MAKALAH “SILATURRAHIM MEMBUKA PINTU REZEKI” (Q.S An-Nisa, 4:1)
“SILATURRAHIM MEMBUKA PINTU REZEKI”
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pendidikan Life Skill berkaitan dengan kasih sayang yang merupakan sifat Allah yang telah banyak disebutkan dalam Al-Qur’an. Sebagainorang yang percaya pada-Nya tentu harus meneladani sifat keutamaan Allah tersebut dalam menjalani kehidupan.
Silaturrahim berarti menyambungkan tali kasih sayang yang merupakan kebutuhan setiap makhluk hidup.islam dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi sebagai sumber ajarannya telah banyak menganjurnya pentingnya kasih sayang terhadap sesama, serta melarang setiap sifat yang berbau permusuhan dan pertikaian.
Kasih sayang akan sanggup menjadi perekat tali persaudaraan antar sesama dan sebaliknya permusuhan dan kebencian akan menjadi penyebab terputusnya tali persaudaraan dan persahabatan yang dilarang oleh agama.
Karena itu, menyanbung tali persaudaraan atau silaturrahim akan dapat menjadi sarana kelapangan rezeki (membuka pintu rezeki) dan panjangnya umur.
- Tema
Tema yang dipilihkan untuk saya adalah Pendidikan Life Skill.
- Judul
Sesuai dengan tema diatas, judul yang terpilih adalah “Silaturrahim Membuka Pintu Rezeki”.
- Nash dan Artinya
Q.S An-Nisa, 4:1
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”(Q.S An-Nisa, 1).
- Arti Penting Dikaji
Q.S. An-Nisa ayat 1 sangat penting dikaji karena Ayat ini menjelaskan bahwa silaturrahim dapat membuka dan memperluas pintu rezeki, mempererat tali persaudaraan dan kita dapat mengetahui manfaatnya bahwa setiap kasih sayang akan menimbulkan kebaikan, melahirkan perhatian dan kepedulian.
Surah ini dimulai dengan ajakan kepada seluruh manusia untuk bertakwa kepada Allah SWT. Tuhan yang memelihara mereka. Dia yang menciptakan manusia seluruhnya dari satu jenis ciptaan yang sama (tanah) atau keturunan yang sama, yakni Nabi Adam as. Pasangannya pun dari jenis yang sama, dan dari lelaki dan perempua. Allah SWT, mengembangbiakkan keturunannya. Ajakan ini diakhiri dengan pesan untuk bertakwa kepada-Nya dan memelihara hubungan silaturrahmi sambil mengingatkan tentang pengawasan Allah SWT kepada mereka.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
- TEORI
A. Pengertian Silaturrahmi
Silaturahim (shilah ar-rahim) dibentuk dari kata shilah dan ar-rahim. Kata shilah berasal dari washala-yashilu-wasl(an)wa shilat(an), artinya adalah hubungan. Adapun ar-rahim atau ar-rahm, jamaknya arhâm, yakni rahim atau kerabat. Asalnya dari ar-rahmah (kasih sayang); ia digunakan untuk menyebut rahim atau kerabat karena orang-orang saling berkasih sayang, karena hubungan rahim atau kekerabatan itu. Dengan demikian, secara bahasa shilah ar-rahim (silaturahmi) artinya adalah hubungan kekerabatan.[2]
Silaturrahim adalah istilah yang cukup akrab dan populer di dalam pergaulan umat manusia sehari – hari. Istilah ini sesungguhnya berasal dari bahasa Arab yang artinya menyambung tali kasih sayang, yang merupakan kebutuhan setiap makhluk hidup termasuk didalamnya binatang.
Kasih sayang akan sangggup menjadi perekat tali persaudaraan antar sesama, dan sebaliknya permusuhan dan kebencian akan menjadi penyebab terputusnya tali persaudaraan dan persahabatan yang dilarang oleh agama.
Karena itu, menyambung tali persaudaraan akan dapat menjadi sarana kelapangan rezekii dan panjangnya umur. Hal itu sebagaimana hadits nabi :
عَنْ اَنَسٍ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ : اَنّ النَّبِيَّ صَلَّ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مِنْ اَحَبَّ اَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِيْ رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِيْ اَثَرِهِ فَالْيَصِلْ رَحِمَهُ (متّفق عليه)
Dari Anas ra, dia berkata : Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan atau dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali kasih dengan keluarganya. (HR Bukhari Muslim)
Dalam hadits riwayat Bukhari dikatakan bahwa menyambug tali persaudaraan atau kekeluargaan bukanlah sekedarmengimbangi kebajikan yang telah dilakukan sanak keluarga akan tetapi menyambung tali kekeluargaan adalah orang yang ketika ada keluarga – yang karena suatu sebab – memutuskan hubungan kekeluargaan dengan nya, dia sanggup dan bersedia untuk memperbaiki dan menyambung tali yang telah diputus kan tersebut.[3]
Dan sebaliknya, betapa Nabi mengutuk perbuatan dari orang – orang yang memutuskan tali silaturahim atau hubungan persaudaraan, yang secara tegas diperintahkan Allah untuk senantiasa menyambungnya, sehingga dikatakan bahwa amal seseorang yang dalam keadaan dalam memutuskan hubungan persaudaraan tidak diterima oleh Allah, dan oleh karenanya dikatakan pula bahwa pintu – pintu langit yang disana pernuh dengan berkah juga tertutup untuk orang – orang yang memutuskan huungan tali persaudaraan.
Hal itu dapat dipahami karena kecintaan seseorang terhadap saudaranya merupakan bukti dari keimanan seseorang, sehingga ketika seseorang tekah memutuskan hubungan kasih sayang terhadap sesama sebagai bentuk persaudaraan, maka dia telah kehilangan sebagian dari keimanan nya, karena keimanan yang semourna menuntut kcintaan terhadap sesama muslim sebagamana cintanya terhadap diri sendiri.[4]
- TAFSIR
A. Tafsir Al Maraghi
(يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ)
Wahai umat manusia hati-hatilah kalian, janganlah sampai berbuat durhaka terhadap Zat yang telah memelihara kamu dengan segala kebajikan Nya, yang telah melimpahkan karunia kepada kalian berkat kemurahan dan anugerah Nya, dan yang telah menjadikan berkerabat terkumpul dalam satu keturunan dan berasal dari satu asal (Nabi Adam).
) وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا )
Allah lalu menciptakan untuk jiwa tersebut yang tergambarkan dalam bentuk Nabi Adam, seorang istri yang diciptakan dari dirinya sendiri, yang kemudian diberi nama Hawa. Para ahli kitab mengatakan, bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk sebelah kiri Adam sewaktu beliau sedang tidur.
( وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً )
Kemudian Allah mengembangbiakkan dua jenis manusia pria dan wanita, mellaui Adam dan Hawa. Dan Allah menjadikan keturunan itu dari dua sejoli, suami istri. Maka semua keturunan manusia dikembangbiakkan melalui satu pasangan yang terdiri dari laki – laki dan wanita.
( وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ )
Bertakwalah kalian kepada Allah yang selalu disebut nama Nya ketika sebagian kamu meminta kepada sebagian lainnya. Takutlah kalian akan tersia – sia hak – hak silaturahim, sambungkanlah ia dengan baik dan bakti, jangan sekali – kali kalian memutuskannya.
( إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا )
Sesungguhnya Allah selalu mengawasi semua amal perbuatan dan motivasi yang ada dalam jiwamu, disamping pengaruhnya terhadap sikapmu. Semua itu tidak ada yang tersembunyi bagi Allah.[5]
B. Tafsir AL Mishbah
Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, yaitu Adam atau jenis yang sama, tidak ada perbedaan dari segi kemanusiaan antara seorang manusia dengan yang lain, dan Allah menciptakan darinya, yakni dari diri yang satu itu pasangannya, dan dari keduanya, yakni Adam dan istrinya atau dari lelai dan perempuan yang berpasangan itu Allah memperkembangbiakkan lai lai ang banyak dan perempuan pun demikian. Dan bertakwalah kepada Allah yang dnegan nama Nya kami meminta dan pelihara pula hubungan silaturrahim. Jangan putuskan hubungan tersebut, karena apapun yang terjadi sesungguhnya Allah terus menerus sebagaimana dipahami dari kata ( كان ) kana – Maha Mengawsai kami.
Seperti dikemukakan diatas, ayat ini sebagai pendahuluan untuk mengantar lahirnya persatuann dan kesatuan dalam masyarakat, serta bantu membantu dan saling menyayangi karena semua manusia berasal dari satu keturunan. Perintah Nya untuk bertakwa kepada Tuhanmu ( ربّكم ) rabbakum tidak menggunakan “Allah”, untuk lebih mendorong semua manusia berbuat baik karena Tuhan yang memerintahkan ini adalah Rabb.
Firman Nya : (من نفس واحدة ( min nafsin wahidah, mayoritas ulama memahaminya dalam arti Adam as dan juga ada yang memahaminya dalam arti jenis manusia lelaki dan wanita. Memahami nafsin wahidah sebagai Adam as menjadikan kata ( زوجها ) zaujaha yang secara harfiah bermakna pasangannya – adalah istri Adam as yang populer bernama Hawa.
Penegasnya bahwa ( خلق منها زوجها ) khalaqa minha zaujaha / Allah menciptakan darinya yakni nafsin wahidah itu pasangannya, mengandun mkna bahwa pasangan suami istri hendanya menyatu sehingga menjadi diri yang satu. Kata ( بثّ ) batstsa mengandung makna menyebarluasan dna membagi bagi sesuatu yang anyak, yakni mengembangbiakkan dengan banyak. Allah memperkembangbiakkan dari keduanya laki –laki yang banyak dan perempuan, demikian terjemahan harfiah ayat diatas. Penggalan ayat ini menginformasikan bahwa populasi manusia ]pada mulanya bersumber dari satu pasangan, kemudian satu pasangan itu bekembangbiak demikian seterusnya sehingga setiap saat bertambah.
Dalam firman Nya : Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama Nya kamu saling meminta. Objek takwa adalah Allah, bukan seperti yang lalu Tuhanmu, karena perintah ini adalah dalam konteks syari’at. Kata ( الارحام ) al arham adalah bentuk jama dari ( رحيم ) rahim, yaitu tempat peranakan. Disanalah benih anak tinggal, tumbuh dan lahir, selanjutnya berkembang biak.
Allah diseru manusia, jika mereka meminta sesuatu, baik meminta secara langsung kepada Nya, atau meminta melaui orang lain. Itulah yang dimaksud dengan ( تسالون به ) tas’aluna bihi. Kata ( رقيبا ) raqban yang diterjemahkan dengan Maha Mengawasi, merupakan salah satu namaAllah yang indah. Allah yang bersifat raqib adalah Dia yang mengawasi atau yang menyaksikan, atau mengawasi dari saat ke saat makhluk Nya.[6]
C. Tafsir Ibnu Katsir
Allah Ta’ala menyuruh makhluk Nya agar bertakwa kepada Nya, yaitu beribadah kepada Nya Yang Esa tanpa menyekutukan Nya. Dia pun mengingatkan mereka terhadap kekuasaan Nya yang dengan kekuasan itulah Dia menciptakan mereka dari diri yang satu, yaitu Adam As.. “Dan Dia menciptakan dari diri pasangannya” yaitu Hawa a.s yang diciptakan dari tullang rusuk Adam bagian belakang yang sebelah kiri ketika dia sedang tidur. Kemudian Adam angun dan dikejutkan oelh keberadaan Hawa. Keduanya pun saling tertarik.
Firman Allah : “Dan Dia mengembangbiakkan laki – laki dan perempuan yang banyak”. Yakni, Allah memperbanyak dari Adam dan Hawa laki – laki dan perempuan yang banyak. Dia menyebarkan mereka di berbagai wlayah dunia selaras perbedaan ras, sifat, warna kulit, dan bahasanya. Setelah itu, mereka semua dikembalikan dan dikumpulkan kepada Nya. Kemudian Allah swt berfirman : “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan Nya kamu saling meminta serta menaati Nya. Adh Dhahak berkata : “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama nYa kamu mengadakan akad dan perjanjian, dan peliharalah hubungan silaturahim jangan sampai kamu memutuskannya, namun berbuat baiklah kepada mereka dan sambungkanlah tali silaturahim. “Sesungguhnya Dia sennatiasa mengawasi kamu”, yakni Dia mengawasi segala tingkah lakumu dan amalmu. Allah Ta’ala berfirman, “Allah Maha Menyaksikan terhadap segala sesuatu”.[7]
D. Tafsir Jalalain
يَاأَيُّهَا النَّاسُ(hai manusia) penduduk Mekkah – اتَّقُوا رَبَّكُمُ (bertakwalah kamu kepada Tuhanmu) artinya takutilah siksa Nya dengan jelan menaati Nya – الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ (yang telah menciptakan dari satu diri) yakni Adam – وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا (dan menciptakan dari padanya istrinya) yaitu Hawa – dari salah stau tulng rusuknya yang kiri – وَبَثَّ (lalu mengembangbiakkan) menyebaluaskan – مِنْهُمَا (dari kedua mereka itu) dari Adam dan Hawa – رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً (laki laki yang banyak dan wanita) yang tidak seikit jumlahnya – وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ (Dan bertakwalah kepada Allah yang kamu saling meminta) بِهِ (dengan nama Nya) yang sebagian kamu mengatakan kepada sebagian lainnya : “Saya meminta kepada mu dnegan nama Allah” – وَ (dan) jagalah pula – الْأَرْحَامَ (hubungan silaturahim) jangan sampai terputus. Mereka jaga biasa saling berkunjung melalui silaturahim – إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kamu) menjaga perbuatanmu dan membei balasan terhadapnya. Maka sifat megawasi itu selalu melekat dan terdapat pada Allah Ta’ala.[8]
- ASPEK TARBAWI
- Senantiasa bertakwa kepada Allah karena Dia telah menciptakan manusia dari Adam dan yang memelihara serta meliputi manusia dengan kemurahan dan kedermawanan nya.
- Senantiasa saling tolong menolong, slaing mmebantu serta saling memelihara dalam hal kebaikan.
- Kewajiban memelihara dan mengembangkan hubungan silaturahim karena akan dapat menjadi sarana kelapangan rezeki.
- Menyambung silaturahim merupakan bukti keimanan.
- APLIKASI DALAM KEHIDUPAN
- Memelihara hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan antara manusia dengan sesama.
- Pasangan suami istri hendanya menyatu dalam perasaan dan pikirannya, dalam cita dan harapannya, dalam gerak dan langkahnya bahkan dalam menarik dan menghembuskan nafasnya.
- Tidak memutus tali silaturrahim.
- Melakukan hal – hal yang positif karena Allah selalu mengawasi setiap makhluk Nya.
- Selalu ikhlas dalam beramal.
BAB III
PENUTUP
- Simpulan
Silaturahim (shilah ar-rahim) dibentuk dari kata shilah dan ar-rahim. Kata shilah berasal dari washala-yashilu-wasl(an)wa shilat(an), artinya adalah hubungan. Adapun ar-rahim atau ar-rahm, jamaknya arhâm, yakni rahim atau kerabat. Kasih sayang akan sangggup menjadi perekat tali persaudaraan antar sesama, Karena itu, menyambung tali persaudaraan akan dapat menjadi sarana kelapangan rezekii dan panjangnya umur
- Saran
Pepatah mengatakan bahwa teman sejati adalah orang yang bisa membuatmu menangis, bukan yang membuatmu tertawa. Nashihat atau peringatan adalah sesuatu yang terkadang menyakitkan, akan tetapi sebenarnya dia merupakan bentuk dari kasih sayang, karena membiarkan orang melakukan kesalahan sama dengan menjerumuskan. Karena itu, jagalah persaudaraan dan pertemnanan dengan bersedia saling tolong menolong dalam kebaikan agar selama dalam menjalani kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Mahalli, Imam Jalaluddin & Imam Jalaluddin As Suyuti. 2008. Tafsir Jalalain. Bandung : Sinar Baru Algesindo ;
Al Maraghi, Ahmad Mushtafa. 1993. Tafsir AL Maraghi Juz IV, Semarang : Toha Putra ;
Ar Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999. Tafsir Ibnu Katsier. Jakarta : Gema insani ;
http://rahmah-el.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-silaturrahmi.html ;
Juwariyah, 2010. Hadis Tarbawi, Yogyakarta : Teras ;
Shihab, Quraish. 2012. AL Lubab, Tangerang : Lentera Hati ;
. 2002. Tafsir Al Mishbah. Jakarta : Lentera Hati ;
[2] http://rahmah-el.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-silaturrahmi.html diakses pada 23 April 2017 pukul 11.37
[6] M Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2002) hlm. 329 - 334
[7] Muhammad Nasib Ar Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsier, (Jakarta : Gema insani, 1999) hlm. 646 - 647
[8] Imam Jalaluddin AL Mahalli & Imam Jalaluddin As Suyuti, Tafsir Jalalain, (Bandung : Sinar Baru ALgesindo, 2008) hlm. 309