Makalah “Jangan Mengikuti Tanpa Dasar Ilmu” surat Al-Israa ayat 36
“Jangan Mengikuti Tanpa Dasar Ilmu”
QS. Al-Israa ayat 36
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi II tentang Pendidikan Ilmiah dan Intelektual“Jangan Mengikuti Tanpa Dasar Ilmu” surat Al-Israa ayat 36. meskipun masih banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.SI selaku Dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi II yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang isi kandungan Al-Qur’an terutama dalam QS.Al-Israa Ayat 36. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-qur’an adalah firman Allah yang sangat rapih dan sopan, al-quran menata semua hal dunia maupun akhirat bahkan dalam masaslah ilmu alquran pun mengatur dengan baik dan benar di dalam menuntut ilmu kita tidak boleh hanya meniru tanpa dasar yang jelas karena semuanya akan dimintai pertanggung jawaban kelak nanti di akhirat dan alquran memerintah setiap muslim yang bertaqwa untuk mengikuti apa yang telah di instruksikan
B. Judul
Pendidikan Ilmiah dan Intelektual“Jangan Mengikuti Tanpa Dasar Ilmu”
C. Nash
Ÿwur ß#ø)s? $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# uŽ|Çt7ø9$#ur yŠ#xsàÿø9$#ur ‘@ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ
36. dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
D. Arti Penting Dikaji
Ayat ini sangat penting dikaji mengapa karena dalam ayat ini mengandung perintah kepada manusia agar berhati-hati dalam menyampaikan ilmu harus didasari dengan ilmu yang pasti tidak boleh mengada-ngada tentang suatu ilmu karena Allah akan meminta pertanggung jawaban atas semua yang diperbuat oleh kita di dunia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Secara etimologis (bahasa) Pendidikan Ilmiah berasal dari dua kata yaitu “Pendidikan” dan “Ilmiah”. Kemudian apakah yang dimaksud dengan “pendidikan” itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “pendidikan” berasal dari kata dasar “didik” yang berarti kegiatan mengajarkan suatu hal tertentu dengan target tertentu oleh pihak tertentu (subyek/pendidik) kepada pihak yang menjadi obyek. Maka “pendidikan” dapat diartikan sebagai: suatu kegiatan yang berkenaan dengan pengajaran sesuatu hal oleh pihak tertentu (pendidik) kepada pihak lain yang menjadi obyek (siswa didik). Dengan demikian secara istilah “pendidikan” merupakan suatu “metode” dalam memperpoleh “pengetahuan” (sesuatu obyek/materi/hal tertentu yang diajarkan).
Oleh karenanya “pendidikan” bisa sangat beragam, tergantung pada “predikat” atau materi apa yang mengikutinya. Pendidikan bisa saja mempunyai predikat misalnya : Pendidikan Kritis, Pendidikan Moral, Pendidikan Agama, Pendidikan Militer, Pendidikan Seksual, Pendidikan Ilmiah, Pendidikan Politik (Civic Education), dan lain sebagainya. Dalam konteks ini “Pendidikan Ilmiah” hanyalah salah satu ragam/varian dari ”metode” pendidikan. Dan pendidikan itu sendiri hakekatnya juga hanyalah merupakan salah satu dari “metode” pembelajaran (cara tentang bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan). Karena bisa saja seseorang memperoleh pengetahuan tidak melalui suatu “pendidikan” misalnya belajar sendiri tanpa bantuan orang lain (autodidak). Dengan demikian maka sekali lagi, pendidikan hanyalah merupakan salah satu metode pembelajaran.
Oleh karenanya “pendidikan” bisa sangat beragam, tergantung pada “predikat” atau materi apa yang mengikutinya. Pendidikan bisa saja mempunyai predikat misalnya : Pendidikan Kritis, Pendidikan Moral, Pendidikan Agama, Pendidikan Militer, Pendidikan Seksual, Pendidikan Ilmiah, Pendidikan Politik (Civic Education), dan lain sebagainya. Dalam konteks ini “Pendidikan Ilmiah” hanyalah salah satu ragam/varian dari ”metode” pendidikan. Dan pendidikan itu sendiri hakekatnya juga hanyalah merupakan salah satu dari “metode” pembelajaran (cara tentang bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan). Karena bisa saja seseorang memperoleh pengetahuan tidak melalui suatu “pendidikan” misalnya belajar sendiri tanpa bantuan orang lain (autodidak). Dengan demikian maka sekali lagi, pendidikan hanyalah merupakan salah satu metode pembelajaran.
B. Tafsir
1. Tafsir al maraghi
Ÿwur ß#ø)s? $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4
Dan janganlah kamu bersikap mengeluarkan perkataan atau perbuatan yang kamu tidak tahu.
Kata – kata ini merupakan undang – undang yang mencakup banyak persoalan kehidupan. Dan oleh karenanya, mengenai kata – kata ini para penafsir mengeluarkan beberapa pendapat :
a. Ibnu Abbas mengatakan : janganlah kamu mengatakan menjadi saksi kecuali atas sasuatu yang di ketahui oleh kedua matamu, di dengaroleh kedua telingamu dan di pahami oleh hatimu.
b. Qatadah Mengtakan pula : janganlah kamu mengatakan “saya telah mendengar”, padahal kamu belum pernah mendengar, atau “saya telah melihat” padahal kamu tak pernah melihat, atau “saya telah mengetahui,” padahal kamu belum tahu.
c. Dan ada pula yang mengatakan bahwa yang di maksud ialah melarang berkata-kata tanpa ilmu, tapi hanya perasangkaan dan paham belaka.
d. Tapi, ada puayang mengatakan bahwa yang di maksud adalah melarang orang – orang musyrik dari kepercayaan – kepercayaan mereka yang di dasarkan pada taqlid kepada nenek moyang dan hanya mengikuti hawa nafsu belaka.
Kemudian Allah SWT menyebutkan pula, apa alasan dari laranga tersebut seraya firmannya:
4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# uŽ|Çt7ø9$#ur yŠ#xsàÿø9$#ur ‘@ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ
Sesungguhnya Allah pasti menyakan pendengaran, penglihatan dan hati tentang apa yang di lakukan oleh pemiliknya.
Dan menurut sebuah kabar dari syakal bin humaid katanya pernahsaya datang kepada Nabi SAW lalu saya katakan ya, nabiyallah, ajarkanlah kepadaku sebuah taawwuz untuk saya gunakan sebagai pelindung.
2. Tafsir Al-azhar
,,Dan janganlah engkau menurut saja dalam hal yang tak ada pengetahuan bagimu pengetahuan padanya”. (pangkal ayat 36).
Ayat ini teremasuk sendi budi-pekerti Muslim yang hendak menegakkan kepribadiannya. Kita dilarang Allah menurut saja. Nurut menurut bahasa jawa, dengan tidak menyelidiki sebab dan musabab.
Qatadah menafsirkan kelemahan pribadi pak turut tu Demikian,, Jangan katakan engkau aku lihat, padahal engkau tak melihatnya, Aku dengar padahal tak pernah engkau dengar. Saya tahu, padahal engkau tak tahu”
Di awal ayat ini tersebut ,, wa la taqfu” : kata kata taqfu ialaah dari mengikuti jejak. Kemana orang pergi kesana awak pergi. Kemana tujuan orang itu awak tak tahu.”
Di ujung ayat di tegaskan : ,, Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan dan hati, tiap-tiap satu dari padanya itu akan di tanya dari hal itu.” (ujung ayat 36)
Terang dini orang hanya menuruti saja jejak langkah orang lain, baik nenek-moyangnya karena kebiasaan, adat-istiadat dan tradisi yang diterima, atau keputusaan dan ta’ash-shub
3. Tafsir Al – Lubab
Ayat ini beresan keada orang per orang agar melakukan apa yang di perintah Allah di atas dan menghindari apa yang tidak sejalan dengannya. Lebih lanjut ayat ini berpessan : “janganlah mengikuti persoalan apapun yang engkau tidak ketahui, yakni jangan berucap apa yang engkau tidak ketahui, jangan mengaku tahu apa yang engkau tidak tahu, atau mengaku mendengar apa yang tidak engkau dengar. Ssesungguhhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua yang merupakan alat-alat pengetahuan itu masing-masing akan di tanyai tentang bagaimana pemiliknya menggunakannya sedang pemiliknya akan dituntut mempertanggungjawabkan penggunaannya
C. Aplikasi dalam kehidupan
Dari penjelasan Qs. Al-israa ayat 36, maka banyak sekalo pembelajaran yang bisa didapatkan .bahwa dalam pendidikan kita diharuskan untuk menggunakan akal dan pikiran kita dan juga meminta petunjuk hanya kepada Allah sehingga kita tidak masuk dalam kesesatan melainkan kebenaran. Jalan yang dipakai jangan hanya taqlid saja tanpa mengetahui apakah benar sesuai dengan ketentuan Allah dan rosulnya atau tidak. Dalam belajar kita harus memiliki etika untuk tidak mengikuti apa-apa yang tidak kita lihat, dengar, maupun yang tidak sesuai dengan hati kita. Dan kita dilarang berbuat atau megatakan hanya berdasarkan prasangkaatau dugaan, tanpa pengetahuan yang benar karena prasangka tidaklah dibenarkan sehingga dikhawatirkan akan menyesatkan orang lain, Haram berkataatau berbuat tanpa didasarioleh ilmu, karena dapat menyebabkan kerusakan oleh karena itu kita tidak boleh mengikuti apa yang kitatidak mengetahuinya karena allah akan menanyakan anggota badan ini pada hari kiamat tentang apa yang telah diucapkan oleh pemiliknya atau yang dikerjakan dari perkataan dan perbuatan yang dilarang
D. Aspek tarbawi
1. Jangan berkata atau berbuat tanpa didasari ilmu
2. Selalu berlindung kepada Allah
3. Allah akan menanyakan anggota tubuh kita apa yang kita lakukan pada saat di dunia
4. Gunakanlah pendengaran, penglihatan,dan hati untuk melakukan hal yang positif
5. Jauhilah prasangka karena prasangka itu merupakan pembicaraan yang paling bohong
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam ayat ini, Allah memberikan suatu petunjuk yang sangat jelas bagi umat manusia, bahwa manusia perlu berhati-hati dalam menggunakan potensi manusia terutama mata, telinga, dan hati/pkiran dalam konteks meraih ilmu, ia harus digunakan semaksimal mungkin, disamping kewajiban menunaikan amanah ilmiah
DAFTAR PUSTAKA
juguran.blogspot.com/2008/01/pendidikan-ilmiah-sebuah-pengantar.html diambil pada minggu pukul 7.40
Al-maragi,Ahmad Mustofa Tafsir Al-maragi,Juz XV, 1993 (Semarang: PT Karya Toha Putra,)
Hamka, Tafsi Al-Azhar Juz XV, 1982 (Jakarta: Pustaka Panjimas,)
Shihab,M. Quraish Tafsir Al-Lubab, 2012 (Jakarta: Lentera Hati,)