MAKALAH ILMU YAQIN, ‘AINUL YAQIN DAN HAQQUL YAQIN QS. At-Takaatsur 102 : ayat 5-7
ILMU YAQIN, ‘AINUL YAQIN DAN HAQQUL YAQIN
QS. At-Takaatsur 102 : ayat 5-7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga pada kali ini penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas matakuliah Tafsir Tarbawi II yang berjudul “Ilm yaqin, ainul yaqin dan haqqul yaqin”. Sholawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi agung Nabi Muhammad Saw., yang telah membawa perubahan pada umat manusia dari masa jahilliyah ke masa yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini, semoga kita tetap termasuk dalam umatnya hingga akhir nanti. Amin.
Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Pertama, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen pengampu matakuliah Tafsir Tarbawi II. Kedua, penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah mendukung penulis. Yang ketiga, kepada teman-teman sekalian yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam membantu penulisan makalah ini. Dan tak lupa penulis ucapakan terimaksih kepada semua staff perpustakaan IAIN Pekalongan.
Penulis memohon maaf apabila dalam makalah ini, masih banyak akan kekurangan dan kesalahannya. Hal tersebut tidak lepas karena penulis hanyalah manusia biasa dan masih dalam tahap belajar. Dan penulis berharap dengan adanya kritik dan saran yang membangun, dapat membantu penulis dalam penulisan makalah yang lainnya dengan baik dan benar.
________________, 15 April 2017
TRI MISALMA ZAHROTUL AENI
2021115250
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an diyakini oleh umat Islam sebagai kalamullah (firman Allah) yang mutlak benar, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran serta petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia ini dan di akhirat nanti. Ajaran dan petunjuk al-Qur’an tersebut berkaitan dengan berbagai konsep yang amat dibutuhkan oleh umat manusia dalam mengarungi kehidupannya di dunia ini dan di akhirat kelak.
Berbicara masalah pendidikan, tentunya tidak lepas dari ilmu pengetahuan, adanya tujuan pendidikan, subjek pendidikan, metode pengajaran, dan tentunya terdapat objek pendidikan pula. Di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan masalah-masalah pendidikan tersebut. Dalam makalah ini akan sedikit membahas terkait dengan yaqin dalam mencari ilmu menurut tingkatannyaberdasarkan al-Qur’an yang terdapat dalam QS. At-Takastur ayat 5-7.
B. Judul Makalah
Sesuai dengan yang ditugaskan oleh Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Tafsir Tarbawi II memberikan judul “ Pendidikan Ilmiah Intelektual”. Adapun kajian yang dibahas dalam makalah tersebut adalah mengenai “ilmul yaqin, ainul yaqin dan haqqul yaqin”, sebagaimana yang tercantum di dalam QS.At-Takaatsur 102 : 5-7.
C. Nash dan Terjemah
كَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُونَ عِلۡمَ ٱلۡيَقِينِ ٥ لَتَرَوُنَّ ٱلۡجَحِيمَ ٦ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيۡنَ ٱلۡيَقِينِ ٧
Artinya :
5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin
6. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim
7. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ´ainul yaqin.
D. Arti Penting Untuk Dikaji
Karena dalam kehidupan, kita harus terus meningkatkan keyakinan kita kepada Allah, agar Allah juga selalu yakin untuk memberikan apapun yang kita minta dan yang tidak kita minta. Untuk mencapai keyakinan yang Haqqul yaqin semuanya melalui proses belajar ilmu, tidak hanya sekedar mendengar kata orang.
Adapun tingkatan dalam keyakinan yaitu , ilmul yaqin, ainul yaqin dan haqqul yaqin. Ilmul yaqin adalah orang yang meyakini sesuatu berdasarkan ilmu, pada tingkatan Ainul yaqin dimana keyakinan seseorang yang telah menyaksikan apa yang selama ini ia yakini melalui ilmunya. Sedangkan Haqqul yaqin adalah kemantapan dalam pendirian yang kokoh setelah ia mengetahui kemudian ia melihat dengan penyaksian kebenarnya lalu kemudian tertanam penuh dalam hatinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun atau tata cara yang di dasarkan atas aturan agama. Sebagai seorang muslim hendaknya kita mengetahui gaimana cara beradap dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada adab mencari ilmu. Dalam mencari ilmu tentu saja memiliki norma (adab) dalam mencari ilmu, ataupun sejenisnya. Hendaknya kita mengetahui hal tersebut dikarenakan islam memandang adab dalam keseharian sangat penting.
Dalam mencari ilmu sering kita mendengar mengenai yaqin , Yaqin dalam mencari ilmu menurut tingkatannya di bagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1. ilmul yaqin adalah keyakinan akan sesuatu hal berdasarkan ilmu pengetahuan tentang sebab akibat atau melalui hukum kausalita, seperti keyakinan dari para ahli ilmu kalam.
2. Ainul yaqin adalah Keyakinan yang dialami oleh orang yang telah melewati tahap pertama, yaitu ilmu al yaqin, sehingga setiap kali dia melihat sesuatu kejadian, tanpa melalui proses sebab akibat lagi dia langsung meyakini sesuatu hal itu.
3. Haqqul yaqin adalah kemantapan dalam pendirian yang kokoh setelah ia mengetahui kemudian ia melihat dengan penyaksian lalu kemudian tertanam sedalam-dalamnya pada dirinya tentang suatu hal.
Adapun pengertian lain dari Yaqin (tulisan Indonesianya yakin) , Ilmul yaqin adalah orang yang meyakini sesuatu berdasarkan ilmu. Seseorang yang beragama pada tingkat ini hanyalah yakin karena “kata orang”. Maka ia pun akhirnya menerima saja apa yang dikatakan oleh orang-orang tanpa melakukan penyelidikan atau mendalami secara bersungguh-sungguh agamanya sendiri. Contohnya Air laut, ia hanya mengetahui dari orang atau dari buku bahwa air laut itu asin.
pada tingkatan Ainul yaqin dimana keyakinan seseorang yang telah menyaksikan apa yang selama ini ia yakini melalui ilmunya, dan ia baru yakin setelah melihat langsung dan merasakan sendiri bahwa air laut memang rasanya asin. Sedangkan Haqqul yaqin adalah kemantapan dalam pendirian yang kokoh setelah ia mengetahui kemudian ia melihat dengan penyaksian kebenarnya lalu kemudian tertanam penuh dalam hatinya.pencapaian yang tertinggi ini menutup segala celah keraguan didalam hati seseorang.
B. Tafsir Surat At-Takaatsur ayat 5-7
1. Tafsir Ibnu Katsir
Allah Ta’ala berfirman, “ Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui, “Hasan berkata,” Ayat ini merupakan ancaman setelah ancaman. “Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, “ yaitu kalau kamu mengetahui dengan pengetahuan sebenarnya, pastilah banyak harta dan anak tidak akan melalaikan kamu dari mencari akhirat, sampai kamu masuk kuburan. Kemudian Allah T’ala berfirman, “Niscaya kamu benar-benar akan melihatnya denganainul yaqin.” Ayat in merupakan penjelasanterhadap ancaman yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu firman Allah Ta’ala , “Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui, kemudian janganlah begitu, kelak kamu akan megetahui. Allah telah mengancam mereka dengan suasana ini : ahli neraka menyaksikan saat api neraka bernapas sekali. Maka akan tersungkurlah malaikat muqarrabin dan para ahli yang diutus Allah di atas kedua lututnya, lantara rasa takut, kehebatan, dan kengerian yang dilihat ketika itu.
Firman Allah Ta’ala, “ Kemudian pasti kamu akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan, “yaitu, kemudian pada hari itu, kamu semua pasti akan ditanya tentang perbuatan bersyukur ata nikmat yang telah diberikan Allah kepada kamu, berupa kesehatan. Keamanan, rezeki, dan lan sebagainya.
2. Tafsir Al-Azhar
Pangkal ayat 5 “sekali-kali tidak”. Diulangkan lagi bahwa percumalah usahamu memegahkan harta benda yang tidak berarti itu. “kalau kiranya kamu ketahuilah dengan pengetahuan yang yakin, “(ujung ayat 5). Artinya kalau kira-kiranya kamu pelajarilah rahasia hidup ini dengan seksama, sampai menjadi ilmu yang yakin dan kamu dengar petunjuk yang dibawakan oleh Rosul s.a.w, “ Sesungguhnya akan kamu lihatlah neraka itu “. (ayat 6). Artinya bila tatkala hidup ini kamu pelajari Muhammad dengan seksama, dengan iman dan percaya, niscaya akan kamu lihatlah neraka itu sebagai ganjaran bagi orang yang ingkar. Meskipun belum engkau lihat dengan mata kepalamu, pasti dapatlah dilihat dan diyakini oleh fikiranmu yang sihat dan jernih. Kemudian, (pangkal ayat 7). Sesudah kamu yakini dari pengetahuan, dari ilmu yang kamu terima dari Rosul yang mustahil berbohong: “ Sesungguhnya akan kamu lihatlah dianya dengan penglihatan yang yakin. (ujung pangkal 7) sesudah diyakini berikut ilmu yang ada, berkat hudan (petunujuk) dan taufiq dari Allah, kelak pasti datang masanya keyakinan itu akan naik lagi kepada tingkat yang lebih tinggi. Yaitu keyakinan karena mu’ayyah. Keyakinan karena dapat dilihat mata, dapat dialami sedndiri dalam kehidupan yang kekal. Dalam kejidupan yang khulud. Itulah hari akhir.
3. Tafsir Al-Maragi
Allah swt. Menyebutkan ayat ini, maksudnya tiada lain hanyalah untuk mempertegas celaan Allah karena terlalunya mereka bersikap sombong. Menurut kebiasaan , jika seseorang lalai terhadap peringatan yang akan berakibat kepada mereka, akan mengatakan,”Kami mengetahui akibat perbuatan ini, dan kami benar-benar sadar dalam mengerjakan perbuatan tersebut” Karenanya, Allah mempertegas peringatannya melalui ayat ini. Kemudian Allah menjelaskan kepada mereka sebagian akibat perbuatan tersebut, yaitu siksaan Allah di akhirat nanti, setelah terlebih dahulu mereka merasakan sebagian siksaan duni. Untuk itu, Allah berfirman dalam ayat berikutnya: “ Sesungguhnya tempat penyiksaan yang telah disediakan untuk orang yang lalai terhadap kebenaran, sudah disediakan. Dan sudah pasti, kalian akan menyaksikan dengan mata kepala. Karenanya, jadikanlah gambaran siksaan itu seakan-akan ada tergambar dalam hatimu, sehingga bisa memberi peringatan kepada kalian untuk melakukan hal-hal yang baik bagi diri kalian, dibanding membuang-buang waktu secara percuma. Kemudian pada ayat ke 7 menjelaskan bahwa “Kalian benar-benar akan melihatnya. Ketika itu, kalian akan mengetahui, pada kelompok mana kalian akan dimasukkan. Karenanya, bertakwalah kepada Allah, dan hindarilah hal-hal yang dapat menjerumuskan dirimu kedalam neraka Jahim. Kemudian lihatlah berbagai nikmat yang ada di tangan kalian. Gunakanlah nikmat-nikmat tersebut untuk memelihara hak-hak Allah yang terdapat pada harta kekayaanmu, dan pergunakanlah harta itu untuk melaksanakan perintah Allah kepadamu. Dan janganlah kalian melakukan berbagai kejahatan dan hal-hal munkarat. Bukankah kalian masuk kedalam agama Islam dan menyandang gelar muslim dengan harapan bisa dimasukkan diantara orang-orang yang mendapat ampunan Allah dan hanyalah tinggal nama, dan perbuatan kalian bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Al-Qur’an. Disamping itu, perbuatan kalian justru sama dengan yang dilakukan musuh-musuh Islam.
4. Tafsir Al-Qur’an Al-karim
Pada ayat ke 5, kata (lauw), diterjemahkan dengan “jika”, oleh bahasa Al-qur’an digunakan untuk mengandaikan sesuatu yang mustahil akan terjadi. Misalnya seseorang yang ayahnya telah meninggal dan ia ingin mngandaikan ayahnya masih hidup, maka ketika itu ia menggambarkan pengandaiannya itu dengan kata lauw. Tetapi jika ia ingin mengandaikan sesuatu yang diyakininya pasti terjadi, maka pada saat itu redaksi pengandaiannya adalah (idza). Sedangkan bila ia tidak yakin benar, maka redaksi yang digunakannya adalah (in) . kemudian pada ayat ke 6 adalah kalimat baru yang tidak berkaitan secara langsung dengan kandungan ayat ke 5. Kalau pemahaman kita seperti ini, maka kata lauw tertuju pada suatu kalimat tersirat, yakni “tidak bersaing secara tidak sehat atau “berhenti bersaing”.
Mereka berpendapat bahwa ayat-ayat diatas redaksional ditujukan kepada orang-orang kafir yang lalai akibat perlombaan memperbanyak harta, anak dan keududkan. Mustahil bagi mereka itu untu mencapai “ilmul yaqin dan karenanya mustahil pula bagi mereka untuk dengan mata hati, lebih-lebih dengan mata kepala melihat neraka jahim. Adapun tingkatan yaqin yaitu “ilmul yaqin, ainul yaqin dan aqqul yaqin.”
C. Aplikasi dalam Kehidupan
Pengaplikasian sifat yaqin dalam kehidupan sehari-hari biasanya berkaitan dengan proses ketika kita mencari ilmu. Dalam proses mencari ilmu kita harus memiliki sifat yaqin dalam hati agar ilmu yang kita pelajari dalam kehidupan sehari-hari dapat masuk. Dalam pelaksanaanya di kehidupan sehari-hari yaqin di bagi menjadi tiga tingkatan yaitu ‘ilm al yaqin, ‘ain al yaqin dan haqq al yaqin. ‘ilm yaqin adalah pengetahuan yang paling rendah dibandingkan dengan ‘ain al yaqin. Sedangkan ‘ain al yaqin adalah Keyakinan yang dialami oleh orang yang telah melewati tahap pertama, yaitu ilmu al yaqin, sehingga setiap kali dia melihat sesuatu kejadian, tanpa melalui proses sebab akibat lagi dia langsung meyakini sesuatu hal itu. haqq al yaqina dalah kemantapan dalam pendirian yang kokoh setelah ia mengetahui kemudian ia melihat dengan penyaksian lalu kemudian tertanam sedalam-dalamnya pada dirinya tentang suatu hal.Dalam pengaplikasian antara ‘ilm yaqin, ‘ain yaqin dan haqq al yaqin dimiliki oleh seseorang yang berbeda. Tergantung dari pengetahuan yang mereka miliki, semakin tinggi ilmu atau keyaqinan yang mereka miliki maka semakin tinggi pula tinggkatan yaqin yang mereka miliki.
D. Aspek Tarbawi
1. Semua yang bersaing secara tidak sehat akan menyesal di dunia atau paling tidak di akhirat.
2. Semakin dalam keyakinan seseorang, semakin tajam mata hatinya sehingga dapat melihat yang tersirat di balik yang tersurat.
3. Sebagai seorang pelajar kita harus memiliki sifat yaqin dalam mencari ilmu.
4. Dalam mencari ilmu sifat yaqin terhadap ilmu ada beberapa tingkatan, seperti ‘ilm yaqin, ‘ain al yaqin dan haqq al yaqin.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun atau tata cara yang di dasarkan atas aturan agama.
Yaqin dalam mencari ilmu menurut tingkatannya di bagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1.‘ilm al yaqin adalah keyakinan akan sesuatu hal berdasarkan ilmu pengetahuan tentang sebab akibat atau melalui hukum kausalita, seperti keyakinan dari para ahli ilmu kalam.
2. ‘ain al yaqin adalah Keyakinan yang dialami oleh orang yang telah melewati tahap pertama, yaitu ilmu al yaqin, sehingga setiap kali dia melihat sesuatu kejadian, tanpa melalui proses sebab akibat lagi dia langsung meyakini sesuatu hal itu.
3. haqq al yaqin adalah kemantapan dalam pendirian yang kokoh setelah ia mengetahui kemudian ia melihat dengan penyaksian lalu kemudian tertanam sedalam-dalamnya pada dirinya tentang suatu hal.
B. SARAN
Alhamdulillah, makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir tarbawi II. Kami menyadari kami masih dalam tahap belajar, jadi makalah inipun jika ditemukan kesalahan kami harap dimaklumi. Dan kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini, demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Almaragi , Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi, 1993. Semarang : PT Karya Toha Putra Semarang
Ar-Rifa’I , Muhammad Nasib, 2000. Taisiru al-Aliyyul Qadir li ikhtihari Tafsir Ibnu Katsir,jilid 4. Jakarta:Gema Insani
Hamka, 1982. Tafsir Al-Azhar Juz XXX. Jakarta: Pustaka Panjimas
Shihab, Muhammad Quraish. 1997. Tafsir Al-Qur’an Al-karim. Bandung:Pustaka Hidayah.
Sumber : https://rumaysho.com/3484-tafsir-surat-at-takatsur-berbangga-dengan-harta-sampai-ke-kuburan.html