MAKALAH INSTRUMEN PENELITIAN
"INSTRUMEN PENELITIAN"
PRAKATA
Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Instrumen Penelitian” ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menghadapi kesulitan, karena keterbatasan ilmu pengetahun dan keterampilan yang kami miliki.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen Metode Penelitian dasar dan juga kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada kami. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakan dimasa yang akan datang.
Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan pihak yang berkepentingan.
....................., 23 Juli 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sebuah penelitian ilmiah ada salah satu hal yang harus dipikirkan yaitu instrumen penelitian atau sering disebut juga dengan alat pengumpul data. Pada kesempatan ini, kami akan membahas tentang apa yang dimaksud dengan instrumen penelitian yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang penelitian dan apa saja jenis-jenis instrumen penelitian.
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah metode penelitin, yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodelogi penelitian karena instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti.
Suatu instrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan realibitas yang baik. Untuk memperoleh instrument yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrument.
Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan ini akan diuraikan berbagai hal terkait dengan instrument penelitian yang pembahasannya diawali dengan pengertian instrumen penelitian, jenis, lagkah-langkah penyusunan, dan teknik pengujian validitas dan reliabiltasnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan instrumen penelitian?
2. Apa saja jenis-jenis instrumen penelitian?
3. Apa saja lamgkah-langkah menyusun instrumen penelitian?
4. Bagaimana cara menguji validitas dan reliabilitas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu instrumen penelitian
2. Untuk mengetahui jenis-jenis instrumen penelitian
3. Untuk mengetahui langkah-langkah instrumen penelitian
4. Untuk mengetahui cara menguji validitas dan reliabilitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam melakukan kegiatan untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Sedangkan menurut Ibnu Hajar, instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variabel yang berkarakter dan objektif. Adapun jenis data yang dimaksud diantaranya:
1. Data Kuantitatif
Merupakan jenis data yang berkaitan dengan jumlah atau kuantitas yang dapat dihitung atau disimbolkan dengan ukuran-ukuran kuantitas.
2. Data Kualitatif
Merupakan jenis data yang berkaitan dengan nilai kualitas seperti sangat baik, baik, sedang, cukup, kurang dan lain-lain.
Instrumen mudah untuk dibayangkan jika apa yang diukur bersifat tangible (jelas). Dan sulit dibayangkan jika apa yang diukur bersifat intangible (tidak jelas). Instrumen yang baik harus bersifat valid dan reliabel (ajeg atau dapat dipercaya).
Instrumen valid ialah instrumen yang dengan tepat mengukur apa yang harus diukur. Instrumen reliabel jika hasil pengukurannya bersifat ajeg atau konsisten. Instrumen sebagai alat pengumpul data berperan sangat penting dalam sebuah penelitian. Karena tanpa instrumen yang baik, maka tidak mungkin akan memperoleh data yang betul-betul bisa dipercaya, sehingga dapat mengakibatkan kesimpulan yang salah.
Oleh karenanya instrumen penelitian harus ditetapkan secara tepat sehingga dapat menjawab permasalahan dalam penelitian dan menguji hipotesis.[1]
B. Jenis-jenis instrumen penelitian
1. Instrumen Penelitian Untuk Penelitian Kualitatif
Dalam instrumen yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validitas terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validitas adalah peneliti sendiri, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.
Peneliti kualitatif sebagai “human instrument”berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.
2. Instrumen Penelitian Untuk Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan data.[2] Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa:
a) Tes
Tes adalah suatu teknik pengukuran yang didalamnya terdapat berbagai pernyataan, pertanyaan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden.
Ditinjau dari bentuk jawaban responden, maka tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes lisan, tes tertulis, dan tes perbuatan. Tes tertulis adalah tes yang menuntut jawaban responden dalam bentuk tertulis. Tes tertulis ada dua bentuk yaitu bentuk uraian dan bentuk objektif.
Setiap jenis atau bentuk tes tentu mempunyai tujuan dan fungsi masing-masing. Salah satu bentuk tes yang banyak digunakan dalam penelitian adalah tes objektif karena jawabannya antara benar atau salah.
Tes objektif menuntut responden untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan dan pernyataan yang belum sempurna.
b) Angket (quesioner)
Angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab oleh responden. Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara kecuali implementasinya, dimana angket dilaksanakan secara tertulis. Keuntungan angket, antara lain: a) responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti, dan waktu relatif lama, sehingga objektifitas dapat terjamin, b) dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari responden yang jumlahnya cukup banyak. Angket terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
a) Angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa kemungkinan jawaban
b) Angket tak berstruktur, yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban secara terbuka dimana responden secara bebas menjawab pertanyaan tersebut.[3]
c) Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif yaitu pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Atau observasi dilakukan secara non partisipatif yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan sebagai pengamat.[4]
d) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan atau tanya jawab baik langsung maupun tidak langsung untuk mencapai tujuan tertentu.[5]
Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri:
a) Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus dipikirkannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
b) Peneliti sebagai alat penyesuaian diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
c) Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
d) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
e) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
f) Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, atau pelakan.
g) Dalam penelitian dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik. Sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan.[6]
C. Langkah- langkah Menyusun instrumen Penelitian
Dalam mengukur suatu variabel penelitian, seorang peneliti dapat menyusun sendiri instrumen penelitian. Namun dalam hal-hal tertentu, peneliti dapat menggunakan instrumen yang telah ada, yaitu beberapa instrumen yang telah ada, yaitu beberapa instrumen baku atau instrumen yang telah digunakan dalam penelitian sebelumnya. Instrumen yang telah ada itu dapat pula merupakan instrumen yang disusun berdasarkan suasana sosial budaya asing. Untuk itu, peneliti tidak cukup hanya menerjemahkan setiap butir instrumen, melainkan harus menyadurnya dengan seksama. Pemakaian instrumen yang telah ada tersebut tidak luput dari kriteria yang dikenakan pada instrumen yang disusun sendiri. Dengan kata lain, penyaduran instrumen harus pula diikuti oleh pengujian mutu instrumen sesuai dengan kriteria yang dimaksud.
Jika instrumen dibuat atau dikembangkan sendiri, maka ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu: a) merumuskan masalah penelitian, b) menemukan variabel penelitian, c) menentukan instrumen yang akan digunakan, d) menjabarkan konstruksi setiap variabel, e) menyusun kisi-kisi instrumen setiap variabel, f) menyusun butir-butir instrumen, g) kaji ulang butir-butir instrumen, h) menyusun perangkat sementara, i) uji coba perangkat instrumen, j) perbaikan instrumen, k) penataan perangkat instrumen akhir.
Salah satu langkah penting dalam penyusunan instrumen sendiri adalah melakukan uji coba perangkat instrumen. Langkah ini sering diabaikan oleh peneliti karena menjadi beban berat dan dianggap kurang ada manfaatnya. Padahal, langkah uji coba ini sangat besar manfaatnya dan mempunyai tujuan tertentu, yaitu untuk mengetahui: a) apakah instrumen itu dapat di administrasikan dengan mudah, hal ini dapat dilakukan dengan observasi, b) apakah setiap butir itu dapat dibaca dan dipahami oleh responden, c) ketepatan instrumen, baik butir instrumen maupun perangkat instrumen secara keseluruhan, dan d) ketetapan (reliabilitas) instrumen.[7]
D. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Syarat pokok suatu instrumen penelitian adalah validitas dan reliabilitas.
1. Validitas (ketepatan/kesahihan)
Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur), apakah instrumen yang akan digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan diukur.
Dalam literatur modern tentang penelitian dan evaluai, banyak dikemukakan jenis-jenis validitas, antara lain:
a. Validitas permukaan, validitas ini menggunakan kriteria yang sangat sederhana, karena hanya melihat dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri. Artinya, jika suatu tes secara sepintas telah dianggap baik, maka tes tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi syarat validitaspermukaan, dan tidak perlu lagi adanya judgement yang mendalam.
b. Validitas isi, sering digunakan dalam pengukuran hasil belajar. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan.
c. Validitas empiris, biasanya menggunakan tehnik statistik, yaitu analisis korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolok ukur diluar tes yang bersangkutan.
d. Validitas konstruk, konstruk adalah konsep yang dapat diobservasi dan dapat diukur. Validitas konstruk sering juga disebut validitas logis, validitas konstruk banyak dikenal dan digunakan dalam tes-tes psikologis untuk mengukur gejala perilaku yang abstrak, seperti kesetiakawanan, kematangan emosi, sikap, emosi, minat, dan sebagainya.
e. Validitas faktor, dalam penelitian sering digunakan skala pengukuran tentang suatu variabel yang terdiri atas beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diperoleh berdasarkan indikator dari variabel yang diukur sesuai apa yang terungkap dalam konstruksi teoretisnya. Meskipun variabel terdiri dari beberapa faktor, prinsip homogenitas untuk keseluruhan faktor harus tetap dipertahankan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara satu faktor dan faktor lain.
2. Reliabilitas (ketetapan/keajekan)
Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama jika diujikan pada kelompok yang sama, pada waktu atau kesempatan yang berbeda.
Menurut perhitungan product-moment dari Pearson, ada tiga macam reliabilitas, yaitu:
a. Koefisien stabilitas adalah jenis reliabilitas yang menggunakan tehnik test and retest, yaitu memberikan tes kepada sekelompok individu, kemudian diadakan pengulangan tes pada kelompok yang sama dengan waktu yang berbeda.
b. Koefisien ekuivalen adalah jika mengkorelasikan dua buah tes yang paralel pada kelompok dan waktu yang sama.
c. Koefisien konsistensi internal aalah reliabilitas yang didapat dengan jalan menkorelasikan dua buah tes dari kelompok yang sama, tetapi diambil dari buir-butir yang bernomor genap untuk tes yang pertama dan butir-butir bernomor ganjil untuk tes yang kedua.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam melakukan kegiatan untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Jenis-jenis instrumen penelitian ada dua, yaitu instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif dan instrumen penelitian untuk penelitian kuantitatif. Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, angket, wawancara, dan observasi.
Salah satu langkah penting dalam penyusunan instrumen sendiri adalah melakukan uji coba perangkat instrumen. Dan syarat pokok suatu instrumen penelitian adalah validitas dan reliabilitas.
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini penulis berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Penlulis juga mengharapkan kritik dan saran terhadap peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini. Kami minta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan ini dan isi penulisan makalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.spengetahuan.com/2015/11/pengertian-instrumen-penelitian-menurut-para-ahli-jenisnya.html, pada 23 juli 2017 pukul 11.35
Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta Bandung.
Syaodih, Nana. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[1] Bobsusanto,”pengertian instrumen penelitian menurut para ahli dan jenisnya diakses dari http://www.spengetahuan.com/2015/11/pengertian-instrumen-penelitian-menurut-para-ahli-jenisnya.html, pada 23 juli 2017 pukul 11.35
[2] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta Bandung, 2014), hlm. 222
[3] Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm 226-230
[4] Nana syaodih, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 220
[5] Zainal Arifin, Op.Cit., hlm 233
[6] Sugiyono, Op.Cit., hlm 224
[7] Zainal Arifin, Penelitian Pendidika, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011hlm. 244-245
[8] Ibid., hlm. 245-248