KEMAJUAN DUNIA INTELEKTUAL ISLAM DI SPANYOL

Dalam belajar sejarah islam ini saya akan menjelaskan tentang kemajuan dunia intelektual di syanyol dan merupakan kelanjutan dari pembahasan tentang ekspansi umat islam di spanyol dan tentunya sebagai pembelajaran bagi anda karena ada penyebab yang jarang di ungkap, maka kemajuan dunia intelektual di spanyol menjadi menarik untuk di ungkapkan.. untuk membahas persoalan ini. kita mulai dengan pembahasan Kekuasaan umat Islam di Spanyol praktis berakhir dengan jatuhnya Granada. 
Namun pengaruhnya pada dunia intelektual Barat, tidak terelakkan, berakar kuat sampai saat ini. Menjelajah sejarah inteletual Islam zaman Andalusia tetap relevan sebagai refleksi kekinian dan kekitaan saat ini. Montgomery Watt memberi pandangan bahwa wajah sejarah Barat dan atau Amerika saat ini tidak lain adalah pengaruh langsung dari sejarah umat Islam Spanyol.
Here an oriental culture has entered Europe and left behind magnificent architectural remains. It offers important example of close contact of diverse  culture, and one that has contributed to making Eouropean and American historian what he is.[1]

Tentu ada latar kesejarahan yang menyuburkan dunia intelektual Islam Andalusia sehingga berkembang pesat. Ada situasi sosial-politik yang melatari perkembangan sastra, pendidikan, dan keilmuan. Ketiga ranah itu cukup menjadi penanda tumbuh suburnya dunia intelektual masa itu. Dengan batasan tiga ranah itu, makalah tidak membahas bidang-bidang peradaban lain semisal: pertanian, hukum, arsitektur, administrasi publik maupun pemerintahan, militer, armada laut, ekonomi yang juga sangat menonjol saat itu.

kemajuan dunia intelektual di sepanyol yang di sebabkan dari Faktor Internal

Sebagian besar penguasa di Andalusia yang masuk dalam line up silsilah kekuasaan di Andalusia adalah orang-orang yang memiliki komitmen sekaligus bakat keilmuan dan kecintaan pada sastra. Abdurrahamn I, Hisyam, Abdurrahman II dan III sedari muda adalah para pecinta ilmu dan sastra. Tidak diragukan pemerintahan mereka mendorong tumbuh kembangnya budaya keilmuan. Kelimpaham materi yang dicapai penguasa Andalusia dimanfaatkan untuk pengembangan dunia keilmuan dan kecintaan pada buku.
Edward Gibbon, penulis sejarah kekaisaran Romawi, membuat catatan, bahwa ia terkagum-kagum dengan kecintaan masyarakat muslim di Andalusia yang jauh melampui kultur Kristen zaman pertengahan yang antibuku. Di Kordova saja ada 70 gedung perpustakaan. Khusus perpustakaan khalifah sendiri memiliki koleksi judul buku sebanyak 600.000.[2]Sumber yang lain menyatakan 400.000. Selain perpustakaan, sejumlah tempat-tempat penelitian, pusat-pusat kesehatan dan teknologi dibangun[3]. Kordova benar-benar menjadi kota peradaban yang dibangun sejak Abdurrahman I dan diperluas dan semasa Abdurrahamn II dan Al Hakam.
Pameran dan pasar buku sangat ramai. Tawar-menawar dan lelang buku di kalangan pecinta dan kolektor buku menjadikan harga buku jauh melampui harga riilnya.[4]Perpustkaan Kordova bisa jadi semacam Conggres Nation Library di Washington saat ini. Sementara gairah akan buku masyarakatnya bisa dianalogikan dengan Frankfrut Book Fair, perhelatan buku terbesar di dunia saat ini.[5]
Jika di Eropa banyak buku-buku disegel oleh gereja, pikiran-pikiran kritis dan bertentangan dengan penguasa dan gereja dibungkam seperti yang terjadi pada Copernicus dan Galileo, di Andalusia, pemikiran tumbuh subur dan kritis. Semasa Abdurrahman III, seorang khotib Bernama Al Mundzir bin Sa’id mengkritik keras megaproyek pembangunan Madinah Az Zahra. Seorang penasihat khalifah membisiki agar sang khatib itu dipecat atau diberi sanksi. Akan tetapi, dengan besar hati, Abdurrahman III menerima kritik itu sebagai peringatan untuk dirinya[6].
Penguasa Bani Umayyah juga terkenal dekat dan akrab dengan banyak penyair. Seringkali Abdurrahman II, misalnya mengundang sastrwan ke kediamannya. Seorang pujangga yang dekat dengan penguasa adalah Abd Robbihi. Pujangga besar lain yang beraliran Platonis adalah Ibnu Hazm. Puisi platonis memandang keindahan romantisme sebagai wakil dari keindahan abadi. Bagi puisi platonis, kecintaan pada dunia adalah anak tangga bagi kecintaan pada Ilahi. Cinta sejati yang  terungkap dalam puisi tidak lain adalah jalan pendakian untuk berkontempelasi pada Yang Kuasa. “Love is  a means of ascent to comtempletion of Devine,” kata Stanford yang mengutip Plato.[7]
Ibnu Hazm seorang kristen yang menjadi mualaaf. Pernah menjabat di kabinet, tetapi kemudian mengundurkan diri dan lebih memilih jalan hidup sebagai seorang sastrawan.[8]Kordova benar-benar menjadi enclave dan episentrum kegiatan ilmu dan satra. Nyaris semua pengunjungnya baik dari Andalusia maupun manca negara memberi pujian sebagai perhiasan dunia (The Ornament of World). Dicacat oleh As Sirjani, sejumlah tokoh semisal Ibnu Hauqal, Al Idrisi, Al Himyari Abu Al Hasan bin Bassam, Ibu Al Wardi memuji Kordova sebagai pusat bertemunya orang-orang hebat, berilmu, dan cerdas.[9]
Kesusastraan Isalam zaman Andalusia, diakaui mempengaruhi dunia sastra Eropa sampai saat itu. Sampai saat inipun semua kritikus Don Xuisote karya Carvantes mengakui pengaruh sastra Arab. Kekuatan prosaik Don Xuisote pun hanya bisa ditandingi oleh karya-karya Sheakspear. Secara khusus Gunawan Muhhammad memberikan catatannya dan menerjemahkan satire Don Xuisote yang pernah difilmkan.
Syahdan, adegan dimulai dengan Miguel de Cervantes, penyair, pemungut pajak, dan prajurit, yang ditangkap bersama bujangnya yang setia. Jawatan Inkuisisi, lembaga Gereja Katolik Spanyol yang dengan tangan besi menjaga keutuhan umat dan iman, menjebloskan mereka ke dalam kurungan di bawah tanah. Tak ayal, dalam Calabozo yang seram itu mereka dikerubuti para tahanan lain: semua milik yang mereka bawa harus diserahkan.[10]

Bersama dengan kemajuan dunia sastra di Andalusia, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan juga berkembang pesat. Baik ilmu agama maupun ilmu alam berkembang dengan pesat. Khusus tentang pengajaran Al Quran, dalam catatan Ibnu Khaldun, masyarakat Andalusia sangat sadar akan pentingnya mengajarkan Al Quran. Pada anak kecil Al Quran diajarkan dengan kemampuan membaca. Pelajaran Al Quran diberikan tanpa tambahan tafsir, tambahan pelajaran menulis pada anak-anak tersebut. Ini dilakukan untuk menancapkan kecintaan pertama kali pada Al Quran.[11]
Pada usia yang lebih remaja, mereka diajari menulis dan tatabahas Arab. Sebagai pelajaran tambahan murid-murid diajari sejarah, tafsir Al Quran, tata bahasa Arab, puisi, leksikografi dan geografi. Guru-guru mendapatkan tempat yang terhormat. Kaum wanita pun tidak banyak dibatasi untuk belajar. Pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, pemerataan pendidikan dilakukan. Pada zaman Abdurrahman III dinyatakan bahawa tidak ada penduduk dewasa di Kordova yang buta aksara. Kordova juga memiliki universitas besar. Asal-mulanya adalah masjid Kordova  yang dibangun tidak hanya untuk tempat ibadah, tetapi juga untuk aktivitas intelektual. Barangkali Universitas Kordova saat itu adalah Sarbone University  atau Harvard Universiy saat ini.
Selain Kordova, kota-kota Spanyol seperti Sevilla, Malaga, Granada juga juga memiliki universitas. Universitas Kordova membuka berbagai jurusan: astronomi, matemtika, kedokteran, hukum dan teologi. Univeritas Granada yang dibangun zaman Khlaifah Nashiriah, tidak kalah dengan univeristas Kordova, bahkan di Granada dibuka jurusan kimia menambahi jurusan yang ada di Kordova. Kemajuan pendidikan di kota-kota Spanyol menjadikan kaum Yahudi mengiblat. Kurikulum pendidikan mereka tak aya lagi berusaha mengadopsi dan menyerap tingkat perkembangan pendidikan Islam. Umat Yahudi ikut menikmati kejayaan Spanyol bagi kesejahteraan hidup mereka. Dalam amatan orang Yahudi, tidak hanya Kordova yang menjadi pusat perkembangan ilmu dan budaya, kota-kota lain seperti Sevilla, Granada, Malaga berusaha keras bisa menyamai Kordova. Sejumlah orang Yahudi yang berkibar menjadi tokoh, pujangga, ilmuwan diataranya Juha Halevi, Maimondes, Joseph Ibnu Nagrela, Hasdai Ibn Shaprut.[12]Kota-kota Spanyol, terutama Kordova saat itu adalah tujuan kegiatan fellowship.

kemajuan dunia intelektual di sepanyol yang di sebabkan dari Faktor Eksternal

Dominasi intelektual generasi umat Islam di Andalusia, tidak pelak lagi, menjadikan bahasa Arab adalah linguafrace saat itu. Bahasa menjadi kiblat ilmu pengetahuan saat itu. Bahasa Latin yang sudah lama mendominasi konstelasi peradaban Eropa tergeser oleh bahasa Arab. Digambarkan oleh Menocal, bagaimana seorang Pendeta Kristen Paul Alvarus menjadi gelisah melihat kenyataan anak-anak muda Spanyol merasa lebih optimis belajar bahasa Arab. Banyak orang Kristen juga senang mempelajari berbagai syair Arab. Tatabahasa Arab yang indah menjadi daya tarik bagi orang Kristen Eropa. “Adakah rakyat jelata yang masih mau membaca tafsir-tafsir kitab suci berbahasa latin,” begitu keluh Alvarus dalam bukunya The Unmistitakable Sign.[13]Gejala ini mungkin tidak jauh beda dengan kondisi masyarakat intelektual kita sekarang yang cenderung mengiblat pada bahasa Inggris.
Universitas-universitas di kota-kota Andalusia benar-benar menunjukkan diri sebagai center of excellent. Jika saja saat itu sudah ada badan pemeringkatan PT sebagaimana Time Higher Education, tidak mustahil, univeritas Kordova akan menduduki peringkat atas jajaran World Class University. Peringkat yang saat ini diidam-idamkan dan dikejar-kejar PT seluruh dunia. Sayang sekali belum ada univeritas Islam di dunia Islam, jangan lagi UIN di Indonesia masuk dalam daftar World Class University itu.[14]

Tokoh dan Ilmuwan dalam kemajuan dunia intelektual di sepanyol
Dari rahim kemajuan dunia intelektual di Andalusia itu, lahirlah tokoh-tokoh ilmuwan muslim pengembang berbagai bidang keilmuan. Tentu tidak bisa didaftar satu-persatu. Beberapa berikut yang disebut cukuplah mewakili gambaran keunggulan warisan inteletual dan dunia keilmuan umat Islam di Andalusia. Diantara mereka yang mewakili zamannya sepanjang sejarah Islam di Spanyol adalah  Al Zahrawi, Ibnu Khaldun, Ibnu Thufayl, Ibny Rusyd, dan Ibnu Bathutah
Al Zahrawi, adalah dokter ahli bedah semasa kekuasaan Al Hajib Al Muzaffar.  Al Zahrawi pula yang memperkenalkan pada dunia medis modern alat-alat bedah, prinsip-prinsip pembedahan yang mengikuti jalur pembuluh darah dan menemukan benang jahit pascabedah.[15]Ibnu Khaldun (1332-1406) mengulas sejarah dan sosiologi dengan melihat faktor fisik demografis dan spritualitas yang berpengaruh kuat pada dinamika kesejarahan bangsa Arab dan Berber.
Ibnu Thufayl seorang dokter juga seorang filsuf besar. Selaon dokter istana, ia adalah penasihat Dinasti Muwahhidun, tepatnya Khalifah AbuYaqub Yusuf. Ia sorang penganut paham neoplatonis. Ia belajar kedotern di Granada. Karya filsafatya ditulis scara prosaik: Hayy ibnu Yaqzan (Yang Hidup Anak Kesadaran) adalah judul karyanya. Buku itu selian komtemplatif juga mengibur. Buku itu memuat gagasan. Bahwa salah satu kapasitas akal manusia adalah mengetahui tanpa bantuan sedikitpun dari luar. Ilham, pengetahuan rohani, ide-ide spiritualisme bisa diraih tanpa bantuan panca indra. Buku ini diterjemahkan dalam bahasa Latin pertama kali oleh Edward Pococke. Gaya menulisnya konin mirip dengab pendhulunya Ibnu Sina, tetapi inspirasinya berasal dari Alfarabi.[16]
Ibnu Rusyd (1126-1198), selain dokter dan hakim, ia tekenal terutama di kalangan Barat karena ulasanya tentang Arsitoteles. Nalar Barat terbantu dalam memahami alam pikiran Yunani terutama karya-karya Aristoteles berkat ulasam-ulasan Ibnu Rusyd. Ia hidup semasa Ya’qub Al Manshur salah satu penguasa Dinasti Muwahhidun. Di dunia Islam, pandangan-pandangan Ibnu Rusyd dikenal bertentangan dengan pandangan Al Ghazali. Dalam perkembangan sejarah berikutnya, Al Ghazali lebih diakrabi oleh kaum muslimin di belahan Asia dan Afrika. Sementara orang-orang Kristen Barat mengiblat pada Ibnu Rusyd. Andai saja umat Islam dalam kesejarahan mutakhir bisa melakukan elaborasi yang seimbang pemikiran Ghozali dan Ibnu Rusyd, mungkin saja akan berdampak lain pada wajah peradaban umat Islam hari ini.
Ibnu Bathutah (1304-1377), sebenarnya ahli fikih, tetapi pengembaraannya menjadikannya terkenal karena catatan demografi, etnografi dan geografi dari wilayah-wilayah yang dikunjuginya dari Afrika, India, China, Konstantonopel dan ke Andaluisa.[17]Dalam perjalanannya dari Delhi ke China, Ibnu Bathutah, singgah di Samudra Pasai pada tahun 1345. Saat itu penguasa kerjaan Islam pertama di nusantara adalah Sultan Malikus Zahir.[18]
demikian dalam pembahasan kemajuan dunia intelektual di spanyol, dan semoga bermanfaat untuk anda. dan pelajari juga tentang ajaran dalam aliran syiah




[1] William Montgemary Watt and Pieere Cachia, A History of Islamic Spain(Eidenburg: Eidenburg University Press, 1997), 1.
[2]  Maria Rosa Menocal, Sepotong Surga di Andalusia, 39.
[3] Janes S. Gerber, The Jews of Spain: A Historic of Sephardic Experoence (New York: McMillan, 1994),29.
[4] Philip K. Hitti, The History Arabs, 717.
[5] Tentang bergengsinya pameran buku di Frankfrut Jerman Dorothea Rosa Herliany, penyair Indonesia yang tinggal di Jerman, menggambarkan dalam artikelnya ”Frankfurt Book Fair: Pentingnya Sastra di Sebuah Bangsa”, Kompas, 6/10/2013.
[6] Roghib As Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 22.
[7] Stella Stanford, Plato and Sex (Cambridge, USA: Polity Press, 2010) 27.
[8] Philip K. Hitti, The History of Arabs, 710.
[9] Rogib, As Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 367.
[10] http://goenawanmohamad.com/2010/08/23/majenun/
[11] Ibnu Khladun, Muqoddimah, terj. (Jakarta: Al Kaustar, 2001) 1003.
[12] Janes R. Gerber, The Jews of Spain: A History of Sephardic Experience (Macmillan, 1994), 36-38.
[13] Maenocal, Sepotong Surga di Andaluisa, 77
[14] Soal ulasan capaian peringkat PT Indonesia dan sejumlah PT dunia yang berhasil menembus daftar World Class University, “Bambang Cipto, Di Balik Terpuruknya Peringkat PT” (Kompas: 14/10/2013).
[15] Roghib, As Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 328.
[16] Hitti, History ofArabs, 742.
[17] Ibid, 839.
[18] Ensiklopedia Islam(Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996 ) 249.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel