ULAMA – ULAMA YANG AKAN MASUK NERAKA KARENA PERILAKU BID’AH NYA MENURUT SALAFY-WAHABI
Tulisan ini saya khususkan kepada para pengingkar bid’ah hasanah, yang adalah bahwa ulama – ulama ini telah berbuat perkara baru dalam agama, jika Ahlus sunnah Wal jamaah bertaqlid pada ulama – ulama salaf tentang adanya bid’ah hasanah, maka bersebrangan dari golongan pengingkar bid’ah hasanah, dimana setiap bid’ah adalah sesat, dan pasti neraka, Begitu banyaknya ulama dan kaum muslimin yang akan masuk neraka (menurut salafy) karena kebid’ahan mereka (Salafy berpendapat setiap bid’ah adalah sesat & pelakunya akan masuk neraka), berikut sebagian saja dari banyaknya daftar ulama – ulama yang akan masuk neraka (menurut Salafy) karena menganjurkan bid’ah :
1. SAHABAT NABI & KELUARGA NABI SAW
- SITI A’ISYAH & MASYARAKAT MADINAH (Menganjurkan tabaruk & tawasul ke makam Nabi Muhammad saw)
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’man telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Zaid telah menceritakan kepada kami Umar bin Malik An Nukri telah menceritakan kepada kami Abu Al Jauza` Aus bin Abdullah, ia berkata: “Suatu hari penduduk Madinah dilanda kekeringan yang sangat hebat, dan saat itu mereka mengadu kepada Aisyah Radliyallahu’anha, kemudian ia berkata: “Pergilah ke kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, buatlah lubang ke arah langit dan jangan sampai ada atap diantaranya dengan langit. Kemudian Abu Al Jauza` melanjutkan kisahnya: ” kemudian masyarakat Madinah melakukan apa yang diperintahkan Aisyah Radliyallahu’anha, setelah itu, turunlah hujan dan rerumputan pun tumbuh dan ternak-ternak menjadi sehat. Karenanya tahun tersebut disebut dengan tahun kebebasan (dari paceklik)”. (HR. Addarimi no. 92). [Baca]
- UMAR BIN KHATTAB
A. Membangun kubah di atas kuburan Orang Sholeh
Malik berkata: Orang yang pertama kali membangun kubah diatas kuburan adalah Umar. Ia membangun kubah di atas makam Zainab binti Jahsy, istri Nabi Saw” (Syarahal-Bukhari karya Ibnu Baththal, 5/346) [Baca]
B. Menganjurkan sholat tarawih secara berjamaah sebulan penuh
Dari ‘Abd al-Rahman bin ‘Abd al-Qari, dia berkata: Pada satu malam di bulan Ramadan aku keluar bersama dengan ‘Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anh ke masjid. Di dapati orang ramai sholat terpisah, . Ada yang sholat sendirian, ada pula yang sholat dan sekumpulan (datang) mengikutinya. ‘Umar berkata: “Jika aku kumpulkan mereka pada seorang imam adalah lebih baik.” Kemudian beliau melaksanakannya maka dikumpulkanlah mereka dengan (diimami oleh) Ubai bin Ka‘ab. Kemudian aku keluar pada malam yang lain, orang ramai mengerjakan sholat dengan imam mereka (Ubai bin Ka‘ab). Berkata ‘Umar: “Sebaik-baik bid‘ah adalah perkara ini, sedangkan yang mereka tidur (solat pada akhir malam) lebih dari apa yang mereka bangun (awal malam) (lihat Shahih al-Bukhari – hadith no: 2010 (Kitab Solat Tarawih, Bab keutamaan orang yang beribadah pada malam Ramadhan) dan al-Muwattha’ (الموطأ) al-Imam Malik – hadith no: 231 (Kitab seruan kepada sholat, Bab apa yang berkenaan solat pada malam Ramadhan))
Berkata Muhammad bin Sa’ad, ketika menceritakan biografi Umar bin Khaththab r.a. dalam Ath-Thabaqat, juz III: “Beliaulah orang pertama yang mentradisikan shalat malam-malam Ramadhan (Tarawih) dengan berjamaah. Kemudian ia menginstruksikannya ke seluruh negeri, yaitu pada bulan Ramadhan tahun 14 H. Ia mengangkat dua qari (imam) di Madinah; seorang mengimami sembahyang Tarawih untuk kaum laki-laki dan seorang lainnya untuk kaum wanita… dan seterusnya.”
C. Sholat Tarawih 23 Rokaat
Berkata Yazid bin Ruman: “Di zaman Umar bin Khattab, orang-orang melaksanakan shalat malam di bulan ramadhan (shalat tarawih) dengan 23 rakaat “ (H.R. Imam Muslim).
- UTSMAN BIN AFFAN (Azan Jum’at 2x)
Saib bin Yazid berkata: “Pada masa Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar, azan di hari Jum’at pada awalnya hanyalah ketika Imam duduk di atas mimbar. Pada saat Ustman bin Affan menjabat sebagai khalifah dan manusia sudah semakin banyak, beliau pun memerintahkan orang-orang untuk mengumandangkan azan yang ketiga. Azan tersebut dilakukan di atas zaura’ (sebuah tempat di pasar Kota Madinah) dan ketetapan itu diberlakukan untuk masa selanjutnya”. (HR. Bukhori) [Baca]
- BILAL BIN HARITS AL-MAZANI (Berdoa di makam Nabi Muhammad saw)
” Telah diriwayatkan dari ibn Abu Syaibah dengan sanad yang shahih, dari riwayat Abu Sholih as-Sammani, dari Malik ad-Daari yang mana beliau adalah bendaharanya khalifah ‘Umar, beliau berkata: Masyarakat ditimpa paceklik pada masa Khalifah ‘Umar, kemudian seseorang mendatangi kubur Nabi Shollallaah ‘alaih wa sallam kemudian berkata: “Yaa Rasulallaah, mohonkan hujan untuk ummatmu disebabkan mereka hendak binasa”. Kemudian di dalam tidurnya datanglah seseorang dan berkata kepadanya: “Datangilah ‘Umar!”. Dan sungguh telah diriwayatkan pula dari Saif di dalam al-Futuuh bahwasanya lelaki yang bermimpi tadi adalah Bilal bin al-Harits al-Mazani yang merupakan salah seorang dari kalangan sahabat. “ (Fathul Bari: Imam Ibnu Hajar) [Baca]
- ABU AYYUB AL-ANSARI ( Menempelkan wajah di atas makam Nabi Muhammad saw)
“Dawud ibn Salih berkata: pada suatu hari Marwan melihat seorang laki-laki menaruh wajahnya di atas makam Nabi sall llahu ‘alayhi wasallam. Marwan menegurnya, “Kau tahu apa yang kau lakukan?” Ketika Marwan dampai di dekatnya, orang tersebut menoleh dan memperlihatkan wajahnya ternyata orang tersebut adalah Abu Ayyub al-Ansari [salah seorang sahabat besar dari golongan Ansar). Sayyidina Abu Ayyub Al-Ansari radiyAllahu ‘anhu. berkata: “Ya, Aku datang kepada Nabi, bukan ke sebuah batu.”
(Hadits riwayat Ibn Hibban dalam Shahihnya, Ahmad (5:422), Tabrani dalam Mu’jamul Kabir (4:189), Awsat, Ibnu Hajar Haythami dalam al-Zawa’id (5:245), al-Hakim dalam kitab Mustadrak (4:515), Tabrani dan al-Hakim, al-Subki dalam Syifa’ al-siqam (p. 126), hadits ini dishahihkan oleh IBNU HAJAR AL ASQALANI dan ADZ DZAHABI)[Baca]
- TSUMAMAH (Mengambil berkah dari keringat Nabi Muhammad saw)
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’d telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah Al Anshari dia berkata; telah menceritakan kepadaku Ayahku dari Tsumamah dari Anas bahwa Ummu Sulaim, bahwa dia biasa membentangkan tikar dari kulit untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau istirahat siang di atas tikar tersebut, Anas melanjutkan; “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah tidur, maka Ummu Sulaim mengambil keringat dan rambutnya yang terjatuh dan meletakkannya di wadah kaca, setelah itu ia mengumpulkannya di sukk (ramuan minyak wangi), Tsumamah berkata; ‘Ketika Anas bin Malik hendak meninggal dunia, maka dia berwasiat supaya ramuan tersebut dicampurkan ke dalam hanuth (ramuan yang digunakan untuk meminyaki mayyit), akhirnya ramuan tersebut diletakkan di hanuth (ramuan yang digunakan untuk meminyaki mayyit).” (HR. Bukhori : 5809) [Baca]
B. Berziarah & memanggil namanya
Ibn Kathir menulis: Ibn Asakir meriwayatkan dalam biografi Amr Ibn Jamah: “Seorang pemuda yang biasa ke shalat dan berdoa ke Masjid. Suatu ketika seorang wanita bermaksud buruk padanya, mengundangnya datang kerumah. Disaat si pemuda dirumahnya, ia membaca ayat-ayat Quran (إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْاْ إِذَا مَسَّهُمْ طَـٰئِفٌ مِّنَ ٱلشَّيْطَـٰنِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ) dengan keras dan kemudian pingsan lalu meninggal karena takut kepada Allah. Lalu mayatnya dishalatkan kemudian di kuburkan. Umar (RA) bertanya: “Dimana pemuda yang kerap shalat dimasjid itu?” Orang-orang menjawab: “Ia telah wafat dan kami telah menguburkannya.” Kemudian Umar (RA) mendatangi kuburnya dan memanggil namanya dan kemudian membacakan satu ayat Quran berbunyi: [55:46] Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga (Quran, Ar Rahman :46). Lalu terdengar suara dari si pemuda menjawab dalam kuburnya, “Benar sekali! Allah telah memberiku dua syurga”.(Tafsir Ibn Kathir Volume 006, Halaman No. 496) [Baca]
- ABU HURAIRAH
A. Meminta kepada Nabi agar Allah kuatkan hafalannya
“Wahai Rasulullah, saya mendengar banyak hadits darimu namun saya lupa. Saya ingin lupa ini hilang,” Abu Hurairah mengadu. “Bentangkan selendangmu,” perintah beliau. Lalu Abu Hurirah membentangkan selendangnya dan beliau mengambil udara dengan tangannya dan meletakkannya pada selendang tersebut kemudian bersabda, “Lipatlah selendangmu!” Lalu Abu Hurairah melipat selendangnya. “Sesudah peristiwa itu saya tidak pernah mengalami lupa,” ucap Abu Hurairah. (HR Al Bukhari dalam Kitabu Al ‘Ilmi Babu Hifdhi Al ‘Ilm hadits : 119.)
B. Membaca Istigfar 12.000 x
“Ahmad meriwayatkan dari Ikrimah, bahwa Abu Hurairah berkata: Sungguh saya meminta ampunan kepada Allah (istighfar) dan bertaubat setiap hari sebanyak 12.000 kali, hal ini sesuai dengan tebusan dosa saya. Abdullah bin Ahmad meriwayatkan bahwa Abu Hurairah memiliki benang yang terdiri dari 12.000 ikatan yang ia gunakan sebelum tidur. Dalamriwayat lain sebanyak 2000 ikatan, Abu Hurairah tidak tidur hingga bertasbih dengannya. Riwayat inilebih sahih dari sebelumnya” (al-Bidayah wa an-Nihayah 8/120) [Baca]
- Ibnu Abbas (Sholawat 1000 x)
Ibnu Qoyyim (murid Ibnu Taimiyah) Menjelaskan:
Dari A’masy, dari Zaid ibnu Wahb,telah berkata Ibnu Mas’ud kepadasaya: Wahai Zaid, jangan kau tinggalkan di hari Jumat untuk bersalawat kepada Nabi 1000 kali” (Jala’ al-Afham 1/87
2. ULAMA – ULAMA SALAF
- YAHYA BIN YA’MAR (Pemberian titik pada Mushaf Al – Qur’an)
“Orang pertama yang memberikan tanda “TITIK” pada Mushhaf-mushhaf itu adalah YAHYA BIN YA’MAR”.
Dan adalah sebelumnya mushhaf ditulis tanpa tanda titik, maka ketika Yahya bin Ya’mar menambahkan tanda titik pada Mushhaf, tak ada seorang pun ulama yang melarangnya, padahal Rosululloh Saw, saja tidak pernah memerintahkan untuk menambahkan tanda titik pada penulisan Mushhaf.
Dan adalah sebelumnya mushhaf ditulis tanpa tanda titik, maka ketika Yahya bin Ya’mar menambahkan tanda titik pada Mushhaf, tak ada seorang pun ulama yang melarangnya, padahal Rosululloh Saw, saja tidak pernah memerintahkan untuk menambahkan tanda titik pada penulisan Mushhaf.
- KHALID BIN MA’DAN (Membaca Tasbih 40.000 x)
“Khalid bin Ma’dan bertasbih setiap hari sebanyak 40.000 tasbih selain al-Quran. Ketika meninggal ia diletakkan di atas meja untuk dimandikan, ternyata jarinya bergerak bertasbih” ( juga dalam kitab Abu Nuaim dalam al-Hilyah 5/210 dan adz-Dzahabi dalam Tadzkirah al-Huffadz 1/93)
- UMAIR BIN HANI (Membaca Tasbih 100.000 x)
Dan pernah di tanyakan kepada Umair bin hani;kami tdk pernah melihat lisanmu berhenti bergerak, berapakah engkau membaca tasbih dalam sehari??ia berkata seratus ribu tasbih. (jamiul ulum 1/446)
- MARAH BIN SYARAHIL (Shalat Sunnah 600 rakaat)
“Ibnu Hibban menambahkan bahwa Marrah bin Syarahil salat dalam sehari 600 rakaat. al-Ajali berkata, ia tabii yang tsiqah, ia salat dalam sehari 500 rakaat” (Tahdzib at-Tahdzib, al-Hafidz Ibnu Hajar, 10/80) [Baca]
- ABA USMAN ANNAHDI (Shalat sunnah 100 rokaat)
Sesungguhnya Aba usman annahdi beliau shalat antara waktu magrib dan isa sebanyak 100 rokaat,berkata abu hatim;ia seorang tsiqqoh. (siyar alam nubala karya dzahabi 4/175)
- Keluarga Ibnu Abbas (Membuat kubah di makam Ibnu Abbas)
Abbas (paman Rasulullah Saw) meninggal pada tahun 32 H. Disalati oleh Utsman, dimakamkan di Baqi’ dan diatas kuburnya ada kubah besar yang dibangun para Khalifah keluarga Abbas” (Siyar A’lam an-Nubala’ 2/97) (Baca)
- Abu Hamdun (Mendoakan 300 nama shahabat sebelum tidur)
ABU HAMDUN adalah ulama shalih ahlul Qur`an yang zuhud. Beliau memilki lembaran yang berisi 300 nama sahabat-sahabatnya. Dimana beliau selalu mendoakan mereka tiap malamnya. Suatu saat malam Abu Hamdun meninggalkan kebiasaan itu, dan ia langusng tidur. Namun setelah itu beliau bermimpi ada yang menyampaikan keppada beliau,”Wahai Abu Hamdun, engkau belum menyalakan lampu malammu”. Akhirnya Abu Hamdun bangun dan menyalakan lampu-lampunya, lalu ia duduk mengambil lembaran yang bertulis 300 nama teman-temannya dan mendoakan mereka satu-persatu hingga selesai. (Shifat Ash Shafwa, 2/239).[Baca]
- IMAM ALI BIN ALMUWAFFIQ (menghadiahkan/ trasfer pahala)
Imam Alhafidh Al Muhaddits Ali bin Almuwaffiq rahimahullah : “aku 60 kali melaksanakan haji dengan berjalan kaki, dan kuhadiahkan pahala dari itu 30 haji untuk Rasulullah saw”. (Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111). [Baca]
- IMAM ABUL ABBAS MUHAMMAD (menghadiahkan/ trasfer pahala)
Berkata Al Imam Alhafidh Al Muhaddits Abul Abbas Muhammad bin Ishaq Atssaqafiy Assiraaj : “aku mengikuti Ali bin Almuwaffiq, aku lakukan 7X haji yang pahalanya untuk Rasulullah saw dan aku menyembelih Qurban 12.000 ekor untuk Rasulullah saw, dan aku khatamkan 12.000 kali khatam Alqur’an untuk Rasulullah saw, dan kujadikan seluruh amalku untuk Rasulullah saw”. (Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111). [Baca]
- IMAM ABU ISHAQ AL MUZAQQI (menghadiahkan/ trasfer pahala)
Berkata Al Imam Al Hafidh Abu Ishaq Almuzakkiy, aku mengikuti Abul Abbas dan aku haji pula 7X untuk rasulullah saw, dan aku mengkhatamkan Alqur’an 700 kali khatam untuk Rasulullah saw. (Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111). [Baca]
3. IMAM SYAFI’I & PENGIKUT MAZHABNYA
- Anjuran membaca Qunut di sholat subuh
Tersebut dlm kitab Al-Majmu’ syarah Muhazzab jilid 3 hlm.504, maksudnya:
“Dlm mazhab Syafie disunatkan qunut pada solat subuh sama ada ketika turun bencana atau tidak. Dgn hukum inilah berpegang majoriti ulamak salaf dan orang2 yg sesudah mereka atau kebanyakan dari mereka. Dan diantara yg berpendapat demikian adalah Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Ibnu Abbas, Barra’ bin Azib, semoga Allah meredhai mereka semua. Ini diriwayatkan oleh Baihaqi dgn sanad2 yg sahih. Ramai orang yg termasuk tabi’in dan yg sesudah mereka berpendapat demikian. Inilah juga mazhab Ibnu Abi Laila, Hasan, Ibnu Salah, Malik dan Daud.”
Tersebut dlm kitab Al-Um jilid 1 hlm.205 bahawa Imam Syafie
berkata,maksudnya:
berkata,maksudnya:
“Tak ada qunut dlm sholat lima waktu kecuali sholat subuh. Kecuali jika terjadi bencana maka boleh qunut pada semua sholat jika imam menyukai”
Tersebut dlm kitab Al-Mahalli jilid 1 hlm.157, berkata Imam Jalaluddin
Al-Mahalli, maksudnya:
Al-Mahalli, maksudnya:
“Disunatkan qunut pada iktidal rakaat kedua drpd solat subuh dgn doa, Allahumahdini hingga akhirnya” [Baca]
- Membagi Bid’ah menjadi 2 Bid’ah Dholalah & hasanah
Perkara-perkara baru itu terbagi menjadi dua macam :
Pertama: Perkara baru yang menyalahi al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ atau menyalahi Atsar, perkara baru semacam ini adalah bid’ah yang sesat (Bid’ah Dholalah).
Kedua: Perkara baru yang baru yang baik dan tidak menyalahi satu pun dari al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijma’, maka perkara baru seperti ini tidak tercela (Bid’ah Hasanah).
(Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dengan sanad yang Shahih dalam kitab Manaqib asy-Syafi’i –Jilid 1- Halaman 469). [Baca]
Pertama: Perkara baru yang menyalahi al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ atau menyalahi Atsar, perkara baru semacam ini adalah bid’ah yang sesat (Bid’ah Dholalah).
Kedua: Perkara baru yang baru yang baik dan tidak menyalahi satu pun dari al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijma’, maka perkara baru seperti ini tidak tercela (Bid’ah Hasanah).
(Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dengan sanad yang Shahih dalam kitab Manaqib asy-Syafi’i –Jilid 1- Halaman 469). [Baca]
- Ziarah, sholat & berdoa di makam Imam Hanafi
Aku mendengar Imam asy Syafi’i berkata: Sesungguhnya saya benar-benar melakukan tabarruk (mencari berkah) kepada Imam Abu Hanifah, aku mendatangi makamnya setiap hari untuk ziarah, jika ada suatu masalah yang menimpaku maka aku shalat dua raka’at dan aku mendatangi makam Imam Abu Hanifah, aku meminta kepada Allah agar terselesaikan urusanku di samping makam beliau, hingga tidak jauh setelah itu maka keinginanku telah dikabulkan”. (Tarikh Baghdad) [Baca]
4. IMAM AHMAD
A. Membolehkan mencium podium Nabi Muhammad saw
Dalam kitab “Al-^ ilal wa Ma ^ rifatir-Rijal” 2/429: nomer 3243; cet maktab al islami:
“Saya bertanya kepadanya (Ahmad bin Hanbal) tentang orang yang menyentuh podium Nabi saw, dan mencari berkah dengan menyentuh dan menciumnya, dan melakukan hal yang sama ke kuburan beliau, atau hal seperti itu, dgn tujuan mendekatkan diri dan mencari berkah dari Allah, ia (Ahmad) mengatakan: “Tidak apa2 dengan hal itu”. [Baca]
B. Membolehkan Talqin Mayyit
“Talqin yang tersebut ini (talqin setelah mayit dikuburkan) telah diriwayatkan dari segolongan sahabat bahwa menka memerintahkannya seperti Abi Umamah al-Bahili serta beberapa sahabat lainnya, oleh karena ini al-lmam Ahmad bin Hanbal dan para ulama yang lain mengatakan bahwa sesungguhnya talqin mayit ini tidak apa-apa untuk diamalkan…” (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 1 hal. 242). [Baca]
5. IMAM BUKHORI
A. Melakukan ibadah secara ta’yin (menentukan sendiri)
“Muhammad bin Ismail al-Bukhari, jika malam pertama dari Ramadlan, ia mengumpulkan sahabatnya kemudian salat dengan mereka setiap rakaat membaca 20 ayat, dan seterusnya sampai khatam al-Quran. Beliau membaca saat sahur antara separuh sampai sepertiga al-Quran, kemudian khatam saat sahur setiap 3 malam. Beliau mengkhatamkan di siang Ramadlan setiap hari 1x khataman. Beliau mengkhatamkan saat berbuka tiap malam, beliau berkata: Di setiap khatam al-Quran ada doa yang dikabulkan” (Tahdzib al-Kamal, 24/446 dan Thabaqat asy-Syafiiyah al-Kubra 2/165) (baca)
B. Beramal dengan hadits Dhoif [Baca]
C. Praktek Sholat Qobliah Jum’at
Telah menceritakan kepada kami Adam, dia berkata : telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi’b dari Sa’id Al Maqburi, dia berkata : telah mengabarkan kepadaku Bapakku dari Ibnu Wadi’ah dari Salman Al-Farisi, dia berkata : Nabi saw bersabda : “Tidaklah seorang laki-laki mandi pada hari Jum’at lalu bersuci semaksimal mungkin, memakai wewangian miliknya atau minyak wangi keluarganya, lalu keluar rumah menuju Masjid, ia tidak memisahkan dua orang pada tempat duduknya lalu dia shalat yang diperitahkan baginya dan diam ketika mendengarkan Imam berbicara, kecuali dia akan diampuni dosa-dosanya yang ada antara Jum’atnya itu dan Jum’at yang lainnya.” (HR. Bukhari No. 883). Juga Imam Bukhari pada kitab Shahih Bukhari bab Ad Duhn lil Jumu’ah, hadits no. 883, memberi judul : “Tsumma yusholli ma kutiba lahu..” Shalat Sunnah Sesudah Shalat Jum’at dan Sebelumnya. [Baca]
D. Sebelum menulis hadits sholat sunnah 2 rokaat
Imam Bukhari rahimahullah berkata : “Tidaklah kutulis dalam kitab sahih satu hadits pun melainkan aku mandi dahulu sebelumnya dan melakukan sholat dua rokaat” (hadyus sariy muqaddimah fathul bari). [Baca]
6. IMAM IBNU HIBBAN
- Berziarah & berdoa di makam wali
Ali bin musa al-Ridho meninggal di thus oleh racun yang di minumkan oleh khalifah Al makmun, makamnya sangat populer selalu di ziarahi orang, terletak di sanabadz di luar nuqan di sebelah makam Ar-rosyid. Aku berulang kali ziarah ke sana, setiap aku mengalami kesulitan selama tinggal di thus kemudian aku menziarahi makam ali bin musa Ar-ridha dan aku berdoa kepada Alloh agar menghilangkan kesulitan dariku, kecuali pasti aku di kabulkan oleh Alloh dan hilanglah kesulitan itu dariku. Hal ini berulang kali aku lakukan dan selalu terbukti. [ibnu hibban, As-tsiqot: 8/457] [Baca]
7. IBNU TAIMIYAH
A. Pemberian titik pada Alqur’an
Dalam kitab “Fatawi”nya pada jilid 3 halaman 402 : “dikatakan :”bahwa itu (penambahan tanda titik pada mushhaf) tidakh di makruhkan (dibenci), karena sesungguhnya itu adalah bid’ah. dan juga dikatakan : “bahwa itu tidaklah di makruhkan karena itu dibutuhkan. dan juga dikatakan : “bahwa di makruhkan penambahan tanda titik jika tidak menambahkan syakal/harokat, karena syakal sangat diperlukan untuk menjelaskan baris. dan pendapat yang shoheh/benar adalah : “Sesungguhnya penambahan tanda titik itu tidaklah jadi masalah.” (baca)
B. Zikir keras setelah sholat berjamaah
Di riwayatkan oleh murid beliau Al hafidz umar bin ali Al bazzar:
فإذا فرغ من الصلاة اثنى على الله عز وجل هو ومن حضر بما ورد من قوله اللهم انت السلام ومنك السلام تباركت يا ذا الجلال والاكرام ثم يقبل على الجماعة ثم يأتي بالتهليلات الواردات حيئذ ثم يسبح الله ويحمده ويكبره ثلاثا وثلاثين ويختم المائة بالتهليل كما ورد وكذا الجماعة ثم يدعو الله تعالى له ولهم وللمسلمين
Setelah Ibnu taimiyah selesai dari sholatnya, beliau BERSAMA JAMAAH yang hadir membaca puji pujian kepada Alloh dengan bacaan “Allohumma anta As-salam, wa minka As-salam tabarokta wa ta’alaita ya dzal jalali wal ikrom” kemudian beliau menghadap pada jamaah lalu membaca kalimat tahlil yang sunah, dan bertasbih, bertahmid, bertakbir 33 X dan mengakhirinya dengan tahlil sebagaimana di sebutkan (dalam hadits) BERSAMA PARA JAMAAH. Kemudian beliau berdoa untuk beliau pribadi dan untuk para jamaah dan kaum muslimin. (Al bazzar: Al A’lamul aliyah fi manaqib ibni taimiyah. Hal: 37) (Baca)
C. Membolehkan Talqin Mayyit
“Talqin yang tersebut ini (talqin setelah mayit dikuburkan) telah diriwayatkan dari segolongan sahabat bahwa menka memerintahkannya seperti Abi Umamah al-Bahili serta beberapa sahabat lainnya, oleh karena ini al-lmam Ahmad bin Hanbal dan para ulama yang lain mengatakan bahwa sesungguhnya talqin mayit ini tidak apa-apa untuk diamalkan…” (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 1 hal. 242). [Baca]
8. IMAM IBNU QOYYIM AL JAUZIYYAH (Bertabaruk dengan Ibnu Taimiyah)
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengisahkan, “Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan sempit dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk meminta nasehat. Maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang”.
(Lihat Shahih Al Wabilush Shoyyib, antara hal. 91-96, Dar Ibnul Jauziy) . [Baca]
(Lihat Shahih Al Wabilush Shoyyib, antara hal. 91-96, Dar Ibnul Jauziy) . [Baca]
9. IMAM IBNU KATSIR
A. Berziarah & mengambil berkahnya)
“Ali bin Nasr al-Arbil, seorang ulama pakar fiqih Syafi’i adalah orang pertama yang mengajar di daerah Arbil pada tahun 533 H / 1139 M. Beliau seorang yang mempunyai keistimewaan di bidang ilmu agama. Banyak orang mengambil manfa’at dengan keilmuan beliau. Beliau sibuk sekali di al-Harasyi dan lainnya di Baghdad. Beliau mendatangi Damsyiq (sekarang Damaskus – Syria).
Kemudian Ibnu ‘Asakir menuliskan sejarah tentang beliau pada tahun itu juga, dan Ibnu Khulkan menterjemahkannya ke dalam kitab-kitab sejarah secara cermat. Dan dia berkata: Makam beliau suka diziarahi orang. Sesungguhnya aku (Imam Ibnu Katsir, pengarang kitab ini) pun sering menziarahinya. Aku melihat orang-orang meninggikan kuburannya dan mengambil berkah dengan menziarahinya (bukan menyembah dan meminta berkah kepada kuburan) pula”.
( Kitab “Al-Bidayah wan Nihayah karya Al-Hafidz Ibnu Katsir cetakan Daar el-Fikr tahun 1978 Jilid 6 Juz 12 halaman 287). [Baca]
10. IMAM IBNU HAJAR
A. Bermaafan ketika Idul Fitri/ Idul Adha
Ibnu hajar di dalam Al i’ab dan Az- ziyadi juga as-Syarqowi: mengucapkan selamat (tahniah) di hari raya itu hukumnya sunnah. Waktunya untuk idul fitri, itu mulai terbenamnya matahari, sedangkan idul adha munculnya fajar hari arafah “cukup sampai di sini”. As-syarqowi menambahkan: begitu juga di tahun baru, dan awal bulan menurut pendapat yang muktamad, di sertai dengan bersalaman apabila sesama jenis dan tidak menimbulkan dosa sebagaimana perempuan dan amrad “Mirel” yang bukan mahramnya. Dan di sertai dengan manis muka serta berdoa maghfirah. (bughyatul musytarsyidin: 185 maktabah syamela) [Baca]
B. Praktek Sunnahnya Sholat Sunnah Qobliah Jum’at
Telah menceritakan kepada kami Adam, dia berkata : telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi’b dari Sa’id Al Maqburi, dia berkata : telah mengabarkan kepadaku Bapakku dari Ibnu Wadi’ah dari Salman Al-Farisi, dia berkata : Nabi saw bersabda : “Tidaklah seorang laki-laki mandi pada hari Jum’at lalu bersuci semaksimal mungkin, memakai wewangian miliknya atau minyak wangi keluarganya, lalu keluar rumah menuju Masjid, ia tidak memisahkan dua orang pada tempat duduknya lalu dia shalat yang diperitahkan baginya dan diam ketika mendengarkan Imam berbicara, kecuali dia akan diampuni dosa-dosanya yang ada antara Jum’atnya itu dan Jum’at yang lainnya.” (HR. Bukhari No. 883). Juga Imam Bukhari pada kitab Shahih Bukhari bab Ad Duhn lil Jumu’ah, hadits no. 883, memberi judul : “Tsumma yusholli ma kutiba lahu..” Shalat Sunnah Sesudah Shalat Jum’at dan Sebelumnya.
Sarah Penjelasannya Oleh Ibnu Hajar Al-Asqolany: “Dalam hadis itu terdapat dalil disyariatkannya shalat nafilah (sunnah) sebelum (qabla) shalat Jumat, berdasarkan sabda Nabi…” (Fathul Bari)
11. IMAM AZZAHABI
Menganjurkan berziarah & mengambil berkah di makam orang-orang sholeh [Baca]
11. IMAM ASYATIBI (Beraqidah Asy’ariyah)
Setelah membaca dua kitab as-Syathibi [al-Muwafaqat dan al-I’tisham], dapat disumpulkan bahwa beliau beri’tiqad Asy’ari dalam bab asma’ dan sifat, bab qadar, iman dan lain sebagainya. Kebanyakan rujukannya dalam bab aqidah adalah kitab-kitab Asyairah[8]. [Baca]
12. ULAMA BAHASA ARAB
Abu ubaid ma’mar al mutsanna berkata “pertama kali orang yang meletakkan pondasi ilmu nahwu adalah abul aswad Ad-duali, maimun Al aqran, Anbasah Al fil, dan Abdulloh bin abi ishaq. Abu amr berkata “merekalah yang memberi titik, dan dari mereka di pelajari titik itu, dan di hafal juga di tulis, di pelihara dan di amalkan, sunnah mereka di ikuti, dan madzhab mereka di anuti (Al muhkam fi nuqotil mushaf no:6). [Baca].
Ahlus sunnah wal jama’ah meyakini apa yang dilakukan para Shohabat, ulama generasi salaf, dst di atas adalah bid’ah hasanah (perkara baru yang baik & tidak menyimpang dari syariat) akan tetapi para Salafy meyakini yang dilakukan di atas adalah bid’ah yang sesat yang pelakunya masuk kedalam neraka, na’udzubillah…sudah berapa ulama & orang sholeh kah yang di anggap sesat???
Bersambung
…
…