Makalah Hukum Kausalitas Alam: Sunnatullah QS. Ar-Ruum, 30:24
“Hukum Kausalitas Alam: Sunnatullah”
QS. Ar-Ruum, 30:24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT menuturkan tentang bukti-bukti keberadaan-Nya melalui apa yang dituturkan-Nya dalam penciptaan manusia, selanjutnya Allah melanjutkan penjelasan tentang bukti-bukti yang berada pada semesta alam. Hukum Kausalitas sendiri sudah dipercaya oleh manusia sejak lama dan salah satu kebenaran yang diakui dalam kehidupan sehari-hari.Manusia mengakui dan percaya bahwa suatu peristiwa atau kejadian tidak terjadi secara kebetulan melainkan semuanya terjadi karena adanya suatu sebab akibat yang terjadi sebelumnya.Fenomena hukum Kausalitas dapat dengan mudah kita lihat misalnya, Menjemur Pakaian dengan menggunakan panas matahari. Semua orang menyakini bahwa pakaian itu menjadi kering dikarenakan panas matahari, tetapi sebenarnya ada tahapan-tahapan dimana pakaian tersebut dapat menjadi kering dan contoh ketika kertas terbakar disebabkan oleh api yang membakarnya, akibat dari adanya api membakar kertas jadi kertas terbakar. Hukum kausalitas semesta menjelaskan untuk membuktikan eksistensi kebenaran yang nyata melalui sebab akibat suatu fenomena peristiwa atau kejadian terjadi.
B. Judul Makalah
Dalam Qs. Ar-Ruum ayat 24 ini menjelaskan tentang Pendidikan Pengetahuan Dasar dengan tema “Hukum Kausalitas Alam: Sunnatullah” .
C. Nash dan Terjemahan
وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakuan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya. (QS. Ar-Ruum, 30:24).[1]
D. Arti Penting Pengkajian Materi
Di dalam surat Ar-Ruum ayat 24 terdapat pelajaran bagi orang yang mau berfikir tentang alam dan memperhatikan alam semesta ini dengan pandangan yang teliti dan mengambil pelajaran, yaitu tentang keindahan-keindahan dalam semesta ini, dengan maksud sebagai sarana untuk mengetahui pengaturnya dan penciptanya yang menciptakan segala sesuatu dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori
Alam disebut juga dengan alam semesta, jagat raya. Dalam pandangan islam, alam semesta berasal dari tdak ada menjadi ada. Allahlah yang mengadakannya, karena itu Allah disebut Khaliq dan alam semesta ini disebut dengan makhluk. Seperti firman Nya dalam QS. Yasin: 82
إِنَّمَاأَمْرُهُإِذَاأَرَادَشَيْئًاأَنْيَقُولَلَهُكُنْفَيَكُونُ
Artinya :
“Sesungguhnya urusannya-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.” (Qs. Yasin : 82)
Alam semesta ini diatur oleh Allah dan hukum alam ( Law of nature) Adanya hukum alam ini membuktikan adanya yang mengatur alam, yaitu Allah SWT.[2]Prinsip kausalitas berbunyi ,“Segala sesuatu membutuhkan sebab untuk mengada, kecuali keberadaan itu sendiri.” Sifat penting kausalitas pertama adalah keselarasan; yaitu satu sebab yang sama akan menghasilkan akibat yang sama. Selain itu adalah sifat kecemasaan sebab dan akibat, serta sifat relasi eksistensial antara sebab dan akibat. Hukum ini adalah merupakan hukum yang beranggapan bahwa ketika bumi ini berputar searah jarum jam maka ada hukum yang bertindak lanjut seperti itu, apa yang kita rasakan bila kita mendapatkan kejadian yang memalukan di masyarakat tentu ada sebab yang melatarbelakanginya.
Bencana-bencana yang telah terjadi seperti banjir, gunung meletus, dan sebagainya sehingga menyebabkan dunia ini menjadi kacau-bala, tak lain dan tak bukan adalah akibat hukum kausalitas pula, karena bencana-bencana ini pasti disebabkan oleh manusia itu sendiri baik secara sadar maupun tidak, yang jelas adahubungnnya dengan yang namanya manusia. Allah telah menjelaskan bahwa “kerusakan yang ada di darat dan yang di laut disebabkan oleh tangan manusia”[3]
2. Tafsir
a. Tafsir Jalalain
وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ( Dan diantara tanda- tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepada kalian) Dia mempersaksiakan kepada kalian - الْبَرْقَ خَوْفًا(kilat untuk menimbulkan kekuatan) bagi orang yang melakukan perjalanan karena takut disambar petir-وَطَمَعًا(dan harapan) bagi orang yang bermukim akan turunnya hujan- وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا(dan Dia menuerunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya) Dia mengembangkan dengan menumbuhkan tumbuhan-tumbuhan padanya- إِنَّ فِي ذَٰلِكَ(Sesungguhnya pada yang demikian itu) hal yang telah disebutkan tadi - لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ(benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya) yaitu bagi mereka yang berfikir.[4]
b. Tafsir ibnu Kasir
Allah ta’ala berfirman, “ Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya” yang menunjukkan kepada keagungan-Nya ialah “Dia memperlihatkan kepadamu kilat yang menimbulkan ketakutan dan harapan.” Kadang-kadang kamu takut dengan gelegarnya dan kadang-kadang kamu mengharapkan hujan karenanya. Karena itu, Allah Ta’ala berfirman: “Serta menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah mati, “ setelah sebelumnya bumi itu kering kerontang dan tandus. Setelah turun hujan, maka bumi pun menjadi subur, gembur, dan menumbuhkan pepohonan sehingga menjadi rimbun . Pada yang demikian itu terdapat pelajaran dan dalilyang jelas yang menunjukkan kepada adanya hari kebangkitan. Karena itu, Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.”[5]
c. Tafsir Al-Maraghi
وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ
Dan diantara tanda-tanda yang menujukkan kebesaran kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia memperlihatkan kepada kalian kilat, yang karenanya kalian merasa takut terhadap suara guruh yang timbul darinya, dan sekaligus kalian berharap akan hujan yang diakibatkannya turun dari langit. Karena dengan air hujan itu bumi yang tadinya tandus tiada tanaman dan pohon-pohonan dengannya akan menjadi hidup subur.
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya didalam hal-hal yang telah disebutkan tadi benar-benar terdapat bukti-bukti yang pasti dan adil yang jelas bagi adanya hari berbangkit dan adanya hari kiamat. Karena sesungguhnya bumi yang tandus, tiada tanaman, pohon-pohonan padanya, bila ia kedatangan air maka iya akan menjadi gembur dan subur, serat dapat menumbuhkan berbagai macam dan jenis tumbuh-tumbuhan yang tampak indah. Di dalam hal tersebut benar-benar terkandung gambaran yang jelas dan adil yang terang menunjukkan adanya kekuasaan Allah yang menghidupkannya. Bahwa Dia mampu untuk menghidupkan kembali makhluk semua sesudah mereka mati, yaitu di saat semua manusia dibangunkan kembali untuk menghadap kepada tuhan semesta alam.[6]
3. Implementasi suratQS. Ar-Ruum, 30:24 dalam kehidupan
Hukum kausalitas juga tidak hanya mencakup tentang fenomena alam tetapi lebih dari itu,hukum kausalitas juga mencakup tentang amal dan perbuatan manusia. Semuanya akan ada akibat dan hasil yang sesuai dengan apa yang kita terbuat. Maka dari itu, Manusia hendaknya Lebih bersikap hati-hati dalam melakukan setiap amal dan perbuatan.tidak hanya itu Pikiran kita juga harus berhati-hati dalam berfikir karena pastinya juga akan mengakibatkan adanya suatu akibat dari apa yang kita pikirkan. Manusia harus berusaha menemukan, memahami, dan menguasai hukum-hukum alam yang sudah digariskan-Nya, sehingga dengan usahanya ia dapat mengeksploitasinyauntuk tujuan-tujuan yang baik.
4. Aspek Tarbawi
a. Bukti tanda-tanda kekuasaan Allah SWT dan keesaan-Nya
b. Menjadikan manusia lebih berfikir bahwa sesuatu yang terjadi bukanlahsuatu kebetulan semata,melainkan ada tahapan-tahapan sebab akiibatnya.
c. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan mempunyai akal,dan dengan akal manusia mampu menemukan eksistensi keberadaan Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
QS. Ar-Ruum, 30:24, ayat ini membahas tentang Hukum Kausalitas Alam; Sunatullah, inilah menunjukkan kuasa-Nya memperlihatkan dari saaat ke saat kilat, yakni cahaya yang berkelabatdengan cepat di langit. Itu berpotensi menimbulkan kekuatan jangan sampai ia menyambar dan juga menimbulkan harapan bagi turunya hujan, lebih-lebih bagi yang berada di darat. Disamping bukti kuasa-Nya itu, Allah SWT, juga menurunkan hujan dari awan, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah kegersangan dan ketandusan tanahnya yang demikian itu itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Bagi kaum yang berakal, yakniyang memikirkan dan merenungkan sehingga mengikat nafsu agar tidak terjerumus dalam kedurkahaan.
hukum kausalitas semesta menjelaskan untuk membuktikan eksistensi kebenaran yang nyata melalui sebab akibat suatu fenomena peristiwa atau kejadian terjadi.
B. Saran
Mungkin makalah yang saya ketik masih banyak kekurangan dan semoga bermanfaat bagi yang membacanya, saya minta kritik dan saran dari bapak dosen pengampu dan teman-teman semua
Pemakalah mengharapkan adanya kritik dan saran bapak dosen dan teman-teman dalam makalah ini guna memperbaiki kesalahan–kesalahan yang terdapat dalam makalah ini dan semoga bermanfaat bagi pembaca.. Aamiin...
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul Karim
Putra Daulay,Haidar, 2014. Pendidikan Islam dalam Prespektif Filsafat, Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup
Zar, Sirajudin, 1997, Konsep Penciptaan slam Pemikiran Islam, Sains dan Al- Qur’an, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Sani, Ridwan Abdullah, 2015, Sins Berbasis Al-Qur’an, Jakarta: Bumi Aksara
Al- Mahalliy, Imam Jalalud-din dan Imam Jalalud-din As-Syuyuti, 1990, Terjemah Tafsir Jalalain cet.1, Bandung: Sinar Bandung.
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib, 1999, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Kasir, Jilid 3 cet 1, Jakarta: Gema Insani Press.
Al- Maraghi, Ahmad Mustafa, 1993, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXI Cet. 2, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
[1] QS. Ar-Ruum ini termasuk dalam golongan surah Makkiyah yang terdiri dari 60 ayat, juz 21 dan surah nomor 30 dalam urutan surah di Mushaf Al Qur’ān
[2] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Prespektif Filsafat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup,2014), hlm. 27
[3]Ridwan Abdullah Sani, Sins Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), Hlm 115-123
[4] Imam Jalalud-din Al-Mahalliy, Imam Jalalud-din As-Syuyuti, Terjemah Tafsir Jalalain cet.1, (Bandung: Sinar Bandung, 1990), hlm. 1721-1722
[5] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Kasir, Jilid 3 cet 1, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 761
[6] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXI Cet. 2, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), hlm. 72