Makalah Tafsir Tarbawi, Ahli Hikmah: Anugerah Besar dari Allah

TAFSIR TARBAWI
KEDUDUKAN ILMU DAN AHLI ILMU

Ahli Hikmah: Anugerah Besar dari Allah
Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 269”




Bab I
Pendahuluan

Ilmu ditafsirkan dengan sifat yang apabila dimiliki oleh seseorang maka menjadi jelaslah apa yang terlintas didalam pengertiannya. Untuk memperoleh keberhasilan dalam mencapai sesuatu pun memerlukan ilmu. Ketika seseorang ingin sukses tidak hanya di dunia tetapi juga sukses di akhirat oun ada ilmunya. Allah mengangkat orang-orang berilmu beberapa derajat dan memudahkan jalan bagi orang-orang berilmu masuk surga.
Dalam makalah ini membahas Ahli hikmah, yaiyu anugerah besar yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang berilmu. Hikmat itu lebih luas daripada ilmu, bahkan ujung daripada ilmu adalah permulaan hikmat. Hikmat boleh juga diartikan mengetahui yang tersirat di belakang yang tersurat, menilik yang ghaib dari yang terlihat nyata, mengetahui akan kepastian ujung karena telah melihat pangkal.
Pentingnya makalah ini dibahas karena kita sebagai manusia yang memiliki ilmu agar nantinya dapat menjadikan ilmu tersebut bermanfaat sehingga kita mampu masuk sebagai golongan orang-orang yang mendapatkan hikmah dari Allah.




Bab II
Pembahasan

A.    Tafsir QS. Al Baqarah ayat 269

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

Terjemahan :
269. Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Mufrodat :
يُؤْتِى  = Dia memberikan
الْحِكْمَةَ= Hikmah
يَشآءُ = Dia kehendaki
خَيْرًا= Kebajikan
يَذَّكَّرُ= Mengambil pelajaran

B.     Penjelasan Tafsir
269. a. Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Hikmat itu lebih luas daripada ilmu, bahkan ujung daripada ilmu adalah permulaan hikmat. Hikmat boleh juga diartikan mengetahui yang tersirat di belakang yang tersurat, menilik yang ghaib dari yang terlihat nyata, mengetahui akan kepastian ujung karena telah melihat pangkal.
Menurut Syaikh Muhammad Abduh, bahwasanya hikmat itu adalah ilmu yang sah, yang dapat dipertanggung-jawabkan,  yang telah sangat mendalam pengaruhnya di dalam diri sendiri, sehingga dia yang menentukan iradah dan kemauan, untuk memilih apa yang dikerjakan. Kalau suatu amal perbuatan benar-benar timbul daripada ilmu yang shahih, maka amal itu akan menjadi amal yang shahih, yang memberi faedah dan membawa orang kepada kebahagiaan.[1]
Allah memberikan ilmu yang berguna yang bisa membangkitkan kemauan kepada hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, sehingga ia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, lalu dengan mudah dapat ia membedakan antara ilham yang datang dari Allah dan bisikan setan. Allah memberikan hikmat kepada barang siapa yang dikehendaki Nya ; artinya ialah diberi alat budi itu, diantara makhluk ini, hanyalah manusia saja. Maka akal yang cerdas itu adalah alat yang seampuh-ampuhnya untuk memperdalam ilmu yang sejati. Akal adalah alat penimbang, penyisihkan di antara agak-agak dengan kesimpulan yang benar. Penyisihkan di antara mana yang dapat diketahui dan difahami dan mana yang meminta renungan panjang. Kalau akal sudah bekerja dan memberi hasil yang baik, maka segala keraagu-raguan, faham, daan agak-agak menjadi hilang, dan mudahlah membedakan mana yang was-was dan mana ilmu yang dapat dipertanggung jawabkan.
Penangkapan ilmu ialah akal, yang menangkap pengertian berdasarkan dalil-dalil dan memahaminya dengan sebenarnya. Dan siapa yang diberi pengetahuan seperti ini, nisyaca mampu membedakan antara janji Tuhan dan janji setan, mampu memegang teguhjanji Allah dan melemparkan janji setan.[2]

269. b. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.

Barang siapa yang diberi ilmu yang berguna dan diberi petunjuk cara menggunakan akal serta menempuh arah yang benar, maka orang ini berarti mendapatkan petunjuk dan kebaikan di dunia dan diakhirat. Karena itu ia dapat menggunakan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, seperti penglihatan, pendengaran, hati dan pikirannya secara berdaya guna dan menyiapkan untuk kesenangannyayang benar, lalu berserah diri kepada Allah karena Dialah asal segala sesuatu dan kepada-Nya lah semua akan berakhir. Dia tidak mau menerima bisikan-bisikan setan dan mengotori dirinya sendiri dengan berbuat dosa.[3]
Siapa saja yang telah diberi taufik (pertolongan Allah) akan mengerti mengenai ilmu yang bermanfaat ini. Ia juga akan dituntun oleh Allah untuk menggunakan akalnya secara sehat dan diarahkan ke jalan yang benar. Ini berarti ia telah mendapatkan kebaikan dunia akhirat. [4]
Kekayaan sejati  ialah hikmat yang diberikan Allah. Kecerdasan akal, keluasan ilmu, ketinggian budi, kesanggupan menyesuaikan diri dengan masyarakat; itulah kekayaan yang sangat banyak. Betapapun orang menjadi kaya raya, jutawan yang harta-bendanya berlimpah-limpah, kalau dia tidak dianugerahi oleh Allah hikmat, samalah artinya dengan orang miskin. Sebab ia tidak sanggup dan tidak mempunyai pertimbangan yang sehat, buat apa harta bendanya itu akan dikeluarkan.

269. c. Dan hanya orang-orang yang berakal lah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Tidak akan bisa mengambil hakikat dari ilmu pengetahuan dan bisa terpengaruh oleh ilmu itu, hingga kehendaknya bisa dikendalikan dan tunduk kepada kemauannya, melainkan hanya orang-orang yang mempunyai akal sehat dan berjiwa luhur, yang mampu menyelami hakikat kenyataan.
Dengan ilmu pengetahuan, mereka mampu memilih hakikat kehidupan yang bermanfaat bagi dirinya, yang bisa membuat dirinya bahagia dalam kehidupan ini, sekaligus bisa meniti tangga kebahagiaan ukhrawi.[5]
Orang yang mempunyai inti-fikiranlah cuma yang akan mengerti soal yang penting ini. Orang yang fikirannya hanya terhadap mengumpulkan benda, yang memandang bahwa kekayaan ialah kesanggupan mengumpulkan harta benda belaka, tidaklah akan mengingat ini. tujuan hidupnya hanya berkisar pada Tuhan kepada harta. Sebab itu maka hidupnya tidaklah akan memberi faedah dan manfaat kepada sesamanya manusia daan hari depannya pun gelap gulita.

C.     Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari
Dari Surat Al Baqarah ayat 269 ini memberikan kita pengertian tentang apa itu hikmat. Aplikasi dalam kehidupan nyata adalah laksana seorang sarjana yang baru lepas dari sebuah Universitas. Dia telah lulus ujian dari berbagai macam pelajaran. Pada waktu itu sudah bolehlah ia disebut orang alim. Tetapi belum berhak ia disebut al-Hakim atau ahli hikmat. Dia baru akan berhak mendapatkan sebutan ahli hikmat setelah ia melakukan praktek kelak di dalam bidang ilmu yang diketahuinya itu.
Pada ayat ini telah dijelaskan bagaimana seseorang bisa dikatakan mendapat hikmat dari Allah, yaitu orang-orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu nya dan menggunakan akal fikiran nya untuk mengambil keputusan dalam kehidupannya.
Tidak semua orang mendapatkan hikmat dari Allah, hanya orang-orang yang dipilih Allah lah yang dianugerahi hikmat. Sehingga beruntunglah orang orang yang terpilih itu.[6]

D.    Aspek Tarbawi
Aspek tarbawi yang dapat kita ambil  dari Quran Surat Al Baqarah ayat 269 ialah:
1.      Anugerah al Hikmat diberikan Allah kepada seseorang melalui banyak cara dan kepada seseorang yang telah Allah pilih.
2.      Kewajiban bersyukur bagi orang-orang yang telah dianugerahi al Hikmat.
3.      Kemuliaan agung bagi orang yang diberikan al Hikmat kepadanya, seperti pada tafsir ayat diatas.
4.      Meningkatkan rasa syukur atas ilmu, dan akal yang diberikan oleh Allah.
5.       Menghindari rasa sombong dan berbangga diri atas apa yang telah kita terima di dunia ini, karena sesungguhnya apa yang kita miliki itu datangnya dari Allah



Bab III
Penutup

A.    Simpulan
Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
Tidak semua orang mendapatkan hikmat dari Allah, hanya orang-orang yang dipilih Allah lah yang dianugerahi hikmat. Sehingga beruntunglah orang orang yang terpilih itu.

B.     Kritik dan Saran
Kami yakin dalam pembuatan makalah ini masih ada banyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya berupa penambahan wawasan tentang Kedudukan Ahli Ilmu : Ahli Hikmah Anugerah Besar dari Allah.
Kami hanya manusia biasa yang tidak terlepas dari kekurangan, maka dari itu kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun yang lain.



Daftar Pustaka

Al-Maraghi, Ahmad Musthofa. 1987. Tarjamah Tafsir Al-Maraghi. Bandung: ROSDA.
Al-Maraghi, Ahmad Musthofa. 1986. Tarjamah Tafsir Al-Maraghi. Bandung: ROSDA.
Al-Maraghi, Ahmad Musthofa. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi 3. Semarang: Karya Toha Putra.
Al-Maraghi, Ahmad Musthofa.1987. Terjemah Al-Maraghi. Semarang: Karya Toha Putra.
Amrullah, Abdul Malik Karim.1983. Tafsir Al Azhar Juz III. Jakarta: Pustaka Panjimas.





[1]Amrullah, Abdul Malik Karim, Tafsir Al Azhar juz III, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983),  hlm. 74-75.
[2]Al-Maraghi, Ahmad Musthofa, Tarjamah Tafsir Al-Maraghi penterjemah Drs. M. Thalib, cet.1(Yogyakarta: Sumber Ilmu, 1986),  hlm. 49.
[3]Al-Maraghi, Ahmad Musthofa, Tarjamah Tafsir Al-Maraghi penterjemah Drs. M. Thalib,cet.2., (Bandung: ROSDA, 1987), hlm.49-50.
[4]Al-Maraghi, Ahmad Musthofa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi 3 penterjemah Bahrun Abubakar, Lc. Dkk., (Semarang: Karya Toha Putra, 1993), hlm. 74.
[5]Al-Maraghi, Ahmad Musthofa, Terjemah Al Maraghia 3 penterjemah K. Anshori Umar, Dkk., (Semarang: Karya Toha Putra, 1987), hlm. 75.
[6]Amrullah, Abdul Malik Karim, Loc.cit., hlm. 76.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel