TT D L1 METODE PENDIDIKAN SPECIAL “METODE KISAH”


METODE PENDIDIKAN SPECIAL
“METODE KISAH”
Q.S AL-A’RAAF AYAT 176
Bangkit Rizka Hidayatullah
(2117360)
Kelas : D

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018


KATA PENGANTAR
            Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Syukur alhamdulilah penulis dapat merampungkan makalah Tafsir Tarbawi yang berjudul “Metode Pendidikan Special (Metode Kisah).
Tidak lupa pula kita panjatkan puji syukur kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh dengan teknologi ini. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi, yang telah memberikan tugas ini kepada saya, guna melatih ketajaman dalam mengkaji ilmu tafsir tarbawi.
            Penulis pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Saya mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Saya berharap makalah sederhana ini dapat dipahami dan menambah wawasan bagi semua orang khususnya pembaca, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.



Pekalongan,  27 November 2018


   Bangkit Rizka H.





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Metode dalam pendidikan khususnya dalam pendidikan islam mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tujuan yang diciptakan bersama. Oleh karenanya metode menjadi sarana yang bermakna dalam menyajikan pelajaran, sehingga dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran.
Terdapat perbedaan besar antara metode pendidikan islam dengan metode pendidikan barat yang dianggap sebagai metode pendidikan modern. Metode pendidikan Islam sangat menghargai kebebasan individu selama kebebasan itu sejalan dengan fitrahnya.
Seorang guru dalam memilih metode pembelajaran haruslah tepat agar peserta didik dalam menerima pelajaran mudah diterima dan mudah memahaminya, tidak cukup dengan lemah lembut saja ia harus memikirkan metode-metode yang akan digunakannya, seperti memilih waktu yang tepat, materi yang cocok, pendekatan yang baik, efektifitas penggunaan metode yang baik dan sebagainya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Metode Kisah?
2.      Bagaimana Metode Kisah Berdasarkan Q.S Al-A’raaf Ayat 176?
3.      Bagaimana Metode Kisah Dalam Pendidikan?

C.    Tujuan
1.      Menjelaskan apa pengertian metode kisah
2.      Untuk mengetahui metode kisah berdasarkan Q.S Al-A’raaf Ayat 176
3.      Untuk mengetahui metode kisah dalam pendidikan





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode Kisah
Istilah metode dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan طريقةbentuk jamaknya طرائق yang berarti jalan atau cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan[1], bila dihubungkan dengan Pendidikan maka langkah tersebut harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian.
Dari segi asal usul katanya metode berasal dari dua kata, yaitu metha dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dengan demikian metode dapat berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan[2]
Dalam bahasa arab, kata kisah atau cerita adalah  قصةbentuk jamaknya adalah 
 قصص yang berarti kisah atau cerita,[3]sedangkan dalam bahasa Inggris adalah story, tale, dan narrative yang berarti pula cerita.
            Jadi metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Metode kisah merupakan salah satu metode yang mashur dan terbaik, sebab kisah ini mampu menyentuh  jiwa jika didasarkan oleh ketulusan hati yang mendalam.[4]

B.     Dalil Metode Kisah Berdasarkan Al-qur’an
Q.S Al-A’raaf Ayat, 176

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَٰهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُۥٓ أَخْلَدَ إِلَى ٱلْأَرْضِ وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ ۚ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ ٱلْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا بِـَٔايَٰتِنَا ۚ فَٱقْصُصِ ٱلْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ۟
Artinya: “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.”[5]

Tafsir ibu katsir
Demikianlah yang diceritakan oleh Sayyar kepadaku, tetapi aku tidak tahu barangkali di dalamnya kemasukan sesuatu dari kisah lainnya. Menurut kami dia adalah Bal'am. Menurut suatu pendapat yaitu Bal'am ibnu,Ba'ura, menurut pendapat lainnya Ibnu Ibr, dan menurut pendapat yang lainnya dia adalah Ibnu Ba'ur ibnu Syahtum ibnu Qusytum ibnu Maab ibnu Lut ibnu Haran, sedangkan menurut pendapat yang lainnya lagi adalah Ibnu Haran ibnu Azar. Dia tinggal di suatu kampung yang berada di wilayah Al Balqa. Ibnu Asakir mengatakan bahwa dialah orang yang mengetahui Ismul A'zam, lalu ia murtad dari agamanya; kisahnya disebutkan di dalam Al-Qur’an. Kemudian sebagian dari kisahnya adalah seperti yang telah disebutkan di atas, bersumberkan dari Wahb dan lain lainnya. 
maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya. Menurut teks Ibnu Ishaq, dari Salim, dari Abun Nadr, lidah Bal'am terjulur sampai dadanya. Lalu dia diserupakan dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya dalam kedua keadaan tersebut, yakni jika dihardik menjulurkan lidahnya, dan jika dibiarkan tetap menjulurkan lidahnya. Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah 'Bal'am menjadi seperti anjing dalam hal kesesatannya dan keberlangsungannya
Menurut pendapat lainnya, makna yang dimaksud ialah 'kalbu orang kafir dan orang munafik serta orang yang sesat kosong dari hidayah, hatinya penuh dengan penyakit yang tak terobatkan. Kemudian pengertian ini diungkapkan ke dalam ungkapan itu. Hal yang semisal
Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisahkisah agar mereka berpikir.Allah Swt. berfirman kepada Nabi Muhammad Saw. yakni agar Bani Israil mengetahui kisah Bal'am dan apa yang telah menimpa Nya, karena dia telah salah menggunakan nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepadanya, nikmat itu ialah Ismul A 'zam yang diajarkan Allah kepadanya. Ismul A'zam adalah suatu doa yang apabila dipanjatkan untuk memohon sesuatu, niscaya dikabulkan dengan seketika. Ternyata Bal'am menggunakan doa mustajab ini untuk selain ketaatan kepada Tuhannya, bahkan menggunakannya untuk memohon kehancuran bagi bala tentara TuhanYang Maha Pemurah, yaitu orang-orang yang beriman, pengikut hamba dan rasulNya di masa itu, yakni Nabi Musa ibnu Imran a.s. yang dijuluki sebagai Kalimullah (orang yang pernah diajak berbicara secara langsung oleh Allah). Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan
Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat Allah Swt. berfirman bahwa seburuk-buruknya perumpamaan adalah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Dengan kata lain, seburu-buruk perumpamaan adalah perumpamaan mereka yang diserupakan dengan anjing, karena anjing tidak ada yang dikejarnya selain mencari makanan dan menyalurkan nafsu syahwat. Barang siapa yang menyimpang dari jalur ilmu dan jalan petunjuk, lalu mengejar kemauan hawa nafsu dan birahinya, maka keadaannya mirip dengan anjing dan seburuk-buruk perumpamaan ialah yang diserupakan dengan anjing. Karena itulah di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Nabi Saw. telah bersabda: Tiada pada kami suatu perumpamaan yang lebih buruk daripada perumpamaan seseorang yang mencabut kembali hibahnya, perumpamaannya sama dengan anjing, yang memakan kembali muntahnya.[6]
            Tafsir Jalalayn
176. (Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan dia) kepada derajat para ulama (dengan ayat-ayat itu). seumpamanya Kami memberikan taufik/kekuatan kepadanya untuk mengamalkan ayat-ayat itu (tetapi dia cenderung) yaitu lebih menyukai (kepada tanah) yakni harta benda dan duniawi (dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah) dalam doa yang dilakukannya, akhirnya Kami balik merendahkan derajatnya. (Maka perumpamaannya) ciri khasnya (seperti anjing jika kamu menghalaunya) mengusir dan menghardiknya (diulurkannya lidahnya) lidahnya menjulur (atau) jika (kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga) sedangkan sifat seperti itu tidak terdapat pada hewan-hewan selain anjing. Kedua jumlah syarat menjadi hal, ia menjulurkan lidahnya dalam keadaan terhina dalam segala kondisi. Maksudnya penyerupaan/tasybih ini ialah mengumpamakan dalam hal kerendahan dan kehinaan dengan qarinah adanya fa yang memberikan pengertian tertib dengan kalimat sebelumnya, yakni kecenderungan terhadap duniawi dan mengikuti hawa nafsu rendahnya, juga karena adanya qarinah/bukti firman-Nya, (Demikian itulah) perumpamaan itulah (perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu) kepada orang-orang Yahudi (agar mereka berpikir) agar mereka mau memikirkannyahingga mereka mau beriman.[7]

C.    Implementasi Metode Kisah Dalam Pendidikan
Metode cerita dalam dunia pendidikan harus memperhatikan situasi kapan metode ini cocok digunakan, tentunya juga dengan memperhatikan tujuan pembelajaran tersebut. Hal tersebut untuk menjadikan metode cerita yang digunakan tepat sasaan dan dapat menjadikan materi pembelajaran tersampaikan dengan baik.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.      Apersepsi
Guru dapat memberikan apersepsi yang menarik perhatian anak untuk mendengarkan cerita. Misalnya guru menggunakan metode tanya jawab.
2.      Penyajian
Guru dalam menyajikan cerita sejarah hendaknya menggunakan gaya bahasa cerita, yaitu ia harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Hendaknya guru menggunakan gaya bahasa yang menarik.
b.      Penyajian sejarah hendaknya secara periodisasi, yang setiap periodenya merupakan bagian yang tak terpisahkan dan diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memantapkan isi pokok dari masing-masing periode.
c.       Menulis judul periode pada papan tulis sebelum atau sesudah penyajian.
d.      Menuliskan nama-nama tokoh yang berperan dalam cerita yang diuraikan, agar nama-nama tersebut menjadi ingatan pelajar dan memudahkan mereka mengingatkannya.
e.       Dalam penyajian, guru harus memperhatikan usaha mengkongkretkan pengertian melalui mimic dan pantomimic agar tergugah perasaan siswa untuk mencintai dan meneladani tokoh pemeran sejarah tersebut.
3.      Korelasi
Menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah dengan realisasi kehidupan sekarang dan topik-topik pendidikan agama yang lain, ataupun dengan bidang studi lainnyabila ada kesempatan.
Di samping itu, guru juga harus mengaitkan sejarah dengan kehidupan modern, guna menggerakkan kecenderungan yang kuat pada diri siswa untuk memiliki semangat kehidupan masyarakat muslim yang sejahtera.
4.      Kesimpulan
Guru menyuruh agar siswa-siswa mengulang cerita, dan menanyakan kepada mereka peristiwa-peristiwa, periode demi periode. Setelah itu guru mencatat di papan tulis pokok-pokok kesimpulan dari setiap periode sebagai ihtisar.Dalam hal ini termasuk rangkuman-rangkuman nilai-nilai luhur, moral, dan ajaran-ajaran yang berkesan dengan disertakan sedikit penjelasan tentang keteladanan serta saran-saran yang berguna.
5.      Evaluasi
Guru mengadakan diskusi dengan siswa mengenai semua materi yang baru diberikan untuk mengetahui sampai dimana mereka dapat menguasai pelajaran, atau dapat juga merekadisuruh menulis bagian-bagian pelajaran yang mengandung nilai moral, atau mendramatisasikan di depan kelas atau di pentas yang tersedia, atau menyuruh siswa menuliskan perasaan mereka terhadap tokoh sejarah dan sejauh mana mereka terpengaruh dengan kepribadian dan tingkah laku tokoh tersebut. Dapat juga guru menyuruh beberapa siswa mengulangi cerita tersebut dalam bentuk yang baik, yang dapat merangsang semangat kompetisi positif dikalangan siswa sendiri.
6.      Alat-alat peraga
Hendaknya guru menyiapkan bermacam-macam alat peraga dan menggunakannya bilamana perlu. Dalam menguraikan peristiwa hijrah nabi misalnya, guru dapat menggunakan slide atau film kalau tersedia, memperdengarkan rekaman tentang drama yang sering diputar di pemancar radio pada hari-hari besar Islam seperti maulid, hijrah ataupun Isra’ Mi’raj. Mungkin juga dapat diambilkan naskah/pita kaset dari pemancar-pemancar yang ada.Atau salah seorang siswa disuruh merekamnya dari salah satu pemancar yang dapat ditangkap di daerah tersebut.[8]


























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ada banyak metode yang bisa digunakan seorang pendidik, khususnya dalam pengajaran kepada muridnya. Tidak harus terpaku dengan satu metode, karena didalam Al-Qur’an juga ada metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran. contoh dalam Q.S Al-A’raaf ayat 176 yang sepenggal artinya berbunyi ”perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga)”. Di dalam ayat ini Allah SWT. Menggunakan perumpamaan manusia sebagai seekor anjing.

B.     Kritik dan Saran
Dalam makalah ini tentunya saya sebagai penulis yang tidak pernah nurut dengan Gurunya masih banyak kekurangan, untuk itu diharapkan dengan adanya kritik dan saran supaya dapat menjadi bahan evaluasi bagi kebaikan penulis kedepannya dan agar bisa menjadikan makalah ini mendekati sempurna.

















DAFTAR PUSTAKA


Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3, Jakarta: Penebar Sunnah, 2002.
Abdul Qadir Muhammad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers,2002.
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya.

Diakses dari (eshaardhie.blogspot.com), Terjemahan Tafsir Jalalain 30 Juz.pdf

Nata Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Yunus Mahmud, Kamus Arab Indonesia, , Jakarta:Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Pentafsir Al-Qur’an, 1973.















\



BIODATA PENULIS

Nama                                       : Bangkit Rizka Hidayatullah
Tempat, Tanggal lahir             : Batang, 16 Agustus 1999
Alamat                                    : Dk.Balong Ds.Keputon rt.03 rw.02 Kec.Blado Kab.Batang
Hobi                                        : Maido, Bernyanyi, Berproses
No. Hp                                                : 082329332253
Motto hidup                            : Berbuat dan mempertanggungjawabkan perbuatan itu
Riwayat Pendidikan               : RA Masyitoh Keputon
                                                  MII Keputon
                                                  MTs Agung Alim Blado
                                                  MA Ribatul Muta’allimin (1 tahun)
                                                  MA YIC Bandar (2 tahun)
Organisasi                               : TEATER ZENITH





[1] Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Pentafsir Al-Qur’an, Jakarta), 1973, hlm. 236
[2] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997), hlm. 91.
[3] Mahmud Yunus, Op.cit., hlm. 343.
[4] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Ciputat Pers, Jakarta, 2002), hlm. 160
[5] Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 173
[6] Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3, (Penebar Sunnah, Jakarta, 2002), hlm. 485-488
[7] Diakses dari (eshaardhie.blogspot.com), Terjemahan Tafsir Jalalain 30 Juz.pdf
[8] Muhammad Abdul Qadir Muhammad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Rineka Cipta: Jakarta, 2008), hlm. 170-172.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel