UQ D 5B I’JAZUL QUR’AN
I’JAZUL QUR’AN
NIM. 2318051
KELAS: D
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kehadirat Allah swt yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “I’jaz Al-qur’an” sesuai rencana. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, para sahabatnya,sera orang-otang yang mau mengikuti sunnah-sunnahnya, aamiin.
Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen mata kuliah Ulumul Qur’an atas tugas yang telah diberikan sehingga menambah wawasan penulis tentang I’jaz Al-quran. Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga bantuan dari berbagai pihak terkait mendapatkan balasan dari Allah swt dengan pahala yang berlipat ganda, Aamiin.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini menamah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa robbal’alamin.
Pekalongan, Maret 2019
Penulis
KATAPENGANTAR………………………………………….......1
DAFTAR ISI……………………………………………………......2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………….3
B. Rumusan Masalah……………………………………...3
C. Tujuan………………………………………….............4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian I’jaz dan Mukjizat…………………………5
B. Macam-macam I’jaz Al-qur’an……………………….7
C. Macam-macam mu’jizat………………………………9
D. Tujuan dan fungsi I’jaz Al-qur’an…………………….10
E. Cara-caraa kei’jazan Al-qur’an………………………..12
F. Pendapat ulama’ tentang I’jaz Al-qur’an……………...13
G. Aspek-aspek I’jaz Al-qur’an…………………………..14
BAB III PENUTUP
A. Simpulan……………………………………………..16
B. Saran…………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alqur’an adalah kitab petunjuk dan hidayah bagi manusia dan seluruh makhluk yang bertaqwa di atas bumi ini. Sesuai dengan penegasan al-qur’an: kitab (al-qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS al-baqarah(2): 2), agar mereka dapat hidup teratur dan tertib serta benar dalam kehidupan ini. Seluruh alam yang luas beserta isinya dari bumi, laut dan segala isinya akan menjadi kecil dihadapan manusia yang lemah, karena ia telah diberi keistimewaan-keistimewaan seperti kemampuan berfikir untuk mengelola seluruh yang ada di hadapannya.
Allah tidak akan membiarkan manusia tanpa adanya wahyu pada setiap masa, agar mendapat petunjuk dan menjalankan kehidupannya dengan terang dan benar. Maka allah mengutus Rasulnya dengan mu’jizat yang sesuai dengan kecanggihan kaum pada masanya, agar manusia memercayai bahwa ajaran yang ia bawa datang dari Allah swt. Oleh karena akal manusia pada masa pertama perkembangannya lebih dapat menerima mu’jizat yang bersifat materi, maka mu’jizat juga berbentuk materi seperti mu’jizat tongkat Nabi Musa as,. Yang bisa berubah menjadi ular besar, juga mu’jizat Nabi Isa as,. Yang dapat menghidupkan orang yang mati dengan izin Allah dan dapat menyembuhkan orang buta.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian I’jaz dan mu’jizat?
2. Apa saja macam-macam I’jaz?
3. Apa saja macam-macam mu’jizat?
4. Apa tujuan dan fungsi I’jaz al-qur’an?
5. Bagaimana cara-cara kei’jazan al-qur’an?
6. Bagaimana pendapat ulama’ tentang I’jaz al-qur’an?
7. Apa saja aspek-aspek I’jaz al-qur’an?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian I’jaz dan mu’jizat
2. Untuk mengetahui macam-macam I’jaz
3. Untuk mengetahui macam-macam mu’jizat
4. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari I’jaz al-qur’an
5. Untuk mengetahui cara-cara kei’jazan al-qur’an
6. Untuk mengetahui pendapat ulama’ tentang I’jaz al-qur’an
7. Untuk mengetahui aspek-aspek dari I’jaz al-qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN I’JAZ DAN MU’JIZAT
Dari segi bahasa katra I’jaz, berasal dari kata a’jaza, yu’jizuu, I’jaz, yang berarti melemahkan atau memperlemah. Juga dapat berarti menetapkan kelemahan.
Secara normative, I’jaz adalah ketidakmampuan seseorang melakukan sesuatu yang merupakan lawan dari ketidakberdayaan. Oleh karena itu, apabila kemu’jizatan itu telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jizat. Sedang yang dimaksud dengan I’jaz, secara terminologi ilmu Al-qur’an adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut: menurut manna’ Khalil Al-qaththan
“ I’jaz adalah menampakkan kebenaran Nabi saw dalam pengakuan orang lain sebagai seorang rasul utusan Allah swt. Dengan menampakkan kelemahan orang-orang arab untuk menandinginya atau menghadapi mu’jizat yang abadi, yaitu al-qur’an dan kelemahan-kelemahan generasi-generasi sesudah mereka”
Sedangkan Mu’jizat adalah perkara luar biasa yang disertai dengan tantangan yang tidak mungkin dapat ditandingi oleh siapapun dan kapanpun Muhammad bakar ismail menegaskan: mu’jizat adalah “Perkataan luar biasa yang disertai dan diikuti dengan tantangan ang diberikan oleh Allah swt. Kepada Nabi-Nabinya sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas misi dan kebenaran terhadap apa yang diembarnya, ang bersumber dari Allah SWT.”
Muhammad Ali al-shabuniy mengemukakan: I’jaz adalah “menetapkan kelemahan manusia baik secara kelompok maupun bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa dengannya, maka mu’jizat merupakan bukti yang datangnya dari Allah SWT. Yang diberikan kepada hambanya untuk memperkuat kebenaran misi kerasulan dan kenabiannya.”
Dari ketiga definisi diatas dapat difahami bahwa antara i‘jaz dan mu’jizat adalah dapat dikatakan searti, yakni melemahkan, Hanya saja pengertian I’jaz diatas mengesankan batasan yang lebih bersifat spesifik, yaitu hanya Al-qur’an. Sedangkan pengertian mu’jizat, mengesankan batasan yang lebih luas, yakni bukan hanya berupa al-qur’an, tetapi juga perkara-perkara lain yang tidak mampu dijangkau oleh segala daya dan kemampuan manusia secara keseluruhan. Dengan demikian, dalam konteks ini antara pengertian I’jaz dan mu’jizat itu saling isi mengisi dan saling lengkap melengkapi, sehingga dari batasan-batasan tersebut tampak dengan jelas keistimewaan dari ketetapan-ketetapan Allah yang khusus diberikan kepada rasul-rasul pilihannya, sebagai salah satu bukti kebenaran misi kerasulan yang dibawanya itu. Namun demikian, tidak sedikit dari mereka yang berpaling dari kebenaran yang dibawa oleh para rasul Allah tersebut.
Ditampilkannya I’jaz dan atau mu’jizat itu bukanlah semata-mata bertujuan untuk menampakkan kelemahan manusia dalam menandinginya. Tetapi tujuan yang sebenarnya adalah untuk meyakinkan mereka bahwa Muhammad Saw adalah benar-benar untusan Allah dan AL-qur’an itu benar-benar diturunkan dari sisi Allah Swt. Kepada Muhammad saw, yang mana Al-qur’an itu sama sekali bukanlah perkataan manusia atau perkatan lainnya. begitu pula mu’jizat para nabi terdahulu bukanlaah semata-mata bertujuan untuk mengungguli kemampuan manusia secara keseluruhan dengannya, tetapi maksud dan tujuan utama yang sebenarnya adalah untuk menunjukkannya terhadap mereka,khususnya yang tidak beriman, bahwa para nabi dan rasul itu benar-benar menyampaikan misi yang sebenarnya dari Allah SWT, sehingga ketidak mampuan mereka menandingi mu’jizat itu diharapkan mendorongnya untuk mengimani, bahwa hal itu adalah benar-benar bersumber dari Allah SWT. Tujuannya tidak lain hanya untuk membimbing mereka agar membenarkan dan sekaligus mengikuti apa yang disampaikan dan diajarkan kepada mereka dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat.[1]
B. MACAM-MACAM I’JAZ AL-QUR’AN
Macam-macam i’jaz Al-Qur’an yang disebut dalam buku ”Al-I’jazal Qur’any fi wujuhil Muktasyifah”, antara lain:
1) I’jaz Balaghy (berita tentang hal-hal yang ghaib)
Sebagian ulama’ mengatakan bahwa mu’jizat Al-Qur’an adalah berita ghaib, contohnya adalah Fir’aun yang mengejar Nabi Musa as, hal ini diceritakan dalam QS. Yunus: 92, Artinya:”Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”.
Berita-berita ghaib yang terdapat pada wahyu Allah SWT yakni Taurat, Injil, dan Al-Qur’an merupakan mu’jizat. Berita ghaib dalam wahyu Allah SWT itu membuat manusia takjub, karena akal manusia tidak mampu mencapai hal-hal tersebut.
2) I’jaz Lughawy (keindahan redaksi Al-Qur’an)
Menurut Shihab (dalam Rosihon Anwar, 2000:34) memandang segi-segi kemu’jizatan Al-Qur’an dalam 3 aspek, di antaranya aspek keindahan dan ketelitian redaksinya. Dalam Al-Qur’an dijumpai sekian banyak contoh keseimbangan yang serasi antara kata-kata yang digunakan, yaitu:
a. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya.
b. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna yang dikandungnya.
c. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah yang menunjukkan akibatnya.
3) I’jaz ’Ilmu
Di dalam Al-Qur’an, Allah mengumpulkan beberapa macam ilmu, di antaranya ilmu falak, ilmu hewan. Menurut Quraish Shihab, banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur’an, misalnya: Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri dan cahaya bulan merupakan pantulan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 5. Hal itu diisyaratkan dalam firman Allah: ”Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dada orang itu untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah dia sedang mendaki ke langit.” (QS. Al-An’am: 125)
4) I’jaz Tasyri’i
Al-Qur’an menetapkan peraturan pemerintah Islam, yakni pemerintah yang berdasarkan musyawarah dan persamaan serta mencegah kekuasaan pribadi. Firman Allah SWT: ”Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” (QS. Ali Imron: 159). Di dalam pemerintahan Islam, tasyri’i itu tidak boleh ditinggalkan. Al-Qur’an telah menetapkan bila keluar dari tasyri’ Islam itu hukumnya kafir, dzalim, dan fasik. Firman Allah SWT: ”Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka ini adalah orang-orang kafir” (QS. Al-Maidah: 44).
5) I’jaz ’Adady (Jumlah)
I’jaz ’adady merupakan rahasia angka-angka dalam Al-Qur’an. Seperti dikatakan ”sa’ah” disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 24 kali, sama dengan jumlah jam dalam sehari semalam. Selain itu Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada tujuh. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula dalam surat Al-Baqoroh: 29, surat Al-Isra’: 44, surat Al-Mukminun: 86, surat Fushshilat: 12, surat Ath-Thalaq: 12, surat Al-Mulk: 3, dan surat Nuh: 15.[2]
C. MACAM-MACAM MU’JIZAT
Secara garis besar mu’jizat ang diberikan Nabi Muhammad dan kepada Nai-nabi pendahulunnya dapat digolongkan kedalam dua jenis yakni:
1. Mu’jizat hissi
Mu’jizat yang dapat dilihat secara kasat mata, didengar oleh telinga, dirasa dan ditangkap oleh panca indra. Mu’jizat semacam ini adalah mu’jizat yang berlaku secara tempural sesuai dengan kebutuhan mu’jizat Nabi-nabi terdahulu semuannya masuk pada tipe yang pertama ini. Seperti tidak terbakarnya Ibrahim as., berubahnya tongkat musa as., menjadi ular, Isa as., yang menghidupkan orang mati, juga terjadi pada diri Nabi Muhammad Saw., ada kisah memancarnya air dari jari-jari tangan beliau, membelah bulan sebagaimana diabadikan pada awal surah Al-qamar. Mu’jizat semacam ini sengaja ditunjukkan kepada manusia yang tak mampu menggunakan akal pikiran dan kecerdasannya untuk menangkap keagungan Allah.
2. Mu’jizat maknawi
Mu’jizat yang tidak dapat dicapai dengan kekuatan panca indra semata, tapi dicapai dengan kekuatan dan kecerdasan akal pikiran. Hanya orang-orang yang mempunyai akal sehat dan kecerdasan yang tinggi, mempunyai hati nurani serta berbudi luhur sajalah yang mampu menangkap dan memehami kebesaran mu’jizat model ini.
Kedua jenis mu’jizat ini diberikan kepada Nabi Muhammad dan Alqur’an mengandung keduannya. Bahkan yang maknawi (‘aqli) jauh lebih besar porsinnya dibandingkan dengan yang hissi sebab Al-qur’an memang dipersiapkan untuk menghadapi dan mengantisipasi serta mengendalikan segala zaman, sebagai konsekuensi dari proses kenabian dan kerasulan ang berhenti dan Muhammad sebagai khatam An-nabiyyin
Dengan daya nalar akal manusia, misteri-misteri ang berhasil disingkat oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah merupakan sebagian kecil dari fenomena jagat raya. Hakikat-hakikat yang tertinggi yag terkandung dalam misteri alam merupakan bukti eksistensi sang pencipta dan perencanaan-Nya atas dasar inilah Albert Einstein sebagaimana dinukil oleh quraish shihabm, bahwa dia berujar: “Apa yang terjadi, semuannya diwujudkan oleh sesuatu kekuatan yang Maha Dahsyat lagi maha mengetahui”. Itulah yang dikemukakan dan di isyaratkan oleh Al-qur’an secara global.[3]
D. TUJUAN DAN FUNGSI I’JAZ AL-QUR’AN
Tujuan I’jazul Qur’an:
a) Membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW yang membawa mukjizat kitab Al-Qur’an itu adalah benar-benar seorang Nabi atau Rasul Allah. Beliau diutus untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT kepada umat manusia dan untuk mencanangkan tantangan supaya menandingi Al-Qur’an kepada mereka yang ingkar
b) Membuktikan bahwa kitab Al-Qur’an adalah benar-benar wahyu Allah SWT, bukan buatan malaikat Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad SAW. Sebab seandainya Al-Qur’an itu buat Nabi Muhammad yang seorang ummi (tidak pandai menulis dan membaca), tentu pujangga-pujangga Arab yang profesional,di mana mereka tidak hanya pandai menulis danmembaca tetapi juga ahli dalamsastra, gramatikal bahasa arab, dan balaghahnya akan bisa membuat seperti Al-Qur’an,sehingga jelaslah bahwa Al-Qur’an itu bukan buatan manusia
c) Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasan manusia,karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa Arab tidak ada yang mempu mendatangkan kitab tandingan yang sama seperti Al-Qur’an,yang telah ditantangkan kepada mereka dalamberbagai tingkat dan bagian Al-Qur’an
d) Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya[4]
Fungsi I’jazul Qur’an
Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT (QS: Al A’raaf:2) yang memiliki fungsi dan peran sebagai:
a) Mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw
b) Pedoman hidup bagi setiap Muslim
c) Korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya .
Al Quran tidak diragukan lagi sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim. Di dalamnya terdapat ayat-ayat yang mengajak pada kebajikan dan kebenaran, menuju hidup yang lebih baik. Tidak hanya berisi tata cara berinteraksi dengan Sang Pencipta, melainkan juga etika bermu’amalah dengan sesama manusia, maupun dengan makhluk lainnya.. Ada kalanya penyebutan di Al Quran secara global saja, dan Hadits Nabi Muhammad SAW berfungsi sebagai penjelasnya.
Karena diturunkan terakhir atau pamungkas, maka Al Quran berfungsi sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya. Sementara sebagai mu’jizat Rasulullah Muhammad SAW, Al Quran sudah tidak ada tandingannya lagi, bahkan jika seluruh makhluk bersekutu untuk membuat sebuah surat yang sama dengan al Quran.[5]
E. CARA-CARA KEI’JAZAN AL-QUR’AN
Ulama’ kalam beraneka pendapat dalam menetapkan kei’jazan al-qur’an. An-nadhdham dan Al-murtadha berpendapat bahwa ke I’jazan Al-qur’an adalah dengan jalan shirfah, yakni Allah memalingkan orang arab dari menantang Al-qur’an, padahal mereka sanggup melakukannya. Allah memalingkan mereka, itulah yang dikatakan menyalahi adat (kebiasaan)
Demikianlah menurut An-nadhdham. Dan makna shirfah menurut Al-murtadha ialah Allah mencabut ilmu-ilmu yang diperlukan untuk menantang Al-qur’an. Maka kelemahan orang-orang arab bukanlah karena mereka tidak mempunyai kesanggupan untuk menantang AL-qur’an. Tetapi qadar ang Allah tetapkan, itulah yang melemahkan mereka.
Kita berpendapat bahwa kei’jazan Al-qur’an tetap berlaku sepanjang masa bukan karena Allah mencabut kemampuan orang arab melakukannya. Segolongan ulama berpendapat bahwa al-qur’an mu’jizat dengan balaghahnya yang belum ada tandingannya. Demikianlah pendapat ahli-ahli sastra. Sebagian mereka mengatakan bahwa kei’jazan Al-qur’an ialah karena mengandung badi’ yang sangat ganjil yang menyalahi apa yang dibiasakan oleh orang-orang arab.
Gologngan yang lain mengatakan bahwa kei’jazan Al-qur’an ialah dalam mengkhabarkan hal-hal yang ghaib yang hanya diperoleh dengan jalan wahyu dann dalam mengkhabarkan urusan-urusan yang telah lalu yang tidak diterangkan oleh seseorang ummi yang tidak mempelajari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada umat-umat yang telah lalu dan tidak pula bergaul dengan ahli kitab.
Segolongan ulama’ menyatakan bahwa Al-qur’an mu’jiz karena mengandung berbagai macam ilmu dan hikmah-hikmah yang sangat mendalam. Sebenarnya al-qur’an mu’jiz dengan setiap makna yang dapat dipikul oleh lafal. Dia mu’jiz pada lafalnya, pada uslubnya, pada penempatan huruf didalam kosakata, pada penempatan kosakata, dalam kalimat dan penempatan kalimat dalam hubungan ayat dengan ayat.
Al-qur’an mu’jiz di dalam makna-maknanya yang telah menungkap tirai hakikat kemanusiaan dan risalah kemanusiaan dalam wujud ini. Dia mu’jiz dengan ilmu-ilmunya dan ma’rifah-ma’rifahnya yang sebagian besarnya telah diakui oleh ilmu modern sekarang ini. Dia mu’jiz dalam perundang-undangannya, dalam memelihara hak-hak asasi manusia dan membentuk masyarakat yang ideal.[6]
F. PENDAPAT ULAMA’ TENTANG I’JAZ AL-QUR’AN
Para ulama’ berpendapat bahwa segi kemu’jizatan al-qur’an itu karea dzatnya, serta tidak seorang pun yang sanggup mendatangkan sesuatu yang sebanding dengannya, tetapi sebagian mereka berbeda-beda dalam hal meninjau segi kemu’jizatan al-qur’an.
Sebagian ulama’ berpendapat bahwa segi kemu’jizatan al-qur’an adalah sesuatu yang terkandung dalam al-qur’an itu sendiri, yaitu segi nadzhamnya yang asing ang berbeda dengan susunan orang arab pada umumnya.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemu’jizatan itu terkandung dalam lafadz-lafadznya yang jelas, redaksinya yang mengandung sastra tingkat tinggi, sususnannya yang indah, dan nilai sastra al-qur’an tidak ada bandingannya.
Sementara ulma’ lain berpendapat bahwa kemu’jizatan itu karena al-qur’an terhindar dari adanya pertentangan, serta mengandung makna-makna yang mendalam, memuat hal-hal yyang ghaib diluar kemampuan manusia dan di kekuasaan mereka untuk mengetahuinnya sebagaimana al-qur’an bersih dan terhindar dari pertentangan dan perselisihan pendapat.
Ada lagi ulama’ yang berpendapat bahwa segi kemu’jizatan al-qur’an adalah adanya keistimewaan-keistimewaan yang Nampak dan keindahan-keindahan yang menarik yang terkandung dalam al-qur’an, baik permulaan, tujuan, maupun dalam menutup setiap surat.
Jumhur kaum muslimin berpendapat bahwa al-qur’an sendiri merupakan mu’jizat (mu’jizat bi dzatihi). Maksudnya al-qur’an dengan seluruh yang ada didalamnya, termasuk struktur kalimat, balaghah bayan (penjelasan), perundang-undangan (tasyri’),berita-berita ghaib dan persoalan-persoalan lain yang merupakan mu’jizat, telah menyababkan seluruh manusia tidak mampu membuat yang serupa dengannya.[7]
G. ASPEK-ASPEK I’JAZ AL-QUR’AN
Pandangan dan pandangan pakar ulum al-qur’an tentang aspek kemu’jizatan al-qur’an beragam. Segolonagan ulama berpendapat, al-qur’an itu mu’jizat dengan balaghahnya yang mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandinganny. Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemu’jizatanal-qur’an itu ialah kandungan badi’ yang singkat unik dan berbeda dengan apa yang telah dikenal dengan perkataan orang arab.
Muhammad ali al-shabuni dalam kitabnya al-tibyan menyebutkan segi-segi kemu’jizatan al-qur’an sebagai berikut:
1. Susunannya ang indah, berbeda dengan susunan yang ada dalam bahasa orang-orang arab.
2. Terdapatuslub yang unik yang berbeda dengan semua uslub-uslub bahasa arab.
3. Ia mengandung sifat mungkin dan membuka peluang bagi seorang makhluk untuk mendatangankan yang sejenisnya.
4. Bentuk undang-undang ang detail lagi sempurna melebihi setiap undang-undang buatan manusia.
5. Menggambarkan hal-hal yang ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan wahyu.
6. Tidak bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya.
7. Menepati janji yang ada dalam al-qur’an.
8. Mengandung prinsip-prinsip ilmu pengetahuan didalamnya.
9. Berpengaruh kepada semua pengikut dan musuhnya.
Akan tetapi quraish shihab berpendapat bahwa pada garis besarnya mu’jizat al-qur’an itu tampak dalam tiga hal pokok. Pertama, susunan redaksinya yang mencapai puncak tertinggi dari sastra bahasa arab. Kedua, kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu ang diisyaratkannya. Ketiga, ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum al-qur’an itu mu’jizat dengan segala makna yang dibawa dan dikandung oleh lafadz-lafadznya dan juga uslubnya.Satu huruf darinya merupakan bagian dari mu’jizat yang diperlukan oleh lainnya dalam ikatan kata; suatu kata yang berada ditempatnya juga merupakan bagian mu’jizat dalam ikatan kalimat, dan satu kalimat yang ada ditempatnya juga merupakan bagian mu’jizat dalam jalinan surat.[8]
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Ijazul Qur’an ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka dan mukjizat adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.
Dan Al-Qur’an al-Karim digunakan Nabi untuk menantang orang-orang Arab tetapi mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi tingkat fasahah dan balaghahnya. Hal ini tiada lain karena Al-Qur’an adalah mukjizat.
Mukjizat adalah suatu hal yang luar biasa yang dianugrahkan oleh Allah kepada Nabi/ Rasul-Nya untuk membuktikan kebenaran kenabian atau kerasulannya.
I’jazul Qur’an mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
a) Untuk membuktikan kerasulan Nabi Muhammad SAW
b) Untuk membuktikan bahwa kitab suci Al-Qu’an benar-banar wahyu dari Allah.
c) Untuk menunjukkan balaghah bahasa manusia.
d) Untuk menunjukkan kelemaan daya upaya dan rekayasa manusia
Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT (QS: Al A’raaf:2) yang memiliki fungsi dan peran sebagai:
a) Mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw.
b) Pedoman hidup bagi setiap Muslim.
c) Korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya.
Mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad dan nabi-nabi yang lain ada dua jenis, yaitu Hissi dan Maknawi.
B. SARAN
1) Meyakini bahwa nabi Muhammad SAW adalah nabi terkahir dan jelas tidak ada mungkin lagi ada nabi atau mu’jizat sepeninnggal beliau rasulullah.
2) Lebih memahami dan mempelajari I’jaz al-qur’an, karena akan semakin menambah keimanan kita sebagai kaum mukminin.
3) Selalu mempelajari I’jaz al-qur’an akan semakin memperkaya khazanah keilmuan,keislaman khususnya ulum al-qur’an, sehingga mampu menjawab tantangan globalisasi dan modernisasi dengan isyarat atau kandungan-kandungan yang terdapat dalam al-qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Usman.2009. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Teras.
Al Qaththan, Syaikh Manna’. 2008. Pengantar Studi Ilmu Al Quran. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Abdullah, Mawardi. 2011. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djalal, Abdul.2011. Ulumul Qur’an. Kudus: Nora Media Enterprise.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2014. Ilmu-Ilmu Al-qur’an (Ulumul al-qur’an ). Semarang: Pt. Pustaka Rizki Putra.
PROFIL PENULIS
Nama : Nafilah
Tempat, tanggal lahir : Pekalongan, 23 Oktober 1999
Alamat : Salakbrojo, Rt/Rw: 04/03, Kec: Kedungwuni,
Kab: Pekalongan.
Nim : 2318051
Prodi : PGMI
Riwayat pendidikan : 1. RA SALAKBROJO.
2. MI WALISONGO SALAKBROJO.
3. MTS SALAFIYAH SYAFI’IYAH PROTO.
4. MA SALAFIYAH SYAFI’IYAH PROTO.
5. IAIN PEKALONGAN
[1] Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hlm. 285-288
[2] Syaikh Manna’ Al Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al Quran, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), hlm. 320
[3] Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 126-128
[4] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2011), hlm. 270
[6] Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-qur’an (Ulumul al-qur’an ),(Semarang: Pt. Pustaka Rizki Putra, 2014), hlm. 295-296
[7] Mawardi Abdullah, Op.cit, hlm. 128-129
[8] Ibid, hlm. 132-133