MAKALAH EPISTEMOLOGI TASAWUF
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Epistemologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu Episteme (pengetahuan) dan logos
(ilmu). Epistemologi merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat yang
membicarakan tentang asal, sifat, karakter, dan jenis pengetahuan.
Epistemologi
atau teori pengetahuan, membahas secara mendalam seluruh yang terlihat dalam
upaya untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu merupakan yang diperoleh melalui
proses tertentu yang disebut dengan metode keilmuan. Metode inilah yang
membedakan antara ilmu dengan hasil pemikiran yang lainnya yang tidak
menggunakan metode keilmuan. Dengan kata lain, ilmu adalah pengetahuan yang
diperoleh dengan menerapkan metode kelimuan karena ilmu merupakan sebagian dari
pengetahuan.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian epistemologi?
2. Apa
saja macam-macam epistemologi?
3. Apa
pengertian epistemologi irfani?
4. Bagaimana
hubungan epistemologi irfani dengan tasawuf?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari epistemologi
2. Untuk
mengidentifikasi macam-macam epistemologi
3. Untuk
mengetahui pengertian epistemologi irfani
4. Untuk
mengetahui hubungan epistemologi irfani dengan tasawuf
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Episteme
(pengetahuan sejati, pengetahuan ilmiah, atau pengetahuan sistematik) dan logos
(ilmu atau kajian). Adapun secar
terminologi, epistemologi adalah teori pengetahuan atau kajian tentang asal
usul, anggapan dasar, tabiat, rentang, kecermatan (kebenaran, keterdalaman,
keabsahan) pengetahuan.[1] Epistemologi
merupakan salah satu cabang dari filsafat yang membicarakan tentang asal mula,
sumber, metode-metode, sifat, karakter, dan jenis pengetahuan.
Sebagian pakar menempatkan epistemologi dalam
filsafat kritis yang senantiasamencari sumber dan kriteria kebenaran serta cara
memperoleh pengetahuan. Jika filsafat diarahkan pada upaya mencari sebab
musabab pertama dan terakhir atau terdalam, mka lain halnya dengan epistemologi
yang menyoroti gejala pengetahuan manusia berdasarkan sudut sebab musabab pertama (the first causes), dan juga
dengan sebab musabab terakhir (the last causes) dipelajari oleh
frilsafat ilmu pengetahuan.[2]
Epistemologi atau teori pengetahuan, membahas secara
mendalam seluruh yang terlihat dalam upaya untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu
merupakan yang diperoleh melalui proses tertentu yang disebut dengan metode
keilmuan. Metode inilah yang membedakan antara ilmu dengan hasil pemikiran yang
lainnya yang tidak menggunakan metode keilmuan. Dengan kata lain, ilmu adalah
pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode kelimuan karena ilmu
merupakan sebagian dari pengetahuan.
Pembahasan epistemologi telah dimulai sejak zaman
Yunani kuno oleh Plato dan Aristoteles yang kontradiktif. Epistemologi telah
dikaitkan sedemikian rupa dengan realitas tertinggi sebagai sumber kebenaran.
Maka epistemologi itu bersifat transcendental.
B. Macam-Macam
Epistemologi
1. Berdasarkan
metode atau cara kerjaatau metode pendekatan yang diambil terehadap gejala
pengetahuan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Epistemologi
metafisis
Yaitu
epistemology yang mendekati gejala pengetahuan dengan bertitik tolak dari
pengandaian metafisika. Epistemologi ini berangkat dari suatu paham tertentu
tentang kenyataan, lalu membahas tentang bagaimana manusia mengetahui kenyataan
tersebut. Kesulitan dari epistemologi ini adalah secara tidak kritis begitu
saja mengandaikan bahwa kita dapat mengetahui kenyataan yang ada, dialami dan
dipikirkan, serta hanya menyibukkan diri dengan uraian tertentu.
b. Epistemologi
skeptis
Dalam epistemologi ini kita perlu membuktikkan dulu
apa yang dapat kita ketahui secara sungguh nyata atau benar-benar tidak dapat
diragukan lagi sehingga tidak terjadi kekeliruan atau keraguan. Kesulitan dari
metode ini adalah apabila seseorang sudah masuk sarang skeptisisme dan juga konsisten
dengan sikapnya, maka tidak gampang menemukan jalan keluarnya.
c. Epistemologi
kritis
Epistemologi
ini tidak memprioritaskan epistemologi metafisika atau epistemologi tertentu,
melainkan berangkat dari asumsi, prosedur dan kesimpulan pemikiran akal sehat
ataupun asumsi, prosedur, dan kesimpulan pemikiran ilmiah. Sikap
kritisdiperlukan untuk berani mempertanyakan apa yang selama ini sudah diterima
begitu saja tanpa dinalar atau tanpa dipertanggungjawabkan secara rasional, dan
kemudian mencoba menemukan alasan yang masuk akal untuk menerimanya atau
menolaknya.
2. Berdasarkan
titik tolak pendekatannya, secara umum berdasarkan objek yang dikaji, dibedakan
menjadi:
a. Epistemologi
Individual
Epistemologi
individual adalah epistemology yang secara klasik dapat dimengerti bahkan
sampai sekarang. Dalam mengembangkan epistemologi ini, filsafat pengetahuan
dapat dan perlu memanfaatkan sumbangan yang diberikan oleh ilmu psikologi
kognitif.
b. Epistemologi
sosial
Epistemologi
sosial adalah kajian filosofis terhadap pengetahuan sebagai data sosiologis.
Dalam epistemologi ini hubungan sosial, kepentingan sosial, dan lembaga sosial
dipandang sebagai faktor yang dapat menentukan dalam proses, cara, maupun
memperoleh pengetahuan.
C. Epistemologi
Irfani
Epistemologi Irfani merupakan salah satu model
penalaran yang dikenal dengan tradisi keilmuan islam. Epistemologi ini
dikembangkan dan juga digunakan dalam masyarakat sufi. Epistemologi ini
merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh melalui pencapaian dan penyiaran
hakikat oleh Tuhan kepada manusia yang menjalani (salik) sehingga
terbuka hakikat tersebut (kasyf) melaui jalur rohani yang didasarkan
atas nama cinta (mahabbah).
Obek kajian epistemologi ini adalah aspek esetorik
syariat, yaitu pengetahuan akan sesuatu yang tersembunyi dibalik teks.
Pengetahuan epistemologi ini tidak didapatkan berdasarkan teks analisa saja
melainkan dengan rohani. Epistemologi ini dapat diperoleh melalui tiga tahapan,
yaitu persiapan, penerimaan, dan punggkapan dengan lisan dan tulisan.[3]
D. Hubungan
Epistemologi Irfani dengan Tasawuf
Aspek ajaran Islam seringkali dibagi secara
dikotomis menjadi aspek syari’at dan hakikat. Aspek syari’at adalah ajaran yang
bersumber dari al-Qur’an dan sunnah berkenaan dengan aqidah, ibadah, akhlak,
sosial, ekonomi dan aspek kehidupan lainnya yang bersifat lahiriyah dalam
bentuk legal-formal atau identik dengan fikih. Karena bersumber dari al-Qur’an
dan Sunnah maka ilmu syari’at digolongkan sebagai ilmu yang menggunakan
epistemologi bayani. Sedangkan hakikat adalah aspek ajaran dalam Islam yang
lebih menekankan pada penghayatan batin sehingga digolongkan sebagai ilmu yang
menggunakan epistemologi irfani. Yang termasuk dalam hakikat ini adalah
Tasawuf.[4]
Tasawuf adalah salah satu aspek yang ada di dalam
agama Islam yang memiliki epistemologi tersendiri, yaitu epistemologi irfani.
Epistemologi irfani, mendasarkan pengetahuannya kepada intuisi, kasyf atau
penyingkapan rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan. Karena itu, pengetahuan
irfani tidak diperoleh berdasarkan analisis teks atau keruntutan logika, tetapi
berdasarkan atas terlimpahnya pengetahuan secara langsung dari Tuhan, ketika
hati sebagai sarana pencapaian pengetahuan irfani siap untuk menerimanya. Untuk
itu diperlukan persiapan-persiapan tertentu sebelum seorang mampu menerima
limpahan pengetahuan secara langsung tersebut. Persiapan yang dimaksud adalah
bahwa seseorang harus menempuh perjalanan spiritual lewat tahapantahapan
tertentu (maqam) dan mengalami kondisi-kondisi batin terentu.[5]
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
Episteme (pengetahuan sejati, pengetahuan ilmiah, atau pengetahuan sistematik)
dan logos (ilmu atau kajian). Adapun
secar terminologi, epistemologi adalah teori pengetahuan atau kajian tentang
asal usul, anggapan dasar, tabiat, rentang, kecermatan (kebenaran,
keterdalaman, keabsahan) pengetahuan. Epistemologi merupakan salah satu cabang
dari filsafat yang membicarakan tentang asal mula, sumber, metode-metode,
sifat, karakter, dan jenis pengetahuan.
Epistemologi Irfani merupakan salah satu model
penalaran yang dikenal dengan tradisi keilmuan islam. Epistemologi ini
dikembangkan dan juga digunakan dalam masyarakat sufi.
Hubungan epistemologi irfani dengan tasawuf
epistemologi yang digunakan dalam ilmu tasawuf adalah intuisionisme atau
Irfani.
DAFTAR
PUSTAKA
Rivay
Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2002).
M.
Jamil, Cakrawala Tasawuf, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2007).
Akhmad
Sodiq, Epistemologi Islam: Argumen Al-Ghazali Atas Superiotas Ilmu Ma’rifat,
(Depok: Kencana, 2017).
Amat
Zuhri, Tasawuf dalam sorotan epistemologi dan aksiologi, 2016, hal 10, Vol. 19
No. 1
Khudori Soleh, Mencermati Epistemologi
Tasawuf, 2010, hal 229 , Vo. XIV No.2
[1] Tim Penulis Rosda, Kamus Filsafat,
(Bandung: Rosdakarya, 1995), hlm. 96.
[2] C. Verhaak S. J. dan R. Haryono
Imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Gramedia, 1989), hlm. 12-13.
[3] Muththahari, Menapak Jalan Spiritual
terj. Nasrullah, (Bandung: Pustaka Hidayah,1997), hlm. 120-155.
[4] Amat
Zuhri, Tasawuf dalam sorotan epistemologi dan aksiologi, 2016, hal 10, Vol. 19
No. 1
[5] A.
Khudori Soleh, Mencermati Epistemologi Tasawuf, 2010, hal 229 , Vo. XIV No.2