Makalah Aliran-Aliran Filsafat Satu
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Filsafat merupakan induk segala ilmu pengetahuan, karena berbagai
persoalan-persoalan dari sejumlah disiplin ilmu zaman modern ini, dasarnya
adalah masalah filsafat aliran-aliran filsafat dan kaitannya dengan
pengetahuan, merupakan penelahan dua aspek sekaligus menyangkut paham dan
pandangan para ahli pikir atau filsafat. Filsafat merupakan hasil pemikiran
dari filosof-filosof disepanjang zaman. Para filsuf tersebut menggunakan sudut
pandang yangberbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Dari
beberapa banyak aliran filsafat kami hanya membahas aliran filsafat monoisme,
dualisme, dan pluralisme. Antara aliran atau paham yang satu dengan lainnya ada
yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar yang sama.
Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan,
justru dengan adanya aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh
tokoh-tokoh filsafat, terdapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang kita
hadapi.
Memahami sistem filsafat berarti menelusuri dan mengkaji suatu
pemikiran mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistem,
filsafat berkembang berdasarkan ajaran seseorang atau beberapa orang tokoh
pemikir filsafat. Aliran-aliran filsafat mempunyai kaitan dengan ilmu
pengetahuan terutama aliran monoisme, dualisme, dan pluralisme. Kemudian
berkembang mengikuti aliran filsafat lainnya yang memandang aliran dalam
filsafat secara berbeda.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka dapat kami rumuskan masalah sebagai berikut
1.
Apa
pengertian dari monoisme, dualisme, dan pluralisme?
2.
Apa
saja jenis-jenis dari masing-masing aliran filsafat?
3.
Siapa
saja tokoh yang berperan dan paling berperan dalam aliran-aliran filsafat?
C.
Tujuan
Tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari aliran-aliran tersebut
2.
Untuk
mengidentifikasi jenis-jenis yang ada pada aliran tersebut
3.
Untuk
mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam aliran-aliran tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Aliran-Aliran Filsafat
1.
Monoisme
Monoisme (monism) berasal dari kata Yunani yaitu monos (sendiri,
tunggal). Secara istilah monoisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa
unsur pokok dari segala sesuatu yang bersifat tunggal atau esa. Unsur dasar ini
berupa materi, pikiran, Allah, energi, dan lain-lain. Bagi kaum materialis
unsur itu adalah materi, sedangkan bagi kaum idealis unsur itu roh atau ide.
Dalam aliran ini tidak dibedakan antara pikiran dan zat. Mereka hanya berbeda
dalam gejala disebabkan proses yang berlainan, namun mempunyai substansi yang
sama. Ibarat zat dan energi dalam teori relativitas enstein, energi hanya
merupakan bentuk lain dari zat atau dengan kata lain bahwa aliran monoisme
menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan yang fundamental.[1] Maksudnya
kenyataan itu dapat berupa materi, jiwa, Tuhan, dan lain sebagaiya. Menurut Thomas
Davidson, monoisme disebut juga dengan Block Universe.
Filsuf modern yang menganut aliran ini adalah B. Spinoza yang berpendapat bahwa hanya ada satu substansi yaitu
Tuhan. Dalam hal ini Tuhan diidentikan dengan alam (naturans naturata).
2.
Dualisme
atau Serba Dua
Dualisme (dualism) berasal dari kata latin yaitu duo (dua).
Dualisme adalah ajaran yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi
yang berlainan dan bertolak belakang. Masing-masing substansi bersifat unik dan
tidak dapat direduksi, misalnya
substansi adi kodrati dengan kodrati, Tuhan dengan alam semesta, roh
dengan materi, jiwa dengan badan. Adapula yang mengatakan bahwa dualisme adalah
ajaran yang menggabungkan antara idealisme dengan materialisme, dengan
mengatakan bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat sebagai sumber yaitu
hakikat materi dan rohani. Dualisme dapat dikatakan sebagai paham yang memiliki
ajaran bahwa segala sesuatu yang ada bersumber dari dua hakikat atau substansi
yang berdiri sendiri. Orang yang pertama kali menggunakan aliran dualisme
adalah Thomas Hyde (1700) yang mengungkapkan bahwa antara zat dan kesadaran
atau pikiran yang berbeda secara subtantif.
Plato (427-347 SM), mengatakan bahwa dunia lahir adalah dunia
pengalaman yang selalu berubah-ubah dan berwarna-warni. Lebih lanjut plato
mengakui adanya dua subtansi yang masing-masing mandiri dan tidak saling
bergantung yakni dunia yang dapat di indra dan dunia yang dapat dimengerti.
Dunia tipe pertama adalah dunia nyata yang selalu berubah dan tak sempurna,
sedangkan dunia tipe kedua adalah dunia idea yang bersifat kekal dan hanya ada
satu. Rene deskartes (1596-1650 M) seorang filsuf Prancis, mengatakan bahwa
pembeda antara dua subtansi yaitu subtansi pikiran dan subtansi luasan (badan).
Jiwa dan badan merupakan substansi terpisah meskipun didalam diri manusia
mereka berhubungan sangat erat.
Dapat dimengerti bahwa dia membedakan antara substansi pikiran dan
substansi keluasan (badan). Maka menurutnya yang bersifat nyata adalah pikiran.
Sebab dengan berfikirlah maka sesuatu lantas ada, cogito erigo sum (saya
berfikir maka saya ada).
Aliran ini menganggap bahwa ada dua substansi yang masing-masing
berdiri sendiri. Aliran ini merupakan paham yang serba dua yakni materi dan
bentuk. Menurut Aristoteles, materi (hule) adalah dasar terakhir segala
perubahan atas hal-hal yang berdiri sendiri dan unsur bersama yang terdapat
disegala sesuatu yang menjadi dan binasa. Materi dalam arti mutlak yaitu
lapisan atau asas yang paling akhir dan umum. Sedangkan bentuk (eides) menurut
Aristoteles yaitu asas yang berada dalam benda yang konkret, yang secara
sempurna menentukan jenis benda itu sehingga disebut demikian (misalnya disebut
meja, kursi, dan lain sebagainya). Bentuk (eides) adalah pola segala sesuatu
yang bertempat diluar dunia ini, berdiri sendiri, lepas dari benda yang
konkret, yang ada dalam penerapannya.
Materi tidak dapat terwujud tanpa adanya bentuk, sebaliknya bentuk
tidak dapat berada tanpa adanya materi. Sehingga antara materi dan bentuk tidak
dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
3.
Pluralisme
atau Serba Banyak
Pluralisme (pluralism) berasal dari kata pluralis (jamak). Aliran
ini tidak mengakui adanya satu atau dua substansi melainkan banyak substansi
yang bersifat independen satu sama lain.[2]
Sebagai konsekuensinya alam semesta pada dasarnya tidak memiliki kesatuan,
kontinuitas, harmonis dan tatanan yang koheren, rasional, fundamental. Aliran
ini berpandangan bahwa segala macam bentuk merupakan kenyataan. Dalam
perspektif ilmu sosial, pluralisme meniscayakan adanya diversitas dalam
masyarakat yang memiliki dua “wajah”, konsesus dan konflik. Konsesus
mengandaikan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda akan disurvive
(bertahan hidup) karena para anggotanya menyepakati hal-hal tertentu sebagai
aturan bersama yang wajib ditaati, sedangkan konflik justru memandang
sebaliknya bahwa masyarakat yang berbeda-beda itu akan tetap bertahan hidup
karena adanya konflik.
Pluralisme merupakan realitas sosiologi yang dalam kenyataannya
masyarakat memang plural. Plural pada intinya menunjukkan lebih dari satu dan
isme adalah sesuatu yang berhubungan dengan aliran atau paham. Sehingga
pluralisme dapat dikatakan sebagai paham atau sikap terhadap keadaan majemuk
dalam segala hal yang diantaranya sosial, budaya, politik, dan agama. [3]
B.
Jenis-Jenis
Aliran Filsafat Monoisme
Menurut
historisnya, monoisme melahirkan dua kutub besar pemikiran, yaitu materialisme
dan idealisme.
1.
Materialisme
Aliran ini secara tegas berpegang pada prinsip bahwa yang menjadi
hakikat alam semesta adalah materi saja, bukan rohani. Aliran ini sering
disebut juga dengan aliran naturalisme, dimana zat merupakan kenyataan dan
satu-satunya fakta. Gagasan yang menjadi fondasi materialisme tertuang pada
asumsi kenyataan materi dan waktu. Dimana berdasarkan proses waktunya, dunia
dan alam (materi) sudah ada terlebih dahulu sebelum manusia memiliki ide lahir
ke dunia, sedangkan berdasarkan pada proses materi (zat) manusia sesunggauhnya
tidak dapat berpikir dan bahkan tidak dapat bisa mempunyai ide tanpa adanya
otak sebagai materi (zat).
Aliran ini oleh Bapak filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Ia berpendapat bahwa unsur asal itu adalah
air, karena pentingnya bagi kehidupan. Anaximander
(585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara, dengan alasan bahwa
udara itu sumber dari segala kehidupan.[4]
Aliran ini juga mempunyai ciri khas yang melekat, bahwa segala hal
yang ada berasal dari satu sumber, yaitu materi, sehingga tidak mempercayai hal-hal
yang gaib atau mistis. Dalam memahami proses yang mendasari fenomena,
materialisme memiliki berbagai jenis pandangan yang dikenal dengan istilah
materialisme mekanik, metafisik, dialektik, dan historis.
Materialisme mekanik menekankan materi pada prinsip gerak dan
berubah. Gerak materi bersifat mekanis yaitu gerak yang selamanya bersifat
tetap, berulang, dan terpola secara sistematis. Materialisme metafisik justru
sebaliknya, materinya bersifat diam, statis, terpisah, dan sama sekali tidak
mempunyai hubungan. Pergerakan dan perubahan materi dipandang adanya faktor
dari luar yang mendasar. Lain halnya dengan materialisme dialektik yang
menekankan prinsip saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Gerak materi
ini terjadi secara dialektik menuju suatu benda yang lebih tinggi dan maju.
Sedangkan materialisme historis lebih dilihat sebagai pengaruh pemikiran
materialisme yang diterapkan terhadap kehidupan sosial dalam kehidupan
masyarakat. Tokoh materialisme antara lain adalah Thales (624-546 SM), Anaxamandris
(585-528 SM), dan Demokritos (460-370
SM).
2.
Idealisme
Idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam
jiwa. Aliran ini memberi penekanan yang bertolak belakang dengan apa yang
dinarasikan oleh paham materialisme. Aliran ini menegaskan hakikat realitas
adalah bukan dunia materi melainkan dunia mental dan ideasional. Aliran ini
juga beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam berasal dari ruh
yakni sesuatu yang tidak berbentuk menempati ruh. Aliran ini disebut juga dengan
aliran spiritualisme. Para tokoh aliran ini diantaranya Aristoteles (384-322 SM), George
Berkeley (1685-1753 M), Immanuel Kant
(1724-1804 M), Fichte (1762-1814 M), Hegel (1770-1831), dan Schelling (1775-1854 M).
C.
Tokoh-Tokoh
Aliran Filsafat
1.
Monoisme
Tokoh-tokoh
dalam aliran ini antara lain: Thales (625-545 SM), Aristoteles (384-322 SM),
Anaximandros (610-547 SM), Anaximenes (585-494 SM).
2.
Dualisme
atau Serba Dua
Tokoh-tokoh
aliran ini antara lain adalah Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322), Descartes
(1596-1650), Fechner (1802-1887), Arnold Gealinex, Leukipos. Anaxagoras, Hc.
Daugall, dan A. Schopenhauer (1788-1860).[5]
3.
Pluralisme
atau Serba Banyak
Tokoh-tokoh
aliran ini diantaranya Empedokles (490-430 SM), Anaxagoras (500-428 SM), Leipniz
(1646-1716 M).
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Masing-masing aliran memiliki
argument yang rasional. Monoisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa
unsur pokok dari segala sesuatu yang bersifat tunggal atau esa. Unsur dasar ini
berupa materi, pikiran, Allah, energi, dan lain-lain. Dalam aliran ini tidak
dibedakan antara pikiran dan zat. Jenis-jenis aliran filsafat monoisme antara
lain materialisme dan idealisme. Tokoh-tokoh dalam aliran ini antara lain:
Thales (625-545 SM), Aristoteles (384-322 SM), Anaximandros (610-547 SM),
Anaximenes (585-494 SM).
Dualisme adalah ajaran yang
menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak
belakang. Masing-masing substansi bersifat unik dan tidak dapat direduksi, misalnya substansi adi kodrati dengan kodrati, Tuhan
dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan badan. Tokoh-tokoh aliran
ini antara lain adalah Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322), Descartes
(1596-1650), Fechner (1802-1887), Arnold Gealinex, Leukipos. Anaxagoras, Hc.
Daugall, dan A. Schopenhauer (1788-1860).
Pluralisme tidak mengakui adanya
satu atau dua substansi melainkan banyak substansi yang bersifat independen
satu sama lain. Tokoh-tokoh aliran ini diantaranya Empedokles (490-430 SM), Anaxagoras
(500-428 SM), Leipniz (1646-1716 M).
B.
Saran
Kami dari kelompok pertama
memberikan saran untuk tetap belajar dan belajar demi menghidupkan khasanah
pemikiran para filosof-filosof baik dari kalangan non-muslim maupun dari muslim
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat
Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Maksum, Ali. 2016. Pengantar
Filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Junaedi, Mahfud. 2017. Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam.
Depok: Kencana.
[1]
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), hlm. 118.
[2]
Pius A. P, Dahlan, Kamus Ilmiah Popular,
( Surabaya: Arkola, 1994 ) hlm. 604.
[3]
Mabadiul Chomsah, Pluralism dalam
Perspektif Islam, dalam http://Penabutut.com, (25 Februari 2020).
[4]
Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), hlm. 64.
[5]
Maksum Ali, Pengantar Filsafat,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hlm. 307.