Makalah Student Center
MODEL PEMBELAJARAN
Student Center
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tema : Model Pembelajaran
B. Sub Tema : Student Center
C. Mengapa penting dikaji?
Dalam strategi pengajaran yang berpusat pada siswa ini, penting dikaji karena guru secara sadar menempatkan perhatian yang lebih banyak pada keterlibatan, inisiatif dan interaksi sosial siswa. Sehingga siswa bisa lebih aktif mengembangkan kemampuan pengeatahuan dan skill.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi student center
Pengertian student centered Learning (SCL) adalah proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Melalui proses pembelajaran yang keterlibatan siswa secara aktif, berarti guru tidak lagi mengambil hak seorang peserta didik untuk belajar. Aktifitas siswa menjadi penting ditekankan karena belajar itu pada hakikatnya adalah proses yang aktif dimana siswa menggunakan pikirannya untuk membangun pemahaman (construcivism approach).[1]
Strategi pengajaran yang berpusat pada siswa ini mencakup hal – hal berikut:
· Pengembangan proses – proses skill berkomunikasi, seperti sikap toleran terhadap pandangan – pandangan yang tidak sependapat dengannya, mampu bekerja dalam kelompok, dan sikap kritis terhadap pendapatnya dan pendapat orang lain.
· Pengembangan pemahaman yang mendalam tentang topik, seperti mengindentfikasi hubungan antara kunjungan Marcopolo ke Asia Timur, perjalanan penjelajahan bangsa Portugis di ujung Afrika, dan penemuan Colombus pada Dunia Baru.
· Pengembangan skill – skill penelitian dan pemecahan masalah.[2]
B. Karakteristik Pengajaran yang Berpusat pada Siswa
1. Siswa berada dalam pusat proses pembelajaran, sedangkan guru mendorong mereka untuk bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri
2. Guru membimbing pembelajaran siswa dan mengintervensi hanya jika diperlukan untuk mencegah mereka yang salah jalan atau mengembangkan konsepsi yang salah.
3. Guru menekankan pemahaman yang mendalam tentang konten dan proses – proses yang terlibat didalamnya.[3]
C. Metode – metode dalam student center
1. Metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.[4]Menurut Kardi dan Nur (2000) belajar kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antar siswa normal dan siswa penyandang cacat.[5]
Tujuan metode cooperatif learning antara lain :
· Untuk meningkatkan partisipasi siswa.
· Memfasilitasi siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok.
· Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama – sama siswa yang berbeda latar belakang.[6]
Beberapa variasi dalam metode cooperative learning:
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 – 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut. Pada tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
b. Tim Ahli (Jigsaw)
Langkah – langkahnya :
Ø Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5 – 6 orang).
Ø Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi – bagi menjadi sub-bab.
Ø Setiap anggota kelompok membaca sub-bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
Ø Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub-bab yang sama bertemu dalam kelompok – kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
Ø Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman – temannya.
Ø Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa – siswa dikenal tagihan berupa kuis individu.
c. Investigasi kelompok
Dalam implementasi tipe investigasi kelompok, guru membagi kelas menjadi kelompok yang beranggitakan 5-6 orang yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan kearaban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempersentasikan laporannya kepada selurug kelas.
d. Think Pair Share (TPS)
Langkah – langkahnya :
Ø Langkah 1 : berpikir (thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
Ø Langkah 2 : berpasangan (pairing)
Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban suatu pertanyaan yang diajukan dan menyatukan gagasan.
Ø Langkah 3 : berbagi (sharing)
Guru meminta pasangan – pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.
e. Numbered Head Together (NHT)
Ø Fase 1 : penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok 3 – 5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
Ø Fase 2 : mengajukan pertanyaan
Guru mengjukan sebuah pertanyaan dapat berfariasi berupa spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya kepada siswa.
Ø Fase 3 : berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
Ø Fase 4 : menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.[7]
2. Pembelajaran Berbasis Masalah (problem-based instruction)
Pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan maslah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru.
Tujuan pembelajaran berbasis masalah, antara lain :
· Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan pemecahan masalah.
· Belajar peranan orang dewasa yang autentik
· Menjadi pembelajar yang mandiri.[8]
Variasi – variasi pembelajaran berbasis masalah (PBM)
a. Tugas – tugas perencanaan
Ø Penetapan tujuan
PBL dirancang untuk mencapai tujuan – tujuan seperti ketrampilan menyelidik, memahami peran orang dewasa dan membantu siswa menjadi mandiri.
Ø Merancang situasi masalah
Situasi masalah yang baik harusnya autentik, mengandung teka – teki dan tidak didefinisikan secara ketat.
Ø Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk investigasi siswa haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan PBL.
b. Tugas interaktif
Ø Orientasi siswa pada maasalah
Ø Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Ø Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Ø Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
c. Lingkungan belajar dan tugas – tugas menejemen
Dalam model PBM, guru sering menggunakan sejumlah bahan dan peralatan, dan hal ini biasanya dapat merepotkan guru dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, untuk efektifitas kerja guru harus memiliki aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaan, penyimpanan dan pendistribusian bahan.
d. Assesmen dan evaluasi
Tugas asesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model pengejaran berdasarkan masalah terutama dalam menemukan prosedur penilaian alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, isalnya dengan asesmen kinerja dan peragaan hasil.[9]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa atau peserta didik, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk dapat membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa. Melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisa dan dapat memecahkan masalahnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi Dan Metode Pembelajaran. Pekalongan : STAIN Pekalongan Press.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta : Kencana.
Al – Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan Kontekstual. Jakarta: Kencana.
David A. Jacobsen, Paul Eggen, Dan Donald Kauchak. 2009. Methods For Teaching (Terjemahan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
http://dagangankularis.blogspot.co.id/2014/12/perbedaan-model-pembelajaran-teacher.html?m=1
[2] David A. Jacobsen, Paul Eggen, Dan Donald Kauchak, Methods For Teaching (Terjemahan), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hlm 228
[3] Ibid., hlm 228 - 229
[4] Zaenal Mustakim, Strategi dan metode pembelajaran, (Pekalongan : STAIN pekalongan press, 2009), hlm 112
[5] Trianto, mendesain model pembelajaran inovatif – progresif, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm 62
[6] Zaenal Mustakim, Op. Cit., hlm 113
[7] Ibid., hlm 117 - 123
[8] Trianto ibnu badar al – tabany, mendesain model pembelajaran inovatif, progresif, dan kontekstual, (jakarta: kencana, 2014), hlm 65
[9] Zaenal mustakim, Op. Cit., hlm 132 – 133