MAKALAH TAFSIR TARBAWI “AWALI SEMUA AKTIVITAS ATAS NAMA ALLAH” Q.S AL-ALAQ: AYAT 1

PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS
“AWALI SEMUA AKTIVITAS ATAS NAMA ALLAH”
 Q.S  AL-ALAQ: AYAT 1

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
            Manusia diciptakan Allah, dengan kemampuan berpikir, sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untukmenjadi hamba yang tunduk dan taat beribadah kepada Allah. Seorang manusia mempunyai naluri dalam melakukan suatu kegiatan didunia, dan apabila ia selalu dekat kepada Allah, maka ia akan selalu mengingat Allah, serta akan menyebut nama-Nya sebelum melakukan kegiatan.
            Seketika bangun langsung berdiri untuk memulai aktivitas berkomunikasi dengan-Nya adalah salah satu cara memasrahkan diri agar pada hari ini kita bisa melakukan yang terbaik. Bukankah kita pernah mendengar sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa,
“Manusia hanya bisa berencana, Dia-lah yang menentukan semuanya.”
            Di sinilah kita mengakui akan keberadaan dan kebesaran-Nya. Memang benar, manusia tak mampu berbuat apa-apa jikalau Dia tak menghendakinya. Dengan memasrahkan diri kepada-Nya, itulah yang akan membuat kita mampu melaksanakan segala hal-hal kebaikan yang diperintahkan-Nya selama sehari penuh. Ketika bangun kita sudah merasa akan keberadaan dan pengawasan-Nya maka ketika beraktivitas pun rasa itu akan tetap ada. Dia akan tetap membersamai orang-orang yang sejak bangun langsung mengingat-Nya.Dia akan menjaga, melindungi dan memelihara orang yang senantiasa mengingat-Nya. Terlebih tidak hanya mengingat di kala shalat. Namun, di kala beraktivitas pun kita dianjurkan untuk selalu mengingatkan-Nya.Begitu banyak cara untuk mengingat-Nya, tidak hanya sewaktu melaksanakan shalat. Kita ketahui bersama, bahwa Islam itu telah mengatur segala aktivitas manusia dari bangun hingga tidur kembali lewat doa-doa yang tak pernah putus.
B.     Judul
Judul Makalah ini adalah “Pendidikan Karakter Religius”, dan dengan sub judul “Awali Semua Aktivitas Atas Nama Allah Q.S Al-Alaq ayat 1”

C.    Nash dan Arti surat Al-alaq ayat 1

إِقْرَأْ بِاسْمِ َربِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ ()
Artinya: Bacalah dengan menyebut nama tuhan yang menciptakan [1]


D.    Arti penting yang dikaji
            Dalam surat Al-alaq ayat 1 sangat penting untuk dikaji karena berisi perintah untuk membaca dan terutama perintah apabila kita memulai aktivitas harus menyebut nama Allah. Sebelum melakukan kegiatan apapun kita niatkan untuk mencari ridho Allah dan awali kegiatan kita atas nama Allah.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    TEORI
            Aktivitas adalah segala sesutu kegiatan dan kesibukan di dalam rutinitas sehari-hari. Dalam segala kehidupan manusia yang selalu beraktifitas misalnya dalam hal pekerjaan, mereka yang selalu mengingat nama Allah, akan mengawali semua aktifitasnya dengan bacaan basmalah.[2]  Sedangkan kegunaan basmalah itu sendiri seperti pada awal melakukan perbuatan, mengucapkan dalil dalam khutbah, sebelum berwudlu dan sebelum membaca Al-Quran, kecuali pada QS. AT-Taubah.
            Allah memulai kitab-Nya dengan Basmalah dan memerintahkan Nabi-Nya sejak dini, yakni pada wahyu pertama, untuk melakukan pembacaan dan semua aktifitas dengan nama Allah, iqra’ bismi rabbika, maka tidak keliru jika dikatakan bahwa basmallah merupakan pesan pertama Allah kepada manusia agar memulai setiap aktifitasnya dengan menyebut nama Allah. Dengan demikian, kalimat tersebut merupakan doa atau pernyataan dari pekerjaan atas nama Allah.

B.     TAFSIR SURAT AL-ALAQ
1.      Tafsir Al-maraghi
            إِقْرَأْ بِاسْمِ َربِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ ()
1.Bacalah dengan menyebut nama tuhan yang menciptakan
     Dengan kekuasaan Allah, tuhan yang menciptakan engkau dan dengan kehendak-Nya maka jadilah engkau orang yang dapat membaca. Dia telah menjadikan kamu dari tidak tahu.karena nabi dahulunya tidak dapat membaca dan menulis lalu datang printah, menyuruh beliau untuk dapat mebaca walaupun tidak dapat menulis karena beliau akan diberi sebuah kitab yan akan dibacanya, walaupun dia tidak dapat menulis.
     Ringkasnya, bahwa tuhan yang mencipta dan mengadakan alam ini adalah kuasa dan menjadikan kamu pandai membaca,walaupun kamu tidak belajar terlebih dahulu.[3]

2.      Tafsir Ibnu katsir
       Berkata kepada kami Abdurrazzaq,berkata kepada kami Ma’mar dari Az-Zuhri dari Urwah dari Aisyah,ia berkata,pertama kali di mulainya turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi Wassalam adalah mimpi yang nyata dalam tidur beliau,beliau tidak melihat(mengalami) mimpi kecuali mimpi itu datang kepadanya bagaikan sinar di waktu subuh,kemudian beliau suka menyendiri,beliau datang ke goa hira untuk beribadah di dalamnya bermalam malam membawa bekal untuk itu,kemudian beliau kembali kepada khadijah untuk mengambil bekal serupa hingga beliau terkejut dengan datangnya wahyu di goa hira,dalam goa itu Malaikat datang menemui beliau,maka berkata malaikat itu bacalah,bersabda Rosulullah SAW :”maka aku berkata:Aku tak dapat membaca”beliau bersabda Lalu ia memegangku dan mendekapku hingga aku bersusah payah hingga melepaskanku”maka malaikat itu berkata”Bacalah”aku menjawab”aku tidak dapat membaca,”lalu ia mendekapku kedua kalinya hingga aku bersusah payah kemudian melepaskanku,maka malaikat itu berkata”Bacalah” aku menjawab:”Aku tak dapat membaca ,”lalu ia mendekapku ketiga kalinya hingga aku bersusah payah,kemudian malaikat itu melepaskan,maka Malaikat itu berkata

إِقْرَأْ بِاسْمِ َربِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ ()خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ() إِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُ() الَذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ()عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

“bacalah dengan namamu tuhanmu yang menciptakan(1)dia telah menciptakan manusia dari segumpul darah(2)bacalah dan tuhanmulah yang maha pemurah(3)yang mengajarkan manusia dengan perantara Qalam(4)dia mengajarkan kepada manusia yang tidak di ketahuinya(5)”
     Imam Ahmad berkata,kemudian Rasulullah SAW pulang dengan membawa ayat ayat ini dengan bergemetar ia datang kepada khodijah maka beliau bersabda “selimutilah aku,selimutilah aku” maka khadijah menyelimuti beliau hingga hilang rasa takut pada diri beliau,lalu beliau bersabda “Wahai khodijah ada apa denganku?,”lalu beliau menceritakan semua kejadian kepada beliau yang beliau alami itu kepada khodijah,dan beliau bersabda “sesungguhnya aku sangat takut kepada diriku”
     Maka khodijah berkata kepada beliau:”Jangan engkau takut,demi Allah,Allah tak kan menghinakanmu selama-lamanya,karena engkau selalu menjalani tali silaturahmi ,engkau selalu berbicara yang benar,engkau memberi nafkah kepada yang fakir,engkau selalu memuliakan yang lemah,engkau selalu membantu kepada kebenaran,”kemudian khodijah pergi bersama beliau ke rumah sepupunya Waraqah bin naufal,dia yang menulis injil dalam bahasa arab atas kehendak Allah,ia adalah seorang tua yang buta,maka berkata Khodijah kepada Waraqah:”Wahai anak paman,dengarkanlah apa tang akan di ucapkan oleh anak dari saudaramu ini.”
     Maka Waraqah:”Wahai anak saudaraku,apa yang kau alami? “lalu Rasulullah mengabarkan kepada Waraqah tentang apa yang beliau alami itu,maka berkata Waraqah: “Ini adalah Malaikat pembawa wahyu yang pernah turun kepada Musa,seandainya aku masih muda dan ketika aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu,maka pasti aku akan menolongmu”,Maka Rasulullah SAW berkata:”Apakah mereka akan mengeluarkan aku”maka Waraqah berkata “Ya,sesungguhnya orang yang membawa misi sepertimu ini maka ia pasti akan di musuhi.”
     Kemudian tak lama kemudian Jibril menampakkan dirinya dan berkata:”Wahai Muhammad sesungguhnya engkau adalah seorang utusan Allah yang sebenarnya,”maka dengan itu ia merasa tenang dan aman.Maka dengan demikian yang pertama kali yang diturunkan di antara ayat-ayatAl Quran adalah ayat-ayat yang mulia ini,ayat-ayat ini merupakan permulaan rahmat Allah kepada hambanya dan merupakan permulaan nikmat yang Allah berikan kepada hambanya,dalam ayat itu terdapat asal usul permulaan penciptaan manusia yaitu dari segumpal darah,dan di antara kemuliaan Allah adalah menagajari manusia tentang apa yang mereka belum mengetahuinya.Dalam suatu astar di sebutkan “Ikatlah ilmu pengetahuan dengan tulisan”.[4]

3.      Tarsir Al-Azhar
     Ar-razi menguraikan dalam tafsirnya ,bahwa pada dua ayat pertama disuruh membaca diatas nama tuhan yang telah mencipta, adalah mengandung kudrat, dan hikmat dan ilmu dan rahmat. Semuanya adaah sifat tuhan dan pada ayat yang seterusnya sektika tuhan menyatakan mencapai ilmu dengan pena, adalah suatu isyaat bahwa ada juga diantara hukum itu yang tertulis, yang tidak dapat dipahamkan, kalau tidak didengarkan dengan seksama.maka pada dua ayat pertama memperlihatkan rahasia rubbubiyah, rahasia ketuhanan. Dan ditiga ayat sesudahnya menandung rahasia nubuwat, kenabian.dan siapa tuhan itu tidaklah akan dikeal kalau bukan denan perantaraan nubuwat, dan nubuat itu sendiripun tidaklah akan ada, kalau tidak dengan kehendak tuhan.[5]

4.      Tafsir Al-Misbah
     Kataاقرأ) )iqra’terambil dari kata kerja قرأ))qara’a  yang pada mulanya berarti menghimpun. Muhammad Abduh memahami perintah membaca disini bukan sebagai beban atau tugas yang harus dilaksanakan (amr taklifi) sehingga membutuhkan objek, tetapi ia adalah (amr takwimi) yang mewujudkan kemampuan membaca secara aktual pada diri Nabi Muhammad SAW. Pendapat ini dihadang oleh kenyataan bahwa setelah turunnya perintah ini pun Nabi Muhammad SAW. Masih tetap dinamai Al-Quran sebagai seorang ummy(tidak pandai membaca dan menulis). Dari sini dapat disimpulkan bahwa karena kata iqra’ digunakan untuk membaca, menelaah, menyampaikan dan lain sebagainya, dan karena objeknya bersifat umum, maka objek kata tersebut mencangkup segala yang dapat terjangkau, baik ia merupakan bacaan suci yang bersumber dari Tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
     Huruf (ب)ba’  pada kata بسم))bismiatau mulabasah sehingga dengan demikian ayat tersebut berarti bacalah. Syekh Abdul Halim Mahmud (mantan tertinggi pemimpin Al-Azhar Mesir) yang menulis bukunya , Al-Quran fi syahr Al-Quran bahwa:  dengan kalimat iqra bismirabbik, Al-Quran tidak sekedar memerintahkan untuk membaca tetapi “membaca” adalah lambang dari segala yang dilaukan manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Kata رَبّ kata rab apabila berdiri sendiri ini diartikan dengan Tuhan yang tentunya antara lain karena Dialah yang melakukan tarbiyah pendidikan yang pada khakekatnya adalah pengembangan, peningkatan serta perbaikan makhluk ciptaan-Nya.
     Ada pula yang berpendapat bahwa yang berpendapat bahwa yang di perintahkan untuk di baca adalah ismi rabbika (Nama Tuhanmu),sehingga berarti “Bacalah Nama Tuhan” atau “berdzikirlah”.pendapat ini pun mengandung beberapa keberatan,bukan hanya dari segi tata bahasa,tetapi juga dari segi jawaban Nabi ketika itu, “saya tidak dapat membaca” atau “apa yang harus di baca” karena jauh sebelum datang wahyu,beliau telah senantiasa melakukannya.
     Di lain segi dapat dikemukakan suatu kaidah bahwa:”Apabila suatu kata kerja yang membutuhkan objek tetapi tidak di sebutkan objeknya,maka objek yang di maksut bersifat umum,mencakup segala sesuatu yang dapat di jangkau oleh kata tersebut.” Dari sini dapat di tarik kesimpulan bahwa karena kata iqra’ digunakan dalam arti membaca,menelaah,menyampaikan dan sebagainya,dan karena objeknya dalam ayat ini tidak di sebut sehingga ia bersifat umum,maka objek kata tersebut mencangkup segala yang dapat terjangkau baik itu merupakan bacaan suci yang bersumber dari tuhan maupun yang bukan,baik itu yang menyangkut ayat-ayat yang tertulis maupun yang tidak tertulis.Alhasil,perintahkan iqra’ mencakup telaah terhadap alam raya,masyarakat dan diri sendiri,serta bacaan tertulis,baik suci maupun tidak.[6]

C.     APLIKASI DALAM KEHIDUPA SEHARI-HARI
Membaca yang merupakan perintah Allah yang pertama adalah kunci keberhasilan hidup dunia dan akhirat. Selama itu dilakukan demi karena nama Allah swt.demi kebaikan dan kesejahteraan makhluk. Bacaan yang dimaksud tidak terbatas hanya pada ayat alQur’an, tetapi segala sesuatu yang dapat dibaca.Jadi perlu diketahui bahwa kita dalam memulai atau mengawali semua aktivitas kegiatan apapun harus atas nama Allah dan Memang benar, manusia tak mampu berbuat apa-apa jikalau Dia tak menghendakinya. Dengan memasrahkan diri kepada-Nya, itulah yang akan membuat kita mampu melaksanakan segala hal-hal kebaikan yang diperintahkan-Nya selama sehari penuh. Ketika bangun kita sudah merasa akan keberadaan dan pengawasan-Nya maka ketika beraktivitas pun rasa itu akan tetap ada. Dia akan tetap membersamai orang-orang yang sejak bangun langsung mengingat-Nya. Dia akan menjaga, melindungi dan memelihara orang yang senantiasa mengingat-Nya.

D.    ASPEK TARBAWI
1.      Allah memperkenalkan dirinya kapada Nabi saw. Dengan mengawali namanya yaitu pada bacaan basmalah.
2.      Allah akan selalu mengingat hambanya, ketika hambanya selalu mengingatnya dalam melakukan aktifitas segala sesuatu
3.      Keberkahan akan mengaliri seseorang yang melakukan aktifitas dengan menyebut nama Allah.[7]


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Allah memulai kitab-Nya dengan Basmalah dan memerintahkan Nabi-Nya sejak dini, yakni pada wahyu pertama, untuk melakukan pembacaan dan semua aktifitas dengan nama Allah, iqra’ bismi rabbika, maka tidak keliru jika dikatakan bahwa basmallah merupakan pesan pertama Allah kepada manusia agar memulai setiap aktifitasnya dengan menyebut nama Allah. Apabila ketika kita akan memulai aktivitas dengan menyebut nama Allah niscaya kita akan dijaga, dilindungi dan dipelihara oleh Nya.


DAFTAR PUSTAKA

Al Hafidh ’Imaduddin Abu Al Fida ’Isma’il Ibn Katsir Al Quraisy Ad-Damasqi. 2001.Tafsir Jus ’Ámma. Jakarta: PUSTAKA AZZAM
Hamka. 2006.Tafsir Al-Azhar Juz XXX. Jakarta: Pustaka Panjimas

Nata Abuddin.2002. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Syek Ahmad Mustofa Al-Maraghi. 1986.Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Yogyakarta: PD.Hidayat




                [1]Syek Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi,(Yogyakarta: PD.Hidayat, 1986), hlm.237
                [3]Syek Ahmad Mustofa Al-Maraghi, op-Cit, hlm. 239-242
                [4] Al Hafidh ’Imaduddin Abu Al Fida ’Isma’il Ibn Katsir Al Quraisy Ad-Damasqi,Tafsir Jus ’Ámma,(Jl.Kampung MelayuKecil III/15Jak-Sel 12480,PUSTAKA AZZAM,2001), hlm.271-275.
                [5]Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XXX, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2006), hlm. 214-217
                [6]M. Quaisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Tanggerang: Lentera Hati, 2005), hlm.391-397
                [7]  Nata Abuddin,Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta,PT RajaGrafindo Persada,2002), hlm 41-53

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel