Makalah Uswah (Keteladanan)

 Uswah (Keteladanan)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    TEMA
“ Ketrampilan Dasar Mengajar”
B.     SUB TEMA
“ Keteladanan (Uswah)”
C.    Mengapa Penting Dikaji
Keteladanan guru sangat penting di kaji, karena seorang guru adalah panutan bagi para siswa dan masyarakat. Guru adalah contoh yang ditiru oleh semua orang termasuk siswanya, seorang siswa pasti akan lebih patuh kepada gurunya di banding orang tuanya. Karena menurut siswa guru itu lebih pintar dan benar dibanding orang tuanya sendiri. Maka dari itu siswa pasti akan meniru gurunya dari segi gaya bahasa, ucapan,penampilan dan perilaku dari guru tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian keteladanan (Uswah)
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa”keteladanan” dasar katanya “teladan” yaitu(perbuatan atau barang dsb) yang patut di tiru dan dicontoh. Oleh karena itu “keteladanan” adalah hal – hal yang dapat ditiruatau dicontoh. Dalam bahasa arab “ keteladanan” diungkapkan dengan kata”uswah” dan “qudwah” kata “uswah” terbentuk dari huruf – huruf: hamzah, as-sin dan al-waw.Secara etimologi setiap kata bahasa arab yang terbentuk dari ketiga huruf tersebut memiliki persamaan arti yaitu’’ pengobatan dan perbaikan”.
Dengan demikian keteladanan adalah hal – hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan islam yaitu keteladanan yang baik,sesui dengan pengertian “uswah”.

B.     Urgensi keteladanan dalam pelaksanaan pendidikan
Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakanuntuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan ibadah,akhlak,kesenian dll.[1]
Setiap tenaga didik (guru) di lembaga pendidikan harus memiliki tiga hal yaitu:
1.      Competency =>yang menyangkut kemampuan dalam menjalankan  tugas secara profesional yang meliputi kompetensi materi, ketrampilan, dan metodelogi.
2.      Personality =>yang menyangkut integritas, komitmen, dan dedikasih.
3.      Religiosity =>yang menyangkut pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman di bidang keagamaan.
        Dengan ketiga hal tersebut, guru akan mampu menjadi model dan mampu mengembangkan keteladanan di hadapan siswanya. Semua guru adalah guru agama. Artinya, tugas untuk menanamkan nilai – nilai etis religius bukan hanya tugas guru bidang studi keagamaan saja, melainkan tugas semua orang di lembaga pendidikan ini, termasuk kepala  dan karyawan adalah guru agama.[2] Semua orang dalam komunitas sekolah harus mampu menjadi teladan bagi peserta didik. Bahkan , peserta didik senior juga harus mampu menjadi  teladan bagi adik – adiknya.
Contoh:
 Keteladanan seorang kepala sekolah yaitu:
a.       Apabila datang paling awal pulang paling akhir
b.      Terdepan dalam menjalankan kewajiban
c.       Mau mengalah dalam mengambil  hak / keputusan.
d.      Melaksanakan tugasnya dengan dedikasih
e.       Mengerjakan tugas dengan ikhlas
Keteladanan seorang guru yaitu apabila ia dapat menjadi guru yang berprestasi, guru teladan. Yaitu guru yang menguasai materi, metodelogi dan terampil dalam mengajaryang didukung dengan komitmen dan dedikasih yang tinggi sehingga mampu menjalankan tugas dengan tekun dan disiplin.[3]
C.    Guru Sebagai Model dan Teladan
       Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apayang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan itu, beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian dan bila didiskusikan para guru.
1.      Sikap dasar: postur psikologi yang akan nampak dalam masalah – masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antara manusia agama pekerjaan, permainan dan diri.
2.      Bicara dan gaya bicara : penggunaan bahasa sebagai alat berfikir.
3.      Kebiasaan bekerja : gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya.
4.      Pakaian : merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.
5.      Sikap melalui pengalaman dan kesalahan: pengertian hubungan antar luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahannya.
6.      Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berprilaku.
Apa yang diterapkan diatas hanyalah ilustrasi, para guru dapat menambah aspek – aspek tingkah laku lain yang sering muncul dalam kehidupan bersama peserta didik. Hal ini untuk menegaskan berbagai cara pada contoh – contoh yang diekspresikan oleh guru sendiri dalam menjalankan pekerjaannya sehari – hari.[4]

D.    Menjadi Teladan bagi Peserta Didik
    Guru merupakan teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk  menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, Apalagi ditolak. Keprihatinan, kerendahan, kemalasan, dan rasa takut, secara terpisah ataupun bersama-sama bisa menyebabkan seseorang berfikir atau berkata “jika saya harus menjadi teladan atau dipertimbangkan untuk menjadi model, maka pembelajaran bukanlah pekerjaan yang tepat bagi saya. Saya tidak cukup baik di teladani, disamping saya sendiri ingin bebas untuk menjadi diri sendiri dan untuk selamanya  tidak ingin menjadi teladan bagi orang lain. Jika peserta didik harus memiliki model, biarkanlah mereka menemukanya dimanapun.[5]


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Teladan yaitu (perbuatan atau barang dsb) yang patut di tiru dan dicontoh. Oleh karena itu “keteladanan” adalah hal – hal yang dapat ditiruatau dicontoh.  Guru merupakan teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru maka dia dijadikan patokan semua murid yang harus ditiru dan dicontoh oleh murid atau peserta didik. Jadi guru harus bersikap yang sopan, bebicara yang baik, dan bersikap yang bijak dalam semua bidang karena semua perbuatan seorang guru gerak – gerik yang dilakukan akan selalu di perhatikan oleh siswa dan masyarakatnya untuk ditiru dan dicontoh dalam kehidupan sipeniru (siswa dan masyarakat).


DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai M.A. 2002.  ILMU DAN METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: Ciputat Pers.
Barizi, Ahmad dan Muhammad Idris. 2013 MENJADI GURU UNGGUL,. Jogjakarta: Ar – RUZZ Media
Mulyasa, E.  2005. Menjadi Guru PROVESIONAL. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Mulyasa,  E. 2008.  Sertifikasi Guru. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Mustakim,  Zaenal.  2017.  STRATEGI dan METODE PEMBELAJARAN. Pekalongan:IAIN Pekalongan Press.



[1] Armai Arief, M.A.ILMU DAN METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM,(Jakarta: Ciputat Pers, Juli 2002)hlm. 117-120
[2] Ahmad Barizi dan Muhammad Idris, MENJADI GURU UNGGUL,(Jogjakarta: Ar – RUZZ Media, 2013) hlm.65
[3] E. Mulyasa, Menjadi Guru PROVESIONAL, (PT REMAJA ROSDAKARYA,2005), 45-47

[4] Zaenal Mustakim, STRATEGI dan METODE PEMBELAJARAN, ( Pekalongan: IAIN Pekalongan Press,2017),hlm.21-22
[5] E. Mulyasa, Sertifikasi Guru, ( Bandung :PT REMAJA ROSDAKARYA,2008),hlm.127-128

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel