Tafsir Tarbawi MEMAHAMI TUJUAN PENDIDIKAN

MEMAHAMI TUJUAN PENDIDIKAN
BERIMAN DAN BERAMAL SHALIH (QS. AL-ASHR 1-3)
MEMAKMURKAN KEHIDUPAN (QS. AR-RUUM 9)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tujuan pendidikan adalah keharmonisan antara dua aspek kehidupan manusia yaitu kehidupan individual dan social, serta kehidupan duniawi dan ukhrawi[1].
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju kea rah perbaikan, penguatan, penyempurnaan semua potensi manusia. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan dimana saja manusia itu mau, dan mampu melakukan proses pendidikan. Menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap muslim baik secara  individu maupun secara kelompok.
Pendidikan dalam islam adalah bentuk realisasi dari kewajiban menuntut ilmu yang diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW maka mengamalkannya adalah merupakan suatu ibadah yang diganjar pahala oleh Allah SWT. Dalam islam, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah membentuk manusia paripurna yang memiliki kecerdasan intelektual dan spiritual sekaligus[2].



  1. Rumusan Masalah
1.      Beriman dan Beramal Shalih
a.       Bagaimana Pengertian dan Hakikat Beriman dan Beramal Shalih?
b.      Bagaimana Hakikat Beriman dan Beramal Shalih dalam surah Al-Ashr ayat 1-3?
2.      Memakmurkan Kehidupan
a.       Bagaimana pengertian Hakikat Memakmurkan Kehidupan?
b.      Bagaimana hakikat Memakmurkan Kehidupan dalam surah Ar-Ruum ayat 9?
  1. Tujuan Penulisan
1.      Dapat mengetahui pengertian dan Hakikat Beriman dan Beramal Shalih serta kaitan Beriman dan Beramal Shalih dengan surah Al-Ashr ayat 1-3
2.      Dapat mengetahui pengertian dan hakikat Memakmurkan Kehidupan serta kaitan Memakmurkan Kehidupan dengan surah Ar-Ruum ayat 9







BAB II
PEMBAHASAN
  1. Beriman dan Beramal Shalih (QS. Al-Ashr 1-3)
A.    Pengertian dan Hakikat Beriman dan Beramal Shalih
Term Iman berasal dari bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu imanan artinya percaya. Percaya dalam bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu itu memang benar adanya. Pengertian Iman secara istilah ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan,tidak bercampur syak (keraguan), serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari[3].
Amal Shalih terdiri dari dua kata yang masing-masing mempunyai arti sendiri. Amal adalah semua perbuatan yang dikerjakan dengan niat tertentu, sedangkan kata Shalih berati kebaikan. Dua kosa kata inilah kemudian berpadu menjadi Amal Shalih, jadi dapat disimpulkan bahwa amal shalih dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang bernuara kepada kebaikan dalam kehidupan manusia secara luas[4].
B.     Hakikat Beriman dan Beramal Shalih serta Kaitannya dengan surah Al-Ashr ayat 1-3
Seringkali Allah menggandengkan iman dan amal shalih dalam ayat-ayat Al-Quran. Ini mendedikasikan bahwa kedua perkara tersebut sangat berkaitan erat. Orang yang beramal shalih akan diterima ketika amal tersebut dilandasi  dengan keimanan yang benar bagaimana petunjuk Allah Ta’ala dan sunah Rasul-Nya.
Kata Iman sering diikuti amal shalih, banyak sekali dalam ayat-ayat Al-Quran yang mengandung bahasan tentang Iman dan Beramal shalih seperti  surah Al-Ashr ayat 1-3 yang berbunyi
وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر(٣ )ِ
Artinya :
Demi masa (1) Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian (2) Kecuali orang-orang ynag beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasihati tentang kebenaran serta saling menasihati tentang kesabaran (3)
Quran surah Al-ashr ini tergolong surat pendek namun sarat makna. Ia berisi risalah Islam tentang pentingnya waktu, iman, amal dam shalih serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Waktu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya karena ia takkan kembali. Waktu luang wajib diisi dengan hal-hal yang bermanfaat, jangan disia-siakan.
·         Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Ashr:
‘Amr bin Ash pernah diutus untuk menemui musailamah al kazab. Hal itu berlangsung setelah pengutusan Rasulullah SAW dan sebelum ia (Musailamah ) masuk islam. Musailamah bertanya kepada ‘Amr bin Ash “apa yang yang telah diturunkan kepada sahabatmu ini (Rasulullah) selama ini?”. Dia menjawab “telah diturunkan kepadanya satu ringkas surat namun sangat padat”. Dia bertanya “surat apa itu?”. Dia (‘Amr) menjawab : “wal ‘ashr…..[hingga akhir surat]. Kemudian Musailamah berpikir sejenak, kemudian berkata, “Dan telah diturunkan pula kepadaku yang sepeti itu” ‘Amr bertanya “apa itu?” musailamah menjawab “ya wabr ya wabr wainnama anta udzunaani  washadr wasaa ‘iruka hafrun naqar(hai marmot, sesungguhnya engkau punya dua telinga dan dada. Dan semua jenis kamu suka menggali dan melubangi)”. Kemudian dia bertanya “bagaimana hai pendapatmu ‘Amr?” Amr menjawab, “Demi Allah sesungguhnya engkau pasti tahu  bahwa sesungguhnya aku mengetahui kamu adalah pendusta.”[5]
Al-Ashrberarti masa atau waktu yang didalamnya berbagai aktivitas anak cucu Adam berlangsung, baik dalam wujud kebaikan maupun keburukan. Allah Ta’ala bersumpah dengan masa tersebut manusia itu dalam kerugian, yakni benar-benar merugi dan binasa, kecuali :
1.      Orang yang beriman
2.      Mengerjakan Amal Shalih
3.      Saling menasihati dalam kebenaran
4.      Nasihat-Menasihati supaya menetapi kesabaran






  1. Memakmurkan Kehidupan (QS. Ar-Ruum: 9)    
A.    Pengertian dan Hakikat Memakmurkan Kehidupan
Memakmurkan memiliki atau berasal dari kata dasar makmur. Memakmurkan memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga memakmurkan dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman atau pengertian dinamis lainnya. Dalam KBBI Memakmurkan berarti membuat (menyebabkan, menjadikan) makmur, sedangkan Kehidupan memiliki kata dasar hidup yang berarti masih terus ada, bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya. Sedangkan kehidupan berasal dari kata dasar hidup, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata hidup memiliki arti masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya.            Memakmurkan kehidupan yaitu menjadikan  kehidupan sejahtera dan  serba berkecukupan.  Memakmurkan kehidupan merupakan wujud dari tujuan yang ingin dicapai  dalam pendidikan, dan agar tujuan tersebut bisa dicapai perlu adanya system dan proses pendidikan yang baik.
Berikut surat Ar-Ruum ayat 9

أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَأَثَارُوا الْأَرْضَ وَعَمَرُوهَا                      أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Artinya :
"Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri."
B.     Tafsir Surah Ar-Rum ayat 9
Pada ayat ini, Allah memberi peringatan kepada orang-orang musyrik dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka sebenarnya selalu bepergian melakukan perdagangan dari Mekah ke Syiria dan Arab selatan dari negeri-negeri yang lain yang berada di sekitar Jazirah Arab. Dalam perjalanan tersebut, mereka melalui negeri-negeri yang dihancurkan oleh Allah, karena penduduknya mendustakan rasul-rasul yang telah diutus kepada mereka, seperti negeri kaum 'Ad, Samud, Madyan, dan sebagainya. Umat-umat dahulu kala itu telah tinggi tingkat peradabannya, lebih perkasa dan kuat dari kaum musyrik Quraisy. Umat-umat dahulu itu telah sanggup mengolah dan memakmurkan bumi, lebih baik dari yang mereka lakukan. Akan tetapi, umat-umat itu mengingkari dan mendustakan para rasul yang diutus Allah kepada mereka, sehingga mereka dihancurkan Allah dengan bermacam-macam malapetaka seperti sambaran petir, gempa yang dahsyat, angin kencang, dan sebagainya. Demikianlah sunah Allah yang berlaku bagi orang-orang yang mengingkari agama-Nya dan sunah itu akan berlaku pula bagi setiap orang yang mendustakan para rasul, termasuk orang-orang Quraisy sendiri yang mengingkari kerasulan Muhammad saw. Sekalipun Allah telah menetapkan yang demikian, namun orang-orang musyrik tidak mengindahkan dan memikirkannya. Ayat ini merupakan peringatan kepada seluruh manusia di mana pun dan kapan pun mereka berada, agar mereka mengetahui dan menghayati hakikat hidup dan kehidupan, dan mengetahui tujuan Allah menciptakan manusia. Manusia diciptakan Allah dengan tujuan yang sama, sejak dahulu kala, saat ini, dan juga pada masa yang akan datang, yaitu sebagai khalifah Allah di bumi dan beribadah kepada-Nya. Barang siapa yang tujuan hidupnya tidak sesuai dengan yang digariskan Allah, berarti mereka telah menyimpang dari tujuan itu dan hidupnya tidak akan diridai Allah. Oleh karena itu, bagi mereka berlaku pula sunah Allah di atas. Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah sekali-kali tidak bermaksud menganiaya orang-orang kafir dengan menimpakan azab kepada mereka. Akan tetapi, mereka sendirilah yang menganiaya diri mereka sendiri, dengan mendustakan rasul dan mendurhakai Allah


BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
·         Dalam surat Al-Ashr ayat 1-3 mengandung masa yang dimana masa itu berlangsung aktivitas manusia, baik dalam wujud kebaikan maupun keburukan. Allah Ta’ala bersumpah dengan masa tersebut manusia itu dalam kerugian, yakni benar-benar merugi dan binasa, kecuali :
1.      Orang yang beriman
2.      Mengerjakan Amal Shalih
3.      Saling menasihati dalam kebenaran
4.      Nasihat-Menasihati supaya menetapi kesabaran
·         Dalam surat Ar-Rum dijelaskan bahwa tujuan daripada penciptaan manusia khalifah dibumi yang dapat memakmurkan bumi dan kehidupan serta beribadah kepada Allah SWT.


DAFTAR PUSTAKA
Nasib, Muhammad Ar-Rifai. 1989. Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu  Katsir jilid 4. Riyadh: Maktabah Ma’rifiyah
Nasib, Muhammad Ar-Rifai. 1989. Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu  Katsir jilid 3. Riyadh: Maktabah Ma’rifiyah
HD, Kaelany. 2000. Iman, Ilmu dan Amal Saleh. Jakarta: Rineka Cipta
Suteja. 2012. Tafsir Tarbawi ke Pengantar Tafsir Tarbawi. Cirebon: Nurjati Press
Yusran. Amal Saleh: Doktrin Teologi dan Sikap Sosial,( http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adyan/article/download/1338/1309) diakses pada tanggal 3 maret 2019 pukul 14.17



[1] Suteja, Tafsir Tarbawi ke Pengantar Tafsir Tarbawi(Cirebon: Nurjati Press, 2012), hlm. 5
[3] Kaelany HD, Iman, Ilmu dan  Amal Saleh, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm. 58
[4] Yusran ,Amal Saleh: Doktrin Teologi dan Sikap Sosial,( http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adyan/article/download/1338/1309)
[5]Muhammad Nasib Ar-Rifai, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, 1989: Maktabah  Ma’rifiyah, Riyadh, hlm. 1042

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel