TT A K3 METODE PENDIDIKAN UNIVERSAL "METODE PERSUASIF"
METODE PENDIDIKAN UNIVERSAL
"METODE PERSUASIF"
(QS. Ali Imran: ayat 133)
Iqbal Maulana
(2117122)
Kelas: A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi tentang Metode Persuasif. dalam Qur’an Surah Ali Imran ayat 133 ini dengan baik, meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang Metode Persuasif. dalam Qur’an Surah Ali Imran ayat 133. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan .
Pekalongan, 13 November 2018
Iqbal Maulana
2117122
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Istilah persuasive bersumber pada perkataan latin “persuasio” memiliki kata kerja “persuadere” yang berarti membujuk, mengajak atau merayu (3M).
Dalam islam sendiri persuasif lebih dikenal dengan sebutan dakwah, yakni suatu aktivitas yang mendorong manusia memeluk agama islam melalui cara yang bijaksana dengan materi ajaran islam agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan umat nanti (akhirat). Islam tidak membenarkan pemeluk-pemeluknya melakukan pemaksaan terhadap umat manusia, agar mereka mau memeluk agama islam. Setidak-tidaknya ada dua alasan, mengapa islam tidak membenarkan alasan tersebut; pertama, Islam adalah agama yang benar dan ajaran-ajaran islam sama sekali benar dan dapat diuji kebenarannya secara ilmah, kedua,Masuknya iman ke dalam kalbu setiap manusia merupakan hidayah Allah SWT, tidak ada seorang pun yang mampu dan berhak memberi hidayah ke dalam kalbu manusia kecuali Allah SWT.[1]
Islam menganut suatu paham bahwa manusia itu pada dasarnya adalah bersih (fitrah) seperti kertas putih, namun akan berubah menjadi buruk apabila dipengaruhi oleh lingkungannya yang buruk pula, dengan demikian manusia itu mempunyai potensi yang sama besarnya untuk berbuat kotor atau berbuat bersih tergantung dominasi rangsangan yang diterimanya.[2]
Judul Makalah
Dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang Metode Pendidikan “Khusus” yang berkonsentrasi pada judul Metode Persuasif, menyesuaikan dengan tugas yang penulis terima.
Nash dan Terjemah
(133) وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
Arti Penting
Materi pada pembahasan kali ini penting untuk dikaji sebab kita diperintahkan untuk selalu bertakwa dan taat kepada Allah SWT dengan harapan untuk mendapatkan ridlo-Nya,serta untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang yang melanggar aturan dalam agama islam Sebab islam itu sebagai Rahmatal lil ‘alamin mengajak umatnya untuk bertakwa dan beribadah semata-mata mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan dalam Majmu’ Fatawa bahwa takwa bukanlah hanya meninggalkan maksiat (kejelekan) namun takwa -sebagaimana ditafsirkan oleh ulama-ulama dahulu dan belakangan adalah melakukan apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah larang.[3]
Tholaq bin Habib rahimahullah mengatakan,
أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ تَرْجُوْ ثَوَابَ اللهِ وَ أَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ تَخَافُ عَذَابَ اللهِTakwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah, di atas cahaya dari Allah (yaitu di atas ilmu) dengan harapan untuk mendapatkan pahala dari Allah dan engkau menjauhi maksiat atas cahaya dari Allah (yaitu di atas ilmu) karena takut akan ’adzab Allah.
Di antara bentuk ketakwaan adalah menjaga shalat lima waktu di mana Allah memerintahkan hal ini pada kita,
Dan Allah melarang meninggalkan perkara agung ini karena inilah amalan yang pertama kali akan dihisab (diperhitungkan) di hari kiamat kelak di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, ”Amalan pertama yang akan dihisab dari seorang hamba adalah shalat. Yang perkara pertama kali yang akan diputuskan adalah urusan darah.”
Oleh karena itu, janganlah menganggap remeh shalat ini dan janganlah meninggalkannya karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, “Sesungguhnya di antara pembeda antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.”
Yaitu yang menghalangi seseorang dari kekafiran adalah tidak meninggalkan shalat (yaitu melakukan shalat).Apabila seseorang meninggalkan shalat tidak lagi tersisa penghalang antara keislaman dan kesyirikan bahkan dia telah jatuh dalam dosa kekafiran.
Dengan demikian ”Kaum muslimin sepakat bahwa meninggalkan shalat yang wajib dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, zina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”
Meraih Surga Melalui Amalan Takwa Surga ini Allah sediakan bagi orang yang bertakwa dan mereka ini adalah penghuninya.Amalan takwa adalah amalan yang mengatarkan padanya. Kemudian selanjutnya Allah mensifati orang yang bertakwa dan amalannya: Gemar Berinfak Yaitu orang-orang yang banyak berinfak dalam keadaan susah maupun mudah, lapang atau sempit, senang maupun sulit, sehat ataupun sakit dan dalam segala kondisi. Jika dalam keadaan mudah dan kelebihan mereka berinfak, begitu juga dalam keadaan sempit (susah), mereka tetap berinfak walaupun sedikit. Menahan Amarah Orang yang bertakwa ini adalah orang yang menahan amarah. Apabila ada yang menyakitinya, maka normalnya manusia, dalam hatinya akan dongkol, dan akan membalas dengan kata-kata maupun perbuatan. Memaafkan Orang Lain adalah memberi maaf kepada semua orang yang telah menyakiti dengan perkataan dan perbuatan.
Inilah orang-orang yang menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang tercela karena memaafkan hamba Allah sebagai rahmat (kasih sayang) kepada mereka, berbuat baik, dan tidak senang menyakiti mereka..Dan ingatlah balasannya adalah di sisi Allah yang Maha Mulia dan balasannya bukanlah di sisi hamba yang fakir yang tidak dapat memberikan apa-apa.
Tafsir Q.S Al-Imron ayat 133
Artinya : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dankepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
Tafsir Al-Azhar
“ Berlomba-lombalah kamu sekalian kepada ampunan Tuhan kamu”, (pangkal ayat 133). Tidak pandang kaya, tidak pandang miskin. Tidak pandang kedudukan tinggi ataupun derajat rendah, semuanya insaf akan kekurangan diri. Perintah Tuhan belum terlaksana semuanya, lalu semuanya berlomba memohon ampun, dengan mulut dan dengan perbuatan, semuanya mencari rezeki yang halal.“ Dan syurga yang (luasnya) seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (ujung ayat 133).[4]
Berlomba-lomba memohon ampunan Allah, kaya dan miskin.Berlomba pula mengejar syurga dengan berbuat amal, tolong-menolong bantu-membantu sesama manusia dan taat menuruti perintah Allah dan Rasul.Maka bahagialah hidup didunia, diliputi rahmat dan tersedialah kelak syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, untuk orang yang bertakwa.Lantaran itu pelarangan riba dan penganjuran perlombaan berbuat baik, berderma, bersedekah, berwakaf dan bernazar adalah mengandung makna yang lebih besar dan jauh, yaitu keselamatan pergaulan hidup didunia yang didasarkan kepada takwa, bagi keselamatan terus ke akhirat.
Tafsir Jalalain
وَسَارِعُو(Dan bersegeralah kamu) dengan atau tanpa wau - إلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْض (kepada keampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi) artinya seluas langit dan bumi bila keduanya disambung, sedangkan ard artinya ialah luas – لِلْمُتَّقِينَأُعِدَّتْ (yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa) kepada Allah dengan mengerjakan taat dan meninggalkan maksiat.[5]
Tafsir Al-Mishbah
Ayat ini, menganjurkan peningkatan upaya melukiskan upaya itu bagaikan satu perlombaan dan kompetisi yang memang merupakan salah satu cara peningkatan kualitas. Karena itu bersegeralah kamu bagikan ketergesaan seorang yang ingin mendahului yang lain menuju ampunandari Tuhanmu dengan menyadari kesalah dan berlombalah mencapai, yaitu surge yang sangat agung yang lebarnya, yakni luasnya selebar seluas langit dan bumi yang disediakan untuk al-muttaqin, yakni orang-orang yang telah mantap ketakwaannya, yang taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.[6]
Yang dimaksud dengan lebar surga disini adalah luasnya, dan luas yang dimaksud adalah perumpamaan,.Ia tidak harus dipahami dalam arti harfiahnya. Dalam benak kita – manusia – tidak ada sesuatu yang dapat menggambarkan keluasan, melebihi luasnya langit dan bumi, maka untuk menggambarkan betapa luasnya surga, Allah memilih kata-kata “selebar langit dan bumi.” Di sisi lain, sedemikian luasnya sehingga ketika mendengar bahwa lebarnya saja sudah demikian, maka bagaimana pula panjangnya?
Perumpamaan yang diberikan oleh Al Qur’an ini, mengundang kaum muslimin agar tidak mempersempit surga dan merasa atau menyarankan bahwa hanya diri atau kelompoknya saja yang akan memasukinya surga sedemikian luas, sehingga siapa pun yang berserah diri kepada-Nya, insya Allah akan mendapat tempat yang luas disana.
Tafsir Al-Maraghi
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipatganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah kamu dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.[7]
Aplikasi kehidupan
Pada ayat ini telah menganjurkan Muslimin kepada dua perkara. Pertama, mengikuti secara mutlak segala perintah Allah dan Rasul-Nya. Tunduk pada perintah keduanya merupakan syarat rahmat dan pertolongan ilahi.
Anjuran kedua, berlomba melakukan pekerjaan-pekerjaan baik dan menyampaikan kebaikan kepada orang lain yang menyebakan terampuninya dosa dan masuk surga ilahi.[8]
Namun al-Quran menyeru Mukminin agar bersegera memperoleh rahmat dan ampunan ilahi yang menyiapkan lahan bagi masuk ke surga di akhirat. Tapi syarat masuk ke surga adalah takwa.
Aspek Tarbawi
- Perintah taat kepada Allah dan Rasul serta sifat-sifat orang-orang yang bertakwa.
- Perintah untuk segera memohon ampunan kepada Allah.
- Diperuntukkan-Nya surga bagi orang yang bertaqwa dan menafkahkan harta dijalan Allah.
- Mereka yang beruntung adalah mereka yang segera mohon ampun ketika berbuat dosa.
- Surga adalah balasan bagi orang yang bertakwa.
- Al-Qur’an penerang bagi seluruh manusia.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Persuasif menurut bahasa bersumber pada perkataan latin “persuasio”, memiliki kata kerja “persuadere” yang berarti membujuk, mengajak atau merayu (3M). Jadi yang dimaksud persuasive disini yaitu mengajak manusia untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT, dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian Manusia berlomba-lomba memohon ampunan Allah, kaya dan miskin. Berlomba pula mengejar syurga dengan berbuat amal, tolong-menolong, bantu-membantu sesama manusia dan taat menuruti perintah Allah dan Rasul. Maka bahagialah hidup didunia, diliputi rahmat dan tersedialah kelak syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, untuk orang yang bertakwa. Lantaran itu pelarangan riba dan penganjuran perlombaan berbuat baik, berderma, bersedekah, berwakaf dan bernazar adalah mengandung makna yang lebih besar dan jauh, yaitu keselamatan pergaulan hidup didunia yang didasarkan kepada takwa, bagi keselamatan terus ke akhirat
Semoga kita selalu dibekali oleh Allah dengan sifat takwa. Allahumma inna nasalukal huda wat tuqo wal afaf wal ghina. Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Munir. 1999. Tafsir Tarbawi. Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Nata, Abuddin. 2012. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Semarang : CV Toha putra.
Abduh Tuasikal, Muhammad.”Memahami Tafsir Surat Ali Imron” :133-134. Diakses dari https://rumaysho.com/205-meraih-surga-melalui-amalan-taqwa.html
Hamka. Tafsir Al-Azhar. 1983. Jakarta: PT. Pustaka Panjimas.
Jalaludin Al-Maghali, Imam dan As-Suyuti. Tafsir Jalalain. 2009. Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo
Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah. 2006. Tanggerang : Lentera Hati.
Musthafa Al Maraghy, Ahmad. 1986. Tafsir Al Maraghi. Semarang : Toha Putra.
Ciputemon.”Resep Sukses Ali Imron”:133-134. Diakses dari https://www.google.co.id/amp/s/marurinahime.wordpress.com/2014/08/10/resep-sukses-ali-imran-133-134/amp/
PROFIL PRIBADI
Nama : Iqbal Maulana
TTL : Pemalang, 8 April 1998
Alamat : Jl. Ahmad Yani, Rt 48/Rw 05 Kec. Randudongkal Kab. Pemalang
No Hp : 082316697240
Riwayat Pendidikan :
SD Negeri 01 Randudongkal (Lulus Tahun 2011)
SMP Negeri 03 Randudongkal (Lulus Tahun 2014)
SMA Negeri 01 Randudongkal (Lulus Tahun 2017)
IAIN Pekalongan (sedang Belajar)
[1] Ahmad Munir. Tafsir Tarbawi. (Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi’i : 1999) hlm. 12
[2] Abuddin Nata. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. (Semarang : CV Toha putra : 2012) hlm 150-151
[3] Muhammad Abduh Tuasikal.”Memahami Tafsir Surat Ali Imron” :133-134. Diakses dari https://rumaysho.com/205-meraih-surga-melalui-amalan-taqwa.html
[4] Hamka. Tafsir Al-Azhar.(Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1983) hlm. 112
[5] Imam Jalaludin Al-Maghali dan As-Suyuti. Tafsir Jalalain. (Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo, 2009) hlm. 205
[6] M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah. (Tanggerang : Lentera Hati, 2006) hlm. 58-59
[7] Ahmad Musthafa Al Maraghy. Tafsir Al Maraghi. (Semarang : Toha Putra,1986) hlm. 40-41
[8] Ciputemon.”Resep Sukses Ali Imron”:133-134. Diakses dari https://www.google.co.id/amp/s/marurinahime.wordpress.com/2014/08/10/resep-sukses-ali-imran-133-134/amp/