UQ B 2b Al-Qur’an : Dulu, Kini, dan Esok

Al-Qur’an : Dulu, Kini, dan Esok
Farah Nikmah Maulida
NIM. 2318169
Kelas B

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019



 KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah swt yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Al-Qur’an : dulu, kini, dan esok” sesuai rencana. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, para sahabatnya, serta orang-orang yang mau mengikuti sunnah-sunnahnya, aamiin.
Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Bapak Muhammad Ghufron,M.S.I, selaku dosen mata kuliah Ulumul Qur’an atas tugas yang telah diberikan sehingga menambah wawasan penulis tentang Al-Qur’an : dulu, kini, dan esok . Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga bantuan dari berbagai pihak terkait mendapat balasan dari Allah swt dengan pahala yang berlipat ganda, aamiin.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa robbal ‘alamin.


Pekalongan, Februari 2019
Penulis











BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-quran merupakan suatu pedoman hidup bagi umat muslim di muka bumi ini. Oleh karena itu, umat muslim diwajibkan mengikuti peraturan-peraturan yang ada di dalamnya. Dan alquran itu memiliki sejarah yang menakjubkan, dan proses penulisannya itu sangatlah sulit di rasakan oleh para sahabat. Dengan jerih payah mereka lah alquran itu tetap ada di muka bumi ini. Al-Qur’an sebagai kitab yang terakhir di turunkan dimaksudkan menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Bukan Cuma di peruntukkan untuk masyarakat arab tempat dimana kitab ini di turunkan akan teteapi untuk umat seluruh manusia. Di dalamnya terkandung nilali-nilai yang luhur yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam berhubungan dengan Tuhan maupun hubungan manusia dengan sesama manusia lainnya dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Menurut Ahmad Van Denffer pendekatan terhadap Al-Qur’an itu dapat dilakukan demngan 3 tahapan yaitu:
1. Menerima Al-Qur’an lewat membaca dan mendengarnya
2. Memahami pesan-pesan dikandung Al-Qru’an dengan cara menghayati, dan kemudian mengkaji makna yang dikandungnya
3. Menerapkan pesan-pesan yang dibawa Al-Qur’an lewat pelaksanaan, baik dalam kehidupan pribadi ataupun kehidupan masyarakat yang kita jalani dan cabang yang dikenal dengan nama Ulumul Qur’an tersebut dapat kita gunakan untuk mencapai pada tahapan yang kedua. Oleh karena itu Al-Qur’an senantiasa harus dipelajari, dipahami dan dimanifestasikan dalam amalan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Kiranya dengan tanpa memelajari dan memahaminya, seseorang mustahil dapat mengamalkan dalam kehidupan nyata.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana  keadaan al-qur’an: dulu, kini, dan esok ( tantangan zaman )
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui keadaan al-qur’an: dulu, kini, dan esok (tantangan zaman)

BAB II
PEMBAHASAN

A. Alquran: dulu, kini dan esok ( tantangan zaman )
1. Pada Masa Nabi
Allah menyatakan, “kami yang menurunkan al-zdikir (Alqur’an) dan kami pula yang memeliharanya”. Dalam kaitan sejarah mencatat, ada dua cara yang diterapkan Nabi dalam memelihara Alqur’an: hafalan dan tulisan. Artinya setiap ayat yang turun langsung dicatat oleh penulis wahyu dan dihafal oleh para sahabat. Di dalam berbagai riwayat yang sahih disebutkan bahwa setiap wahyu, Nabi memanggil penulis wahyu seperti terlihat ketika turun ayat 95 dari al-Nisa.
Para penulis wahyu itu ialah para sahabat kepercayaan Rasul seperti Khalifah yang empat, Zayd bin Tsabit, ‘Abd allah bin Mas’ud, Ubayya bin Ka’b, dan lain-lain sehingga jumlah mereka mencapai 43 orang. Mereka mencatat setiap wahyu yang turun persis sebagaimana di sampaikan Nabi sedikitpun tidak mereka ubah. Dalam pencatatan tersebut mereka selalu menaati pedoman yang digariskan Nabi saw, yaitu tidak mencatat kecuali Alqur’an saja.
Di samping melalui catatan, Alquran juga dipelihara melalui hafalan. Pada umumnya para sahabat menghafalnya. Namun mereka yang menghafal keseluruhannya tidak begitu banyak seperti Ubayy bin Ka’b, Muadz bin jabal, Zayd bin Tsabit, Abu al-Darsa, Sa’d bin Ubayd, ‘Utsman bin Affan, dan lain-lain.
Jadi melalui dua cara sebagaimana digambarkan itu, maka Alqu’an sampai sekarang terpelihara keorisinalannya sedikit pun tidak berubah; baik bunyi maupun susunan kata dan kalimatnya. Seperti apa diterima oleh Nabi, begitu di jumpai sampai sekarang. Namun dari segi teknik penulisan  hurufnya jelas telah mengalami perbaikan. Kalau di masa permulaan Islam dulu penulisannya tanpa menggunakan tanda baca seperti harakat, titik, dan sebagainya, maka pada periode sesudahnya dilengkapi dengan tanda-tanda baca supaya lebih mudah membacanya dan terhindar dari kesalahan.
Dari fakta sejarah yang di kemukakan itu, jelaslah keorisinalan dan kemutawatirannya, sehingga tak ada alasan bagi siapapun untuk mengklaim bahwa Alquran tidak mutawatir atau tidak orisinal. 
2. Pada Masa Abu Bakar
Setelah Nabi wafat tahun 11 H. (632 M) Abu Bakar menggantikan beliau menjadi khalifah (kepala Negara). Tak lama kemudian sebagaian kaum muslimin murtad. Mereka tak mau menunaikan zakat. Selain itu muncul beberapa nabi palsu yang memberontak terhadap pemerintahan Abu Bakar.
Dengan makin berkurangnya jumlah mereka yang hafal al-qur’an karna banyak meninggal dalam peperangan, maka Umar bin Khattab mengusulkan kepada Khalifah Abu Bakar supaya al-qu’an yang sudah ditulis dimasa Rasul dulu dibukukan didalam satu mushaf. Tugas yang amat mulia ini dipercayakan kepada Zayd bin Zabit, dalam melaksankan tugas ini Zayd senantiasa berpedoman kepada ketentuan yang telah digariskan oleh Abu Bakar yaitu tidak dibenarkan menerima atau menuliskan sesuatu dari kitab Allah kecuali didukung oleh dua saksi yaitu hafalan dan tulisan. Dengan menggunkan pedoman tersebut, akhirnya Zayd berhasil menghimpun al-qur’an dalam bentuk kitab yang kemudian diberi nama MUSHHAF.
3. Pada masa khalifah Usman Bin Affan
Pada masa khalifah Usman menyatukan penulisan ayat-ayat yang diperselisihkan bacaannya dikalangan mereka kedalam bahasa Quraisy karna memang al-qur’an diturunkan di dalam bahasa mereka sebagaimana ditegaskan khalifah Usman kepada tim yang berasal dari suku Quraisy : “ jika timbul perbedaan pendapat antara kalian dengan Zayd bin Zabit dalam penulisan al-qur’an, maka tuliskanlah dalam bahsa quraisy sebab al-qur’an diturunkan sesuai dengan bahasa mereka”. Selain itu mereka juga menyeleksi ayat-ayatnya dengan cermat agar tidak masuk kedalam mushhaf yang baru, kecuali yang benar-benar diyakini datang dari Nabi.
Sudah masa Usman boleh disebut tidak ada lagi perubahan yang berarti namun perbaikan dan penyempurnaan teknis terus berjalan. Penyempurnaan yang mereka lakukan berkaitan dengan tanda baca, bahasa, pembagian juz, dan sebagainya, pada masa ini al-qur’an diberi tanda baca , seperti baris (harakat), titik, dan sebagainya.mereka juga membagi al-qur’an menjadi 30 juz sebagaimana kita temukan sekarang.

4. Perkembangan al-qur’an pada masa selanjutnya
Perlu diketahui bahwa perkembangan al-qur’an ini telah melalui beberapa fase atau masa perkembangan yang sejalan dengan perkembangan agama islam.
a. Abad XV hijrah atau abad modern
Setelah wafatnya Imam As-Syuyuthai (911H), perkembangan alquran mengalami kemunduran, yaitu dengan terhentinya gerakan penulisan ulumul quran. Baru setelah abad XV hijrah atau abad modern gerakan penulisan dan pengkajian tersebut muncul dan berkembang kembali. Hal ini di tandai dengan banyak bermunculan ulama yang mengarang ulumul quran dan menulis kitab-kitabnya, baik tafsir maupun macam-macam kitab ulumul kuran lainya.
Diantara para ulama yang menulis tafsir atau ulumul quran pada abad modern ini adalah sebagai berikut:
1) Ad-Dahlawi ; al-Fauzul Kabir fi Ushulit Tafsir
2) Thahir al-Jazari ; at-Thibyan Fi Ulumul Quran
3) Abu Daqiqah ; Ulumul Quran
4) M. Ali Slamah ; Minhaajul Furqan Fi Ulumul Quran
5) Muhammad Bahist ; Nuzulul Quran ‘ala Sab’ati Ahrufin Dan lain sebagainya. 

    Seiring berkembangnya sejarah dan peradaban, manusia semakin banyak melirik kemajuan teknologi sebagai sarana mempermudah segala aktivitas kehidupan mereka. Berkenaan dengan Alquran, semakin banyak muncul alquran digital. Jenis alquran digital bermacam-macam, ada yang berbasis aplikasi komputer (software), web dan aplikasi ponsel. Perkembangan zaman yang semakin maju dan di dorongnya kemajuan teknologi di segala bidang tentunya akan memberikan gambar bahwa alquran digital di masa mendatang juga akan terus berkembang. Baik dari segi ragam, kualitas dan kuantitasnya. Kemajuan digital di masa mendatang tentunya sangat erat kaitannya dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi.
Perubahan bentuk cetak ke bentuk digital merupakan sebuah proses. Proses panjang dari bentuk cetak ke bentuk digital menjadi menarik untuk di cermati karena yang di proses adalah alquran yang menjadi sumber primer dalam ajaran agama islam. Hal pertama yang menjadi sasaran untuk diungkap adalah bagaimana teks al-quran dalam produk al-quran produk digital itu muncul, itu karena proses mengetik ulang (retyping) dan mengkopi  (copypaste) dari teks-teks yang sudah ada. Masa depan alquran digital akan berkembang seiring perkembangan teknologi informasi dan komputer.




















PENUTUP


A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang ada di atas dapat di simpulkan bahwa sejak zaman dahulu sampai sekarang alquran tetap eksis, untuk memahami petunjuk yang ada di dalam alquran dengan benar, maka di perlukannya berbagai macam ilmu yang membahas / mengkaji alquran itu yaitu Ulumul Quran, di dalamnya memuat seluruh bahasan tentang alquran mulai dari tafsir alquran yang merupakan induk dari segala macam kajian mengenai alquran sampai pada ilmu bacaan alquran, yang semuanya itu bertujuan untuk membela serta mempertahankan kesucian alquran itu sendiri dari segala macam bentuk gangguan yang tidak menginginkan kesuciannya. Dan semakin berkembangnya zaman dan teknologi maka berkembang pula metode penulisan alquran.

B. Saran
Demikian makalah yang saya susun dan saya sangat menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat saya harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Amin.









DAFTAR PUSTAKA
Baidan Nashruddin, 2002, Metode Penafsiran Alquran, yogyakarta: pustaka pelajar offset
Roihan  Daulay Muhammad, 2014, Studi  Pendekatan Alquran, Jurnal Thariqah Ilmiah, vol.01, No.01
Syarief Hidayat, 2016, Alquran Digital, Jurnal STAIN Terpadu, vol 1, No.1.





















Biodata Pemakalah  dan referensi buku










Nama : Farah Nikmah Maulida
NIM   : 2318169
Prodi  : PGMI
TTL    : Pekalongan, 10 juli 2000

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel