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu sifat yang Allah tekankan pada seluruh manusia yaitu sifat Sabar. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Sabar termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba. Sehingga ia pun bersabar menanggung ketentuan takdir Allah.
Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar yang banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Maka dari itu, dalam makalah ini saya akan membahas tentang “Sabar” sehingga kita dapat mengetahui bagaimana sabar yang sebenarnya.

B.     Tema dan Judul
Tema        : Pendidikan Life Skill
Judul        : Sabar Tahan Ujian    

C.    Nash Al-Quran dan Terjemahan

تُفْلِحُوْنَ لَعَلَّكُمْ اللّٰهَ وَاتَّقُوا وَرَابِطُوْاۗ وَصَابِرُوْا اصْبِرُوْا اٰمَنُوا الَّذِيْنَ  يٰأَيُّهَا

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.



D.    Arti Penting Dikaji
Pada ayat ini penting dikaji karena ayat ini menganjurkan untuk bersabarlah dalam melaksanakan tugas-tugas, berjuang dan berperang dijalan Allah. Dan juga mengajak orang-orang beriman untuk tabah dan sabar menghadapi aneka kesulitan, bahkan meningkatkan kesabaran dan bernafas panjang, untuk mengatasi ketabahan dan kesabaran lawan serta selalu siap siaga menghadapi tantangan apa pun yang dapat muncul. Dan memerintahkan orang beriman untuk bertaqwa yakni memelihara dan meningkatkan amal kebajikan mereka dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Karena itulah jalanmeraih apa yang diharapkan.[1]





BAB II
PEMBAHASAN


A.    TEORI
Menurut penuturan Abu Thalib Al-Makky , sabar adalah menahan diri dari dorongan hawa nafsu demi menggapai keridhaan Tuhannya dan menggantinya dengan sungguh-sungguh menjalani cbaan-cobaan Allah SWT terhadapnya. Sabar dapat didefinisikan pula dengan tahan menderita dan menerima cobaan dengan hati ridha serta menyerahkan diri kepada Allah SWT setelah berusaha. Selain itu sabar bukan hanya bersabat terhadap ujian dan musibah, tetapi juga dalam hal ketaatan kepada Allah SWT yaitu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sabar dalam pandangan Al-Ghazali merupakan tangga dan jalan yang dilintasi oleh orang-orang yang hendak menuju Allah SWT. Ciri utama sabar menurut Al-Muhasibi adalah tidak mengadu kepada siapapun ketika mendapatkan musibah dari Allah.
Sabar terbagi dalam tiga macam, yaitu :
1.      Sabar dari maksiat, artinya bersabar diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama. Untuk itu sangat dibutuhkan kesabaran dan kekuatan dalam menahan hawa nafsu. Allah berfirman dalam Q.S Yusuf :53
رَّحِيْمٌ غَفُوْرٌ رَبِّيْ إِنَّ رَبِّيْۗ رَحِمَ مَا إِلَّا بِالسُّوْءِ لَأَمَّارَةٌ النَّفْسَ إِنَّ نَفْسِيْۚ أُبَرِّئُ وَمَا

Artinya: “Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong pada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya, Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.
2.      Sabar karena taat kepada Allah, artinya sabar untuk tetap melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya dengan senatiasa meningkatkan ketaqwaan kepada-Nya. Allah berfirman dalam Q.S Ali-Imran : 200
3.      Sabar karena musibah, artinya sabar ketika ditimpa musibah, artinya sabar ketika ditimpa kemalangan dan ujian, serta cobaan dari Allah SWT.
Allah berfirman dalam Q.S Al-Baqarah:155-157.

١٥٥الصّٰبِرِيْنَ وَبَشِّرِوَالثَّمَرٰتِۗوَالْأَنْفُسِ الْأَمْوَالِ مِّنَوَنَقْصٍ وَالْجُوْعِ الْخَوْفِ  مِّنَ بِشَيْءٍ وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
ۗ١٥٦رٰجِعُوْنَإِلَيْهِ وَإِنَّا لِلّٰهِ إِنَّا قَالُوْا مُّصِيبَةٌۗ  أَصَابَتْهُمْإِذَا لَّذِيْنَا
١٥٧الْمُهْتَدُوْنَ هُمُ وَأُولٰئِكَ وَرَحْمَةٌۗ رَّبِّهِمْ مِّنْ صَلَوٰتٌ عَلَيْهِمْ أُولٰئِكَ

Artinya: “ Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan dan kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, innaa lillahi wa inna ilaihi raji’un. (sesungguhnya, kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memeperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.[2]

B.     TAFSIR AYAT
1.      Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah :” Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah, kuatkanlah kesabaran itu dan kokohkanlah.” Hasan al- Bashri berkata, “ Mereka diperintahkan untuk bersabar dalam menjalankan agama mereka yang diridhai Allah, yaitu agam Islam. Mereka tidak memohon kepada Allah hanya untuk mendapat kebaikan dan menolak kemudharatan. Untuk menolak kesulitan dan meraih kesejahteraan. Mereka terus memohon kepada-Nya hingga meninggal dalam keadaan beragama Islam. Hendaklah mereka bersabar dalam menghadapi musuh yang menyembunyikan agamanya.
Adapun murabathah berarti kontinuitas dan kekokohan dalam tempat peribadahan. Ada yang mengatakan murabathah  berarti menanti shalat berikutnya setelah melakukan shalat. Dikatakan bahwa yang dimaksud murabathah ialah teguh dalam melakukan perang terhadap musuh, menjaga kehormatan Islam dan memeliharanya agar musuh-musuh Islam tidak menerobos keberbagai negara kaum Muslim.  Banyak  khabar  yang memotivasi agar melakukan hal itu serta menceritakan juga bahwa pahalanya sangat besar. (saya berpendapat bahwa murabathah artinya ‘keteguhan dalm mendirikan shalat dan menjaga kehormatan Islam’) .
Al Bukhari meriwayatkan, dalam shahihnya, dari sahl bin sa’ad as-saidi bahwa rasulullah SAW bersabda , “keteguhan sehari dalam perang dijalan Allah adalah lebih baik dari pada dunia dan segala isinya.” Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh muslim dari Salman al Farisi, dari rasulullah SAW bahwa beliau bersabda, “keteguhan selama sehari semalam adalah lebih baik dari pada shaum dan shalat selama sebulan. Jika dia meninggal, maka pahala amal yang telah dilakukannya akan mengalir kepadanya, dianugerahi rizki, dan diselamatkan dari berbagai fitnah.“[3]
2.      Tafsir Al-Mishbah
Kata shabr /sabar terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf shad, ba’ dan ra’. Maknanya berkisar pada tiga hal. Pertama, menahan; Kedua, ketinggian sesuatu; dan Ketiga, sejenis batu. Dari makna menahan lahir makna konsisten/bertahan. Karena yang bertahan menahan pandangannya pada satu sikap. Seseorang yang menahan gejolak hatinya, dinamai bersabar. Ketiga makna tersebut dapat kait berkait, apalagi pelakunya manusia. Seorang yang sabar akan menahan diri dan untuk itu dia memerlukan kekukuhan jiwa, dan mental baja agar mencapai ketinggian yang diharapkan.
Kemampuan bersabar bagi manusia, memang diakui oleh pakar-pakar ilmu jiwa, bahkan freud misalnya berpendapat bahwa manusia memiliki kemampuan memikul sesuatu yang tidak disenanginya dan mendapat kenikmatan dibalik itu. Karena itu ayat diatas disamping memerintahkan bersabar, juga memerintahkan shabiru, yaitu bersabar menghadapi kesabaran orang lain, seorang muslim hidup dan perjuangan dijalan Allah menghadapi pihak lain yang juga berjuang sesuai nilai-nilainya dan juga yang memiliki kesabaran. Ketika itu, kesabaran dilawan dengan kesabaran, siapa yang lebih kuat kesabarannya dan lebih lama dapat bertahan dalam kesulitan, dialah yang akan memperoleh kemenangan. Sabar yang dihadapi dengan kesabaran yang lebih besar itulah yang dilukiskan dengan kata shabiru.
Diamati dari uraian Al-Quran tentang sabar bahwa kebajikan dan kedudukan tertinggi diperoleh seseorang karena kesabarannya. Bermacam-macam sabar yang dituntut dari manusia. Rinciannya dapat ditemukan dalam Al-Quran, antara lain perintah bersabar, yang disebutkan pada ayat itu yaitu bersabar dalam pembelaan negara. Tanpa sabar setiap orang akan rugi total. Itu sebabnya, salah satu yang diperintahkan untuk diwasiatkan adalah kesabaran. Allah memerintahkan kesabaran dalam segala hal, menghadapi yang tidak disenangi.[4]
3.      Tafsir  Al  Maraghi
Wa sabiru, artinya bertahanlah kalian dalam menghadapi hal-hal yang tidak kalian sukai, yang datang dari orang-orang selain kalian. Dikategorikan dalam hal ini, yaitu menahan derita akibat disakiti oleh keluarga dan tetangga, sertra tidak mau membalas dendam terhadap orang yang pernah menyakitinya. Memberi maaf terhadap orang yang berbuat aniaya terhadap kamu, dan menolak tuduhan orang-orang yang menganggapnya berada dalam jalan kebatilan, serta memecahkan hal-hal yang masih mereka ragukan, dan langsung menjawab tuduhan-tuduhan yang mereka lancarkan.
Dan termasuk dalam pengertian ayat ini ialah alat-alat perang yang telah diciptakan oleh teknologi abad ini. Termasuk pesawat terbang pemburu, pembom, tang-tang baja, meriam-meriam, canon senapan, armada-armada laut dan sebagainya yang termasuk keharusan bagi alat persenjataan masa kini. Orang yang tidak memilikinya sama halnya dengan tidak bersenjata, meskipun ia diperlengkapi senjata lainnya (yang tradisional).
Allah SWT sering menyebutkan kata taqwa didalam kitab-Nya. Dan yang dimaksudkan taqwa ialah memelihara diri dari hal-hal yang membuat Allah murka dan marah padanya. Hal itu tidak akan bisa  dilakukan  seseorang kecuali setelah terlebih dulu mengetahui Allah dan apa-apa yang menyebabkan Allah ridha dan murka. Hal itu tidak akan bisa tercapai kecuali oleh orang-orang yang memahami kitabullah dan mengetahui sunnah nabi-Nya, serta perbuatan orang-orang salaf yang shaleh dari umat islam.
Barang siapa telah melakukan hal-hal yang telah disebutkan, kemudian ia bersabar, tegar, dan mempersiapkan diri untuk membela kebenaran dan para pemeluknya juga menyebarkan dakwah dan taqwa kepada tuhaqnnya, dalam segala urusannya, berarti ia telah beruntung dan memeperoleh kebahagiaan di sisi Tuhan. Terkadang dalam keduanya secara bebarengan (dunia dan akhirat). Dan yang paling banyak diturunkan oleh A[-Quran ialah seperti yang kita alami sekarang. Sebab bersabar dalam menghadapi musuh, bersiaga, dan taqwa semua itu adalah sarana-sarana yang bisa mengantarkan seseorang kepada kemenangan atas musuh di dunia ini. Sebagaimana hal-hal tersebut merupakan sebab-sebab kebahagiaan diakhirat kelak, setelah memang niatnya baik dan tujuannya untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. [5]


C.    Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Kita harus senantiasa sabar dalam menghadapi cobaan hidup, karena kesabaran adalah kunci untuk menghadapinya. Selain sabar dalam menjalankan perintah Allah kita wajib sabar dalam menahan diri dari kemaksiatan. Orang yang sabar tidak pernah merasa putus asa, ia selalu optimisme yang akan menyulut semangatnya dan menumbuhkan kepercayaan diri.

D.    Aspek Tarbawi
1.      Bersabar jika menghadapi orang yang berbeda pendapat
2.      Bersabar memelihara kesatuan dan persatuan
3.      Bersabar dalam mengerjakan shalat/berdoa
4.      Bersabar dalam menghadapi berbagai musibah[6]



BAB III
PENUTUP

Simpulan
Menurut penuturan Abu Thalib Al-Makky , sabar adalah menahan diri dari dorongan hawa nafsu demi menggapai keridhaan Tuhannya dan menggantinya dengan sungguh-sungguh menjalani cbaan-cobaan Allah SWT terhadapnya. Sabar dapat didefinisikan pula dengan tahan menderita dan menerima cobaan dengan hati ridha serta menyerahkan diri kepada Allah SWT setelah berusaha. Selain itu sabar bukan hanya bersabat terhadap ujian dan musibah, tetapi juga dalam hal ketaatan kepada Allah SWT yaitu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Kemampuan bersabar bagi manusia, memang diakui oleh pakar-pakar ilmu jiwa, bahkan freud misalnya berpendapat bahwa manusia memiliki kemampuan memikul sesuatu yang tidak disenanginya dan mendapat kenikmatan dibalik itu. Karena itu ayat diatas disamping memerintahkan bersabar, juga memerintahkan shabiru, yaitu bersabar menghadapi kesabaran orang lain, seorang muslim hidup dan perjuangan dijalan Allah menghadapi pihak lain yang juga berjuang sesuai nilai-nilainya dan juga yang memiliki kesabaran




DAFTAR PUSTAKA

Anwar  Rosihon,.2010.Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Puataka Setia.
Ar-Rifa’i  Muhammad Nasib.2006. Taisiru al-Alliyul Qadir li ikhtisari Tafsir Ibnu Katsir. Bandung: Maktabah Ma’arif Riyadh.
Al-Maragi  Ahmad Mustafa.1993. Tafsir Al-Maragi. Semarang: PT Karya Toha.
Shihab  M.Quraish. 2012. Al-Lubad. Tangerang: Lentera Hati.
Shihab M.Quraish. 2006. Tafsir Al-Misbah. Tangerang  : Lentera hati.



[1]M.Quraish Shihab, Al-Lubad, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 161
[2]Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, ( Bandung : CV Puataka Setia, 2010), hlm. 96-98
[3] Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Alliyul Qadir li ikhtisari Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: Maktabah Ma’arif Riyadh, 2006), hlm. 642-643
[4]  M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Tangerang  : Lentera hati, 2006), hlm. 322-324
[5]Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT Karya Toha, 1993), hlm. 307-310
[6]M.Quraish Shihab,. Op.Cit, hlm. 232

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel