Makalah Jalin Komunikasi dan Kerjasama Global (QS. As-Syuaro ayat 183)

PENDIDIKAN ETIKA GLOBAL
Jalin Komunikasi dan Kerjasama Global
QS. As-Syuaro ayat 183



BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar  Belakang
Saat ini, konsep teamwork atau kerjasama sangat ditekankan karena hal ini merupakan unsur penting yang menjamin kecemerlangan dan keberhasilan dengan lebih mudah dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu. Apalagi perkembangan zaman yang modern ini menuntut manusia lebih bekerja keras agar tidak menjadi umat yang tertinggal dalam persaingan global. Interaksi antara dua individu atau lebih akan melahirkan dampak yang lebih hebat daripada bekerja sendiri. Oleh sebab itu islam mendidik umatnya tentang pentingnya bekerjasama atau tolong menolong terutama dalam aspek kebaikan dan takwa. Agar tercapai tujuan kerjasama tersebut maka diperlukan adanya komunikasi yang baik. Komunikasi adalah suatu anugerah dari Allah sebagai alat utama untuk mendekat diri kepadaNya dan alat untuk berhubungan atau kerjasama antar individu satu dengan yang lainnya. Maka dari itu dalam berkomuikasi hendaknya menggunakan adab dan prinsip yang harus dijaga agar komunikasi tersebut diberkati Allah. Komunikasi yang baik akan meningkatkan kesepahaman antar insan sekaligus menghasilkan keharmonisan. Sebagaimana yang akan dibahas dalam makalah ini dalam surat As-Syuaro ayat 183 dijelaskan bahwa Allah melarang manusia untuk merugikan sesama manusia dan berbuat kerusakan akan tetapi sebaliknya, di jelaskan pula dalam surat Al-Maidah ayat 2 bahwa Allah telah menegaskan kepada manusia untuk saling tolong menolong.

B.        Judul Makalah
Makalah ini membahas tentang Pendidikan etika global yaitu dengan judul “Jalin Komunikasi dan Kerjasama Global” yang terkandung dalam surat As-Syuaro ayat 183.
وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
        ”Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.”


C.           Arti Penting
Dalam ayat ini Allah SWT menyajikan kisah tentang Syu’aib dan kaumnya, penduduk Madyan. Allah telah mengutusnya kepada mereka, lalu dia menasehati mereka agar menyempurnakan takaran dan dan timbangan, serta tidak mengadakan kerusakan di muka bumi, namun mereka mendustakannya. Maka Allah menimpakan azab kepada mereka dengan menghujani mereka dengan api, sehingga mereka terbakar semua.
Ayat ini penting dikaji untuk mengingatkan kita bahwa kita harus mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dalam menegakkan kebenaran sehingga terwujudnya kemashlahatan antar ummat serta percaya dan yakin adanya  perintah dan larangan Allah kepada manusia itu untuk kebaikan dan kesejahteraan manusia.




BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Kerjasama dan Komunikasi
Menurut webster’s New Collegiate Dictionary, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan kepada sesama manusia dengan menggunakan sistem-sistem yang berbentuk simbol, isyarat, ataupun tingkah laku.[1]
Dalamkomunikasi diperlukan kesamaan makna terhadap maksud yang hendak disampaikan agar komunikasi terjalin dengan baik. Dengan demikian suara atau bunyi merupakan hal yang paling utama dalam komunikasi. [2]
Ketikaberkomunikasi, beberapa prinsip dan adab harus dijaga yaitu :
1.      Senantias berbicara dengan benar
2.      Menjauhi tutur kata yang haram
3.      Berpikirlah sebelum berbicara
4.      Hindari berbantahan karena hal ini menunjukkan kelemahan
5.      Berlemah lembut dan tidak menggertak, menghardik dan membentak.
6.      Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
7.      Menjadikan komunikasi sebagai alat untuk mengajak manusia pada kebenaran.[3]
Adapun Pengertian Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama merupakan interaksi yang paling penting karena pada hakikatnya manusia tidaklah bisa hidup sendiri tanpa orang lain sehingga ia senantiasa membutuhkan orang lain. Kerjasama dapat berlangsung manakala individu-individu yang bersangkutan memiliki kepentingan yang sama dan memiliki kesadaran untuk bekerja sama guna mencapai kepentingan mereka tersebut.[4]
Dalam hal ini hubungan kerjasama dan komunikasi sangat erat kaitannya. Komunikasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar satu dengan lainnya perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
B.        Tafsir Ayat
وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.”
Tafsir Al-Azhar
Iqtishad dan kemakmuran ialah apabila hubungan antar manusia berlaku dengan jujur. Kecurangan hanya akan memberikan untung sementara, adapun selanjutnya adalah kerusakan budi seluruh masyarakat yaitu orang lain tidak akan mempercayainya lagi dan ia akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya.[5]

Tafsir Ibnu Katsier
Syu’aib memerintahkan mereka untuk menyempurnakan takaran dan timbangan serta melarang mereka berbuat curang dalam masalah tersebut. yakni jika kalian menyerahkan sesuatu kepada manusia, maka sempurnakanlah timbangannya dan janganlah kalian mengurangi timbangannya dengan memberikannya secara kurang. Akan tetapi ambillah oleh kalian sebagaimana kalian memberi dan berikanlah oleh kalian sebagaimana kalian mengambil.
Firman-Nya: wa laa tabkhasun naasa asy-yaa-aHum (“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya”) yaitu janganlah kalian mengurangi harta-harta mereka.”) walaa ta’tsau fil ardli mufsidiin (“Dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”) yaitu menjadi perampok. [6]

Tafsir Al – Misbah
Kata tabkhoshu berarti kekurangan akibat kecurangan. Ibn ‘arabi sebagaimana dikutip oleh Ibn ‘Asyur mengartikan sebagai pengurangan dalam bentuk mencela, atau memperburuk sehingga tidak disenangi, atau penipuan dalam nilai atau kecurangan dalam timbangan dan takaran dengan melebihkan atau mengurangi.
Kata al-qisthaas berarti neraca. Dalam hal ini Mujahid berpendapat bahwa dalam mewujudkan keadilan diperlukan adanya neraca sebagai tolak ukur yang pasti. Jika neraca tersebut digunakan dengan benar maka akan lahir keadilan. Dan apabila digunakan dengan kecurangan maka akan lahir kerusakan.[7]
C.       Aplikasi Dalam Kehidupan
 Apabila melakukan kerjasama antar orang, atau antarkelompok hendaknya didasari atas etika yang berlandaskan pada sifat-sifat terpuji seperti bertanggung jawab dan amanah.
Dalam bekerja sama, maka ada tujuan yang harus dicapai. Dan dalam mencapai tujuan tersebut pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hendaknya saling tafahum diantara kedua belah pihak dan jalinlah komunikasi yang baik.
Dalam mencapai team yang solid, dibutuhkan saling kerjasama dan memiliki tujuan yang jelas serta memiliki leader yang bisa bersosial dengan baik kepada karyawannya.
D.       Aspek Tarbawi
1.      Setiap orang mempunyai hak sebagai manusia yang dimanusiakan
2.      Hendaknya manusia menjalin hubungan yang baik antar sesama manusia lainnya
3.      Allah SWT. tidak menyukai orang-orang yang berbuat fasad
4.      Allah SWT.  memerintahkan para hambanya untuk berbuat adil terhadap orang lain untuk  memenuhi atas hak-haknya.



Daftar Pustaka

Abidin, Zainal. 2008.  Al-Quran for Life Excellence. Jakarta: Hikmah
Syafie, Inu Kencana. 2000. Alquran dan Ilmu Administrasi. Jakarta: PT Rineka Cipta
http://www.temukanpengertian.com/2013/09/pengertian-kerja-sama.html
Abdulmalik, Syaikh. 1987.  Tafsir  Al-Azhar. Surabaya: Yayasan Latimojong
Syihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati





[1]Zainal Abidin, Al-Quran for Life Excellence, (Jakarta: Hikmah, 2008), hlm. 228.
[2]Inu Kencana Syafie, Alquran dan Ilmu Administrasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 31.
[3]Zainal Abidin, op.cit,  hlm. 230.
[4]http://www.temukanpengertian.com/2013/09/pengertian-kerja-sama.html
[5]Syaikh Abdulmalik,, Tafsir  Al-Azhar, cet.ke-1, (Surabaya: Yayasan Latimojong, 1987), hlm. 174.
[7]M. Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 129.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel