Meraba Wajah Negri
Meraba Wajah Negri
Saat sedang asyik berselancar di
dumay[1],
secara tidak sengaja saya tiba-tiba
masuk pada sebuah forum ternama di Indonesia, sebenarnya saya bukan orang yang
aktif dalam berbagai forum dumay seperti itu tapi karena terlanjur masuk dan thread[2]-nya
pun menarik “ pandangan AS terhadap Indonesia” , akhirnya saya putuskan
untuk membacanya.
Dalam thread tersebut, TS[3]
dengan nama akun Paulus Ism, memposting sebuah artikel yang kelihatanya
merupakan terjemahan dari artikel seorang professor politikus di Amerika, ia
dosen di The Ohio State University, Columbus, Ohio, Amerika. Namanya R. William
Liddle. Terlepas dari apakah benar itu tulisan Profesor tersebut? apakah
terjemahan dari TS tersebut benar? atau tentang siapa itu Prof. William. Semua
hal itu tidak terlalu saya soroti, saya lebih tertarik pada komentar beberapa
akun lain, dengan reaksinya masing-masing setelah membaca thread
tersebut, thread tersebut menceritakan bagaimana posisi Indonesia di
kancah ekonomi internasional, politik internasional dan pandangan orang luar
terhadap Indonesia, yang kesimpulanya, Indonesia belum memilki peran signifikan
dalam dunia internasional, diakhir artikel Prof. William memberi beberapa saran
kepada bangsa Indonesia . Dalam menanggapi hal diatas kemudian beberapa
beberapa akun yang bisa saya pastikan semuanya adalah WNI, justru terkesan
hilang kepercayaan dan sangat meng-iya-kan,bahkan dalam komentar tersebut tak
ada satupun yang menampakan kepercayaan diri dan kebanggaannya menjadi bagian
dari Indonesia, ada juga yang malah meng-kambing hitam-kan pihak tertentu.
Berikut adalah beberapa cuplikan dari komentar thread tersebut,
Maspras : “usulan dari TS tampaknya akan sangat
sulit untuk diterapkan. walaupun dihina serendah2nya, tetap saja mental
(kebanyakan) pejabat Indonesia mencerminkan inferioritas”
Copasiana : “ah gak ngaruh kayaknya negara demokarasi
terbesar ke 3 tapi kelakuan elitnya masi kayak gitu”
Nentaumati : “mending kite surfing dulu buat
pencerahan..... capek ngebahas yg namanye indonesia.... uda nonton pelem Room
in Rome belom?”
Ketika menghadapi kenyataan
Indonesia yang kelihatanya makin hari makin terpuruk, seseorang bisa saja
berkata “ ya memang begitulah Indonesia “, lalu pertanyaanya siapa yag dimaksud
Indonesia dalam singgungan diatas? Ya kita sendiri itulah yang cocok sebagai
kalimat pengganti untuk Indonesia, sebagai bangsanya, yang mewakili label
garuda dalam darah daging sejak lahir,
bukan hanya para pejabat, bukan pula hanya para pemimpin, tapi kita para warga
Negara Indonesia. Lalu relakah kita menjadi orang yang terpuruk? Setiap warga
Negara punya andil besar dalam kemajuan negaranya, jadi jika Indonesia terpuruk
maka bukan Cuma kegagalan para
pemimpinya saja, warga negaranya juga.
Baiklah, coba kita berefleksi
dengan beberapa fakta lain, beberapa hari kemarin Negara ini secara serentak
telah selelsai melaksanakan UNAS, baik di SMA sederajat maupun SMP sederajat,
dalam pelaksanaanya selalu diiringi oleh beberapa permasalahan, kita ambil satu
contoh seperti soal bocor, dalam fenomena tersebut kita sering mengkambing
hitamkan tim pelaksana UNAS dan oknum-oknum terkait, pernahkah kita menyadari??
Apakah kita sudah termasuk orang yang jujur saat dulu mengerjakan soal-soal
ujian termasuk UNAS?? Mungkin hanya sedikit orang yang jujur dan semoga kita
termasuk yang sedikit tersebut. Aktor protagonis mungkin tidak bisa berhenti,
kecuali kesadaran dari semua pihak termasuk para pelajar, sehingga sangat
disayangkan ujian tahun ini kebocoran soal justru dimulai oleh seorang kepala
sekolah “XXXX” yang seharusnya menjadi penggugah keadaran seluruh
pelajarnya, justru menjadi jalur kunci jawaban yang beredar. Tapi sebenarnya
jika semua pelajar memilki prinsip kejujuran yang besar, maka biarpun
diiming-imingi kunci jawaban bahkan dengan harga Rp.0 pun hati mereka tak akan
goyah, mereka tetap akan menghargai ilmu dan kejujuran. Jadi untuk sebuah perubahan
kita harus memulai dari diri sendiri, jangan menunggu siapapun.
Kemudian beberapa kasus korupsi
yang mengakar pada elit-elit negeri ini juga menjadi pokok permasalahan
penting, saya sering mendengar
pembicaraan orang-orang ketika menanggapi
kelakuan para elit negeri ini, banyak yang menyalahkan mereka secara sepihak
walau kenyataanya mereka memang salah, tapi seharusnya bukan cuma menyalahkan
saja yang diperlukan untuk sebuah kemajuan suatu Negara terlebih Negara
Indonesia yang masih tergolong negara berkembang, seharusnya kita bercermin dari
kasus-kasus korupsi yang sering kita salahkan, sebagai seorang pelajar atau
santri, dari uang yang diberikan orang tua kepada kita apakah kita sudah
menggunakanya secara benar? Mungin sebagian dari kita ada yang perokok, adapula
pecandu game, apakah orang tua kita memberi uang untuk merokok? Untuk bermain
game? Untuk hal-hal lain yang menjadi kebiasaan buruk yang jelas tidak
diharapkan oleh orang tua kita? Jika tidak, berarti kita sama saja, mengidap
virus koruptor meskipun dengan nominal yang lebih kecil. Dan jika kita berada
pada panggung politik yang lebih besar, siapa yang bisa menjamin kita akan kuat
menahan nafsu untuk tidak melakukan penyimpangan yang lebih besar. Dengan
merasa benar kita menyalahkan orang lain padahal diri kita juga sumber
kesalahan walau dengan kapasitas yang lebih kecil. Kita harus membenahi apapun,
mulai dari diri kita sendiri, seperti pepatah bapak Ari Ginanjar, Founder
Emotional Spiritula Quotien “ kita tidak akan
bisa mengalahkan orang lain sebelum kita mengalahkan diri kita sendiri” jadi
kita tidak akan bisa membenahi negeri ini sebelum kita membenahi diri kita
sendiri.
Beberapa Negara berkembang telah
berhasil berevolusi, meskipun untuk selanjutnya mereka ada yang belum mencapai
golongan Negara maju, tapi setidaknya mereka dan bangsa mereka telah berhasil
bangkit dan menyelesaikan beberapa persoalan negaranya, bukan dari orasi para pemimpin
saja yang dibutuhkan, tapi kesadaran seluruh warga negaranya, untuk menjadi
bangsa yang semakin maju.